Upacara melasti di Umbul Geneng, Klaten, berjalan dengan khidmat. Ribuan umat Hindu di Klaten mengikuti upacara melasti dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi 2024.
Upacara melasti yang digelar pagi ini diawali dengan kirab yang diikuti para umat Hindu di Klaten mulai dari Pura Thirta Buana hingga Umbul Geneng. Usai kirab dilaksanakan dan sambutan-sambutan telah diberikan, Melasti dilanjut dengan prosesi mecaru.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Klaten, Suparman mengatakan tradisi mecaru bertujuan untuk menyucikan buana agung dan buana alit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengembalikan hal-hal yang negatif menjadi baik, sehingga tidak mengganggu kita melainkan bisa membantu kehidupan manusia," terang Suparman kepada detikJateng di Umbul Geneng, Minggu (3/3/2024).
Ia mengatakan, tradisi mecaru siang itu menggunakan upacara caru panca sata, sehingga tampak ada lima ekor ayam persembahan yang sebelumnya sudah disucikan.
"Kebetulan ini jalurnya adalah caru panca sata, berarti menggunakan lima ayam. satu yang timur (bulunya) warna putih, yang selatan warna merah, barat warna kuning, utara hitam, yang tengah brumbun (campuran)," tuturnya.
Para perwakilan dari pura itu mengelilingi sesaji yang disimbolkan sebagai buana agung sambil memainkan kentongan dan membawa alat. Gamelan pun dimainkan, mengiringi prosesi mecaru. Kemudian, persembahan dibakar sebagai bentuk menghilangkan hal-hal buruk.
![]() |
"Jadi ini simbol bhuwana agung atau alam semesta. Dibersihkan dengan disapu, disorok, dipukuli, jadi hal-hal yang negatif itu biar bangkit kemudian disucikan. Dibakar, menyimbolkan agar sifat negatif itu semua dimusnahkan," terangnya.
"Kemudian dilanjutkan ada upacara Dewa Yadnya, untuk persembahan kepada Tuhan. Jadi termasuk yang sifat negatif yang sudah disucikan itu kemudian dilinggihkan di tempat pelinggih itu kita doakan bersama," terangnya.
Usai doa dihaturkan, upacara melasti juga dirangkaikan dengan Upacara Mulang Pekelem berupa ayam dan bebek ke Umbul Geneng sekitar pukul 12.10 WIB. Ayam dan bebek yang sudah disucikan lantas dikorbankan dengan cara dilepas di Umbul Geneng.
Kedua unggas itu lantas jadi incaran masyarakat Klaten yang tengah bermain air di Umbul Geneng. Mereka memperebutkan kedua unggas yang dilepaskan dan membawanya pulang.
"Ini tradisi mekelem, melepas binatang sebagai simbol keikhlasan, ketulusan kita dalam mempersembahkan kepada Tuhan," jelasnya.
Ia mengatakan, sebelum air di Umbul Geneng terkotori dedaunan pagi itu, tirta suci dari Umbul Geneng telah diambil untuk nantinya dibagikan kepada para umat Hindu yang hadir. Tirta tersebut nantinya bisa digunakan untuk menyucikan pura dan pekarangan rumahnya masing-masing.
Gunungan berisi hasil bumi pun akan dijajarkan di tepi jalan, untuk kemudian diperebutkan oleh ribuan umat Hindu yang hadir siang itu. Ada berbagai sayur mayur dan buah-buahan yang dibentuk menjadi tiga gunungan dalam upacara melasti.
"Gunungan itu simbol dari gunung tempat suci. Jadi umat Hindu itu tempat suci pasti paling tinggi di antara yang ada di lingkungan. Jadi tidak mungkin kotoran-kotoran yang sifatnya negatif itu akan bisa masuk ke tempat suci tersebut," terangnya.
Ia pun berharap, gunungan yang juga menjadi simbol kemakmuran itu bisa memberikan keberkahan, hidup yang makmur dan sejahtera, bagi para umat Hindu di Klaten maupun seluruh manusia yang ada di muka bumi.
(apu/ams)