Kabupaten Kudus, Jawa Tengah memiliki tradisi unik menyambut datangnya Bulan Ramadan yang masih dilestarikan masyarakat hingga sekarang. Tradisi bernama Dandangan menjadi budaya hingga penggerak perekonomian warga di Kudus. Seperti apa sejarahnya?
Seperti pada jurnal ilmiah pendidikan 'Tradisi Dandangan Sebagai Kajian Pembelajaran Dalam Mendukung Pencapaian Visi Universitas Kebudayaan' oleh Erik Aditia Ismaya dan Santoso Volume 10, Nomor 1, Desember 2019. Hlm. 128-137 menjelaskan mengenai tradisi dandangan sebagai kajian pembelajaran dalam mendukung pencapaian universitas kebudayaan. Pada jurnal yang terbit akhir tahun 2019 dari Universitas Muria Kudus itu menjelaskan mengenai tradisi dandangan.
Asal Usul Dandangan
Tradisi dandangan berasal dari suara 'ndang', yang berasal dari bunyi suara beduk di kompleks Masjid Menara ditabuh. Dari suara itulah dimaknai ajakan masyarakat Kudus untuk berbondong-bondong datang ke kompleks Menara dan Masjid Sunan Kudus. Mereka nantinya akan mendengarkan pengumuman awal Bulan Ramadan dari Sunan Kudus kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dandangan berasal dari kata Ndang, yang diperoleh dari bunyi/suara Bedhug yang ditabuh, sehingga mengeluarkan bunyi Ndang-Ndang (ayo) yang didengar oleh semua masyarakat Kudus maupun di luar Kudus untuk datang dan berbondong-bondong berkumpul di Masjid Menara guna menerima penjelasan dari Sunan Kudus dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan," tulis Erik dan Santoso seperti dilihat detikJateng, Jumat (1/3/2024).
Selain itu jika dilihat dari aspek sejarah. Bahwa Sunan Kudus seorang salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Jawa yang juga pandai dalam ilmu fiqih dan ilmu falak. Tak ayal, Sunan Kudus mengetahui awal bulan, terutama saat awal Bulan Ramadan.
"Kemunculan Tradisi Dandangan tidak bisa dilepaskan dari sosok Sunan Kudus yang merupakan founding father kota Kudus. Salam (1960) menyatakan bahwa Sunan Kudus sebagai anggota Wali Songo merupakan sosok yang sangat alim serta pandai dalam ilmu fiqih dan ilmu falak (astronomi). Keahlian Sunan Kudus dalam ilmu falak inilah yang kemudian melahirkan Tradisi Dandangan. Jatmiko (2012) berpendapat bahwa Tradisi Dandangan pertama kali digelar pada tahun 1549 Masehi," tulisnya.
Konon tamu undangan yang datang ke Kudus merupakan pejabat Kerajaan Demak. Seperti Sultan Trenggono hingga Aryo Penangsang dari Cepu, Blora.
"Masyarakat yang datang untuk mendengarkan pengumuman datangnya bulan Ramadhan ternyata tidak hanya berasal dari Kudus saja. Namun para santri yang merupakan murid Sunan Kudus seperti Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadlirin dari Jepara, hingga Aryo Penangsang dari Blora datang ke Kudus," terangnya.
Dari uraian itulah, sepekan atau dua pekan sebelum Ramadan, di Kudus mulai digelar rangkaian Tradisi Dandangan. Pemerintah Kabupaten Kudus pun mulai Jumat (1/3) sore nanti akan membuka rangkaian tradisi Dandangan di Alun-alun Kudus Kulon. Rencananya tradisi Dandangan ini digelar dari 1-11 Maret 2024.
Rangkaian Dandangan di Kudus Tahun Ini
Pj Bupati Kudus Muhamad Hasan Chabibie mengatakan, prosesi Dandangan merupakan tradisi yang memiliki usai ratuan tahun lalu. Menurutnya Dandangan merupakan tradisi yang diwariskan dari Wali Songo, yaitu Sunan Kudus atau Jafar Shadiq.
"Prosesi dandangan ini merupakan sesuatu yang memiliki usia ratusan tahun, sesuatu yang sekian ratusan tahun dan ini menjadi legitimasi dari Sunan Kudus itu sendiri dalam rangka menghadapi bulan suci Ramadan," kata Hasan di Pendopo kabupaten, Kamis (29/2/2024).
Menurutnya, momen tradisi Dandangan selain mengangkat potensi kebudayaan juga meningkat perekonomian warga. Rencananya ada 400 pedagang yang akan berjualan meramaikan di sepanjang Jalan Sunan Kudus. Selain itu juga ada rangkaian budaya dan religi yang ditampilkan momen Dandangan tahun 2024 ini.
"Tentu ini momen yang luar biasa, karena ada ruang publik yang tercipta di mana ada integrasi religius di sana kemudian kebudayaan juga, dan juga sosial serta perputaran ekonomi ini integrasi menjadi satu sebuah tradisi yang namanya Dandangan," kata Hasan.
"Khusus tahun ini memang beberapa ada sentuhan yang diberikan pada gawe (acara) besar tradisi Dandangan ini, mungkin tahun sebelumnya, saya sering datang, orang hanya jalan-jalan kemudian nonton-nonton, belanja, kalau ada mainan anak ya mainan anak. Mengingat tradisi Dandangan ini adalah dari banyak aspek, jadi ada beberapa aspek inilah yang kemudian kita tonjolkan kembali," jelasnya.
(apu/cln)