Prasasti batu oval ditemukan di Dusun Nglumbang Dungkik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Klaten, empat tahun lalu. Setelah tiga tahun diteliti, prasasti itu akhirnya bisa dibaca oleh para arkeolog Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"o(m) hyan wiΕa(ya)/wiΕnu, brahma hya(p) 1(n)dra (h)yan, Εrawana hyan mahΔ, dewa weΕa, tasmani da (a)tΔyaji, tΔya", demikian alih aksara isi dari Prasasti Nglumbang Dungkik.
"Isinya hanya seruan kepada dewa-dewa, mungkin semacam mantra," ungkap arkeolog BRIN, DR Titi Surti Nastiti yang memimpin penelitian kepada detikJateng, Kamis (4/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titi mengatakan, meskipun sudah bisa dibaca dan dialih aksara, prasasti itu belum bisa dipastikan kapan dan pada era apa prasasti itu dibuat. Minimnya tulisan dalam prasasti itu memunculkan tingkat kesulitan tersendiri.
"Susah sekali diperkirakannya, karena tulisannya tidak cukup memadai untuk dianalisis secara paleografi. Sudah bisa dibaca tetapi masih harus dibaca ulang," ujar Titi.
![]() |
Pegiat Cagar Budaya Kabupaten Klaten, Hari Wahyudi mengatakan prasasti itu berisi nama-nama dewa yang ditulis secara melingkar.
"Perkiraan kapan masa pembuatan prasasti tersebut, tim dari BRIN dan EFEO Perancis kesulitan karena jenis aksaranya sudah rusak, sehingga belum bisa diprediksi masa apa," kata Hari kepada detikJateng.
Sebelumnya, pegiat cagar budaya Dusun Nglumbang Dungkik, Widodo mengatakan prasasti batu berbentuk oval menyerupai telur itu ditemukan di Dusun Nglumbang Dungik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Klaten, pada tahun 2020.
"Ditemukan hari Jumat tanggal 18 Desember tahun 2020. Lalu dibawa ke sini (dusun)," ujar sekretaris kelompok pegiat cagar budaya Dusun Nglumbang Dungik (KPCB ND), Widodo, kepada detikJateng.
Widodo menjelaskan batu prasasti itu ditemukan di tepi jalan. Saat itu posisinya terpendam dan hanya terlihat sedikit sebagiannya di permukaan tanah.
(dil/rih)