Membaca Manuskrip Surat Muktamar NU 1929 Beraksara Pegon di Blora

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Minggu, 27 Okt 2024 20:22 WIB
Manuskrip Muktamar NU 1929 dalam pameran Lesbumi Blora Reborn Calligraphy Art Exhibition di Blora Creative Space, Kabupaten Blora, Minggu (27/10/2024). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng
Blora -

Lembaga Seni dan Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PCNU Kabupaten Blora menemukan manuskrip surat Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-4 tahun 1929. Surat itu ditulis dalam aksara Pegon.

Pegon atau tulisan Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa tanda bunyi yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa. Manuskrip itu merupakan peninggalan Kiai Abdullah Faqih di Dukuh Kedungkenongo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.

Surat dalam kertas berwarna coklat itu merupakan surat undangan perseorangan sebagai peserta Muktamar IV NU. Terdapat juga lembaran pemberitahuan Muktamar IV dan materi Muktamar IV dan V. Lesbumi juga menemukan 4 buah kitab tulisan tangan yang merupakan kitab muktabar ala pesantren.

Dalam surat Muktamar itu tertulis, 'Kehadapan Padoeka jang moelia Kijahi Hadji Abdullah Kedungnongo Underdistrik Banjarejo Distrik Karangjati, Blora'.

Ketua Lesbumi Blora, Dalhar Muhammadun mengatakan organisasi NU memiliki tradisi administrasi dan literasi yang baik. Menurutnya manuskrip-manuskrip dari Kedungkenongo ini tak cuma antik, tapi juga spesial. Dia menilai manuskrip itu termasuk sumber primer dari perjalanan panjang NU.

"Bahwa ini asli. Keaslian ini didukung bahwa sampai saat ini kita berkesimpulan ini satu-satunya dokumen yang masih aman dalam hal Muktamar NU ke-4 tahun 1929 dan ke-5 tahun 1930. Artinya di saat Muktamar itu ada dokumen ini di tempat lain sudah tidak ada," kata Dalhar saat ditemui detikJateng dalam acara pameran Lesbumi Blora Reborn Calligraphy Art Exhibition di Blora Creative Space atau eks Gedung Nasional Indonesia (GNI) Blora, Minggu (27/10/2024).

Dalhar berujar, pihaknya telah berkoordinasi dengan komunitas Pegon untuk memastikan keaslian berkas Muktamar tersebut. Dari manuskrip itu diketahui bahwa Kiai Abdullah Faqih atau Mbah Abdullah kala itu diundang secara perseorangan. Pada masa itu peserta muktamar bersifat perseorangan, bukan langsung utusan PCNU seperti sekarang.

"Surat undangan kepada peserta perseorangan bukan Cabang NU, karena saat itu Muktamar pesertanya tidak cabang, tapi perseorangan, termasuk kiai-kiai yang audah tergabung di organisasi NU," jelasnya.

Muktamar itu membahas agenda-agenda kepengurusan selanjutnya. Ketika berjalan sekian tahun, peserta Muktamar terdiri dari kiai-kiai dan cabang-cabang NU tingkat kabupaten/kota yang sudah terbentuk.

Dalhar yang juga Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Blora itu belum mengetahui siapa saja kiai dari Blora yang diundang dalam Muktamar NU ke 4 di Semarang pada masa itu.

Dia mengatakan, manuskrip itu disimpan oleh anak cucu dari Mbah Abdullah.

"Ini kita dapat di rumah dzurriyah (keturunan) Mbah Abdullah. Waktu itu cucunya Mbah Abdullah. Lama sekali tidak dibuka karena ada semacam pandangan kalau membuka dokumen ini masuk angin. Anak cucunya nggak berani membuka, kalau membuka sakit," kata Dalhar.

Terdapat beberapa berkas dalam surat yang diterima oleh Mbah Abdullah. Menurut Dalhar, undangan tersebut disertai acuan kerja selama Muktamar dilaksanakan.

"Ini undangan ya, undangan ini disertai pemberitahuan muktamar. Kalau hari ini bisa kita samakan ToR (Term of Reference), di pemberitahuan ini dijelaskan secara detail acara Muktamar," terangnya.

Diterangkan juga Muktamar itu dilaksanakan dari hasil pertemuan di Surabaya. Ditetapkan waktu dan tempatnya, teknisnya, penginapan, konsumsi, hingga pendanaan.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.



Simak Video "Video: Puluhan Rumah di Blora dan Grobogan Rusak Usai Diterjang Hujan Angin"

(dil/dil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork