Kisah Guru Kelas Jauh di Kemalang Klaten, Rela Tempuh 12 KM demi Mengajar

Kisah Guru Kelas Jauh di Kemalang Klaten, Rela Tempuh 12 KM demi Mengajar

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 02 Agu 2024 12:57 WIB
Salah satu guru SMAN 1 Karangnongko, Intarti Tri Rahayu tengah mengajar di kelas jauh SMAN 1 Karangnongko, di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten
Salah satu guru SMAN 1 Karangnongko, Intarti Tri Rahayu tengah mengajar di kelas jauh SMAN 1 Karangnongko, di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten (Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikcom)
Jakarta -

Salah satu guru kelas jauh SMAN 1 Karangnongko, Intarti Tri Rahayu (54), rela menempuh jarak 12 kilometer (km) demi bisa mengajar para siswa di Kemalang, Klaten. Semangatnya masih menggebu demi bisa memberi ilmu kepada generasi penerus di Klaten.

Intarti yang mengajar mata pelajaran matematika dan akrab disapa Bu Tika, tampak tengah bersiap mengajar para siswa kelas jauh SMAN 1 Karangnongko di Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Ia bercerita, sudah tiga tahun terakhir dirinya harus mengajar di sekolah induk SMAN 1 Karangnongko yang berlokasi di Desa Somokaton, Kecamatan Karangnongko, serta di kelas jauh SMAN 1 Karangnongko yang berjarak sekitar 12 km jauhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika kita ada jam di sini (kelas jauh) otomatis kan kosong jam di sana (sekolah induk). Jadi misalnya jam ke-1 dan 2 di sana, 3-4 kosong, 5-6 di sini. 2 jam kosong untuk perjalanan," kata Tika, ditemui wartawan di Kelas Jauh SMAN 1 Karangnongko, Kamis (1/8/2024).

"Demi anak bangsa mau gimana? Kalau saya setengah jam sampai kalau ke sini (dari sekolah induk)," lanjut wanita asal Desa Somokaton itu.

ADVERTISEMENT

Jalan yang ditempuhnya tak selalu mulus. Tika bercerita, pada tahun pertamanya ia sempat mengalami gangguan pendengaran setiap menempuh perjalanan ke kawasan lereng Merapi itu. Hampir 5 bulan ia rutin kontrol terkait gangguan pendengarannya.

"Saya sampai sama dokter saya ditanya mengajar di planet mana. Karena ketika naik (ke lokasi kelas jauh) ini telinga sudah nggak bisa dengar lagi. Saya kontrol dokter ya 5 bulan itu ada," ungkapnya.

Kendati demikian, Tika tetap mengajar dan menyampaikan ilmu kepada para siswa yang terpaksa tak bisa sekolah di SMAN 1 Karangnongko akibat sistem zonasi. Usai kontrol sekitar 5 bulan, akhirnya ia sembuh dah bisa beradaptasi dengan perjalanan panjang 12 km itu.

"Alhamdulillah (sembuh), kalau ke sini bawa makanan saja, yang hangat-hangat gitu. Alhamdulillah dengan tekad bulat akhirnya sembuh juga," jelasnya.

Ia melanjutkan, sebelumnya sudah sepakat dengan pihak sekolah untuk mengadakan kelas jauh di Desa Tlogowatu. Oleh karenanya, setiap tugas yang diberikan demi bisa mencerdaskan anak bangsa tetap ia jalani dengan hati yang ikhlas.

"Dukanya apa ya? Wis (sudah) insyaallah surga, aku jadi punya tetangga banyak (di Desa Tlogowatu)," jelasnya.

Selama tiga tahun terakhir mengajar di kelas jauh SMAN 1 Karangnongko, Tika mengaku melihat peningkatan motivasi belajar siswa. Meski mereka tak bisa mendapat fasilitas pendidikan yang sama seperti siswa-siswa di daerah lain, semangat belajar mereka tetap tinggi.

Tika berharap, para guru di Kabupaten Klaten bisa lebih melek akan tanggung jawab yang diembannya sebagai seorang guru untuk memberikan pendidikan bagi para siswa. Dengan rela ditempatkan di manapun, Tika berharap pemerataan pendidikan bisa terwujud di seluruh penjuru Indonesia.

"Harapan saya yang jelas pemerataan pendidikan. Kita (guru) yang diberi amanah untuk mencerdaskan anak bangsa, jadi yang sekitar sini memerlukan pendidikan, memerlukan tenaga kita, monggo semampu kita tetap kita layani," ujarnya.

Sebagai informasi, tak sedikit anak-anak di lereng Gunung Merapi itu yang harus bersekolah di dua rumah warga. Sebab, daerah tersebut belum memiliki SMA/SMK sederajat.

Kini, mereka tengah menanti adanya pembangunan sekolah dari Pemprov Jateng. Pemkab Klaten pun telah memfasilitas lahan seluas 8.000 hektar dan terus mendorong Pemprov Jateng untuk merealisasikan pembangunan SMA/SMK di Kemalang demi memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak di Klaten.

"Kita berharap untuk SMA segera jadi, biar nanti yang di sini bisa tertampung. Kalau pemerintah memberi USB (unit sekolah baru) itu kan beserta segala fasilitasnya. Nah nanti kalau sini sudah betul-betul berdiri, kita biasanya otomatis kembali ke sana (sekolah induk)," harap Tika.

Perjalanan panjang yang ia tempuh menggunakan motor peibadinya itu pun ia nilai sebagai bentuk pengabdian kepada negara. Ia mengaku akan melaksanakan kewajiban mengajar para siswa hingga mereka dapat belajar di sekolah baru di Kemalang, dengan hati yang ikhlas.

(akn/ega)


Hide Ads