Nasional

Menafsir 2 Aspek yang Disebut Mahfud Md Bikin Kasus Brigadir J Rumit

Tim detikNews - detikJateng
Kamis, 04 Agu 2022 20:34 WIB
Menkopolhukam Mahfud Md. (Foto: dok detikcom/Rakha A)
Solo -

Mahfud Md mengungkap dua aspek yang membuat pengusutan kasus Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J menjadi rumit. Aspek tersebut yakni aspek psiko-hierarkis dan psiko-politik.

Dikutip dari detikNews, Kamis (4/8/2022), dua hal itu disampaikan Mahfud Md usai bertemu dengan ayah Brigadir J di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, seberang Monas, hari ini.

"Memang harus bersabar karena ada psycho-hierarchical, ada juga psycho-politics-nya. Kalau seperti itu, secara teknis penyelidikan, itu sebenarnya gampang. Apa namanya... bahkan para purnawirawan, 'Kalau kayak gitu gampang, Pak, tempatnya jelas ini', kita sudah tahulah. Tapi saya katakan, oke, jangan berpendapat dulu, biar Polri memproses," tutur Mahfud.

Dua istilah itu merupakan lakuran (portmanteau), hasil gabungan dua kata atau lebih, yakni psikologi dengan hierarki atau psikologi dengan politik. Mahfud Md tidak merinci lebih lanjut aspek psiko-hierarki dan psiko-politik apa yang ada di kasus Brigadir J. Pertanyaan detikcom yang disampaikan ke Mahfud Md belum mendapat jawaban.

Pakar psikologi forensik lulusan UGM dan Universitas Melbourne, Reza Indragiri Amriel, mencoba menafsirkan maksud Mahfud Md. Berikut ini pemaparannya

1. Psiko-hierarki

Memahani pernyataan Mahfud yakni dalam konteks kasus Brigadir Yoshua. Maka aspek psiko-hierarki yang dimaksud Mahfud merujuk pada kondisi psikologi orang-orang di lembaga kepolisian.

Reza Indragiri menilai kondisi psikologi kepolisian dilanda semacam 'tembok keheningan'. Orang-orang di dalam 'tembok' bakal tutup mulut menutupi borok atasannya karena mereka sadar hierarki.

"Di psikologi forensik sendiri ada istilah wall of silence atau code of silence. Ini adalah subkultur menyimpang yang ditandai kecenderungan personel polisi menutup-nutupi kesalahan atau aib kolega mereka," kata Reza.

Reza menilai bila kondisi psikologis seperti itu yang diidap Polri, maka tak heran ada kendala dalam mengungkap kasus internal seperti perkara tewasnya Brigadir J. Dia mengingat hasil riset soal personel polisi yang menunjukkan para personel melakukan penyimpangan pertama kali atas dasar pengaruh seniornya. Kemudian, lanjut Reza, pihak yang mampu menghentikan penyimpangan itu pun juga seniornya.

"Temuan riset itu memperlihatkan betapa gerak organisasi kepolisian, baik negatif maupun positif, sangat dipengaruhi oleh senioritas," kata Reza.

Budaya 'wall of silence' yang cenderung menutup rapat-rapat aib internal dan budaya senioritas disebutnya dapat memengaruhi pengungkapan kasus internal.

"Kemungkinan penyimpangan dalam proses investigasi muncul sebagai akibat pengaruh negatif senior, dan penyimpangan, ataupun pengaruh itu akan ditutup sedemikian rupa," kata dia.

Lebih dari itu, hanya Mahfud Md yang dapat memastikan soal 'psiko-hierarki' yang dimaksudnya.

Simak pemaparan tafsiran Reza terkait aspek psiko-politis...




(sip/sip)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork