Regenerasi, Kunci Pelestarian Seni Jathilan di Kemalang Klaten

Regenerasi, Kunci Pelestarian Seni Jathilan di Kemalang Klaten

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 29 Jul 2024 14:57 WIB
Penari jatilan di Kecamatan Kemalang dari berbagai kalangan usia menarikan Tari Baru Klinting, Minggu (29/7/2024).
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikcom
Klaten -

Jathilan jadi salah satu atraksi warisan kebudayaan kuda lumping yang kini mulai tergerus zaman. Namun, di salah satu daerah di lereng Gunung Merapi, kesenian ini masih eksis dengan regenerasi yang terus berjalan.

Ribuan penari tampak asyik menampilkan jatilan di tengah Lapangan Bumijo, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Mereka baru saja memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dengan menarikan tari kolosal baru klinting.

Sekretaris Kecamatan Kemalang, Derajat Setiaji menjelaskan, seni jatilan sudah bak menjadi bagian dari masyarakat setempat. Sejak kecil, anak-anak sudah diajarkan seni jatilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka sudah belajar jatilan dari kecil, karena jatilan ini memang sudah menjadi bagian dari masyarakat Kemalang. Dari kecil, turun-temurun sudah bisa Jatilan. Jadi proses regenerasi memang jalan," kata Derajat di Lapangan Bumijo, Kecamatan Kemalang, Minggu (28/7/2024).

Selain bisa mengikuti komunitas-komunitas jathilan, anak-anak juga bisa mengikuti ekstrakurikuler jatilan yang disediakan di sekolah-sekolah daerah setempat.

ADVERTISEMENT

Selain menjadi upaya pelestarian warisan budaya Indonesia, langkah regenerasi di Kecamatan Kemalang ini juga telah berhasil memecahkan rekor MURI dunia lewat penampilan Tari Baru Klinting.

"Tari Baru Klinting yang merupakan produk dari asli teman-teman seni di Jathilan di Kemalang. Alhamdulillah tadi sudah mendapatkan penghargaan dari Muri," ungkapnya.

"Tidak hanya rekor Muri Indonesia, tapi rekor dunia. Karena disampaikan Tari Baru Klinting merupakan tari yang orisinil dan khas dari Kemalang," lanjutnya.

Hal ini dibenarkan Ketua Sanggar Seni Garuda Merapi Tirta Kencana, Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Marsudi. Ia mengatakan, ada sekitar 27 grup jatilan di Kecamatan Kemalang.

"Kebetulan ini Komunitas Seni Jatilan Kecamatan Kemalang mengadakan paguyuban. Kalau sebelumnya cuma komunitas-komunitas terpisah, saat ini dijadikan satu, ada 27 komunitas jathilan," ungkapnya.

"Kebetulan anak-anak juga kegiatannya di sekolah itu ada ekstrakurikuler seni jatilan, jadi kita beri kesempatan, kita berkolaborasi bersama-sama membangun kebersamaan," lanjutnya.

Salah satu anak yang sudah mengikuti ekstrakurikuler jatilan sejak di SD, Galuh Faqih Prabowo (11) mengaku senang bisa menampilkan kesenian jathilan di hadapan ribuan orang.

"Suka jatilan karena itu kesenian, sudah suka dari kelas 3 SD, suka karena bisa bersosialisasi lewat seni," ujarnya.

Galuh dan teman-temannya yang sudah sering ikut lomba jatilan antarsekolah itu mengatakan, tiap hari usai sekolah, ia rutin berlatih jatilan sekitar 2 jam. Meski tak selalu meraih juara, ia tetap senang bisa berkontribusi melestarikan kesenian kuda lumping itu.

"Waktu tampil deg-degan, malu, takut salah. Pas jatilan juga banyak orang jadi susah, tapi tetap asyik," ungkapnya.

Hingga kini, kesenian jatilan itu pun masih terus lestari di tengah masyarakat. Upaya regenerasi dengan mendekatkan kesenian jatilan ke generasi muda ini menjadi kunci jatilan tetap bertahan di tengah perkembangan zaman.

(akd/akd)


Hide Ads