Haul ke-521 Sultan Fatah Demak, Luwur Diganti-Makam Dihiasi Anyaman Melati

Haul ke-521 Sultan Fatah Demak, Luwur Diganti-Makam Dihiasi Anyaman Melati

Mochamad Saifudin - detikJateng
Senin, 25 Des 2023 16:48 WIB
Demak -

Takmir Masjid Agung Demak memiliki tradisi mengganti luwur atau kelambu di area kompleks makam Raden Sultan Fatah setiap tahunnya. Dalam peringatan haul yang ke-521 kali ini, Makam Sultan Fatah diselimuti oleh anyaman kuncup bunga melati.

Untuk diketahui, terdapat dua bagian makam di belakang Masjid Agung Demak. Yakni Makam Kasepuhan yang berada di area terbuka dan Makam Kaneman yang terdapat cungkupnya.

Makam Kasepuhan terdiri dari Makam Sultan Fatah, Sultan Pati Unus, dan istri Sultan Fatah, beserta keluarganya. Sementara Makam Kaneman meliputi Sultan Trenggono, Sultan Prawoto, dan beberapa ahli warisnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Takmir Masjid Agung Demak, Abdullah Syifa' mengatakan penggantian luwur dilakukan di area Makam Kaneman. Luwur itu berupa kain putih berukuran sekitar 4x10 meter yang menyelimuti langit-langit sekitar 4 makam di dalamnya.

"Di situ kan ada beberapa makam, jadi diputer semuanya kain 4x10 meter itu. Iya di Makam Sultan Trenggono," ujar Syifa' saat ditemui detikJateng, Senin (25/12/2023).

ADVERTISEMENT
Masyarakat berdoa di Kompleks Makam Raden Sultan Fatah memperingati haul ke-521 di Demak, Senin (25/12/2023).Masyarakat berdoa di Kompleks Makam Raden Sultan Fatah memperingati haul ke-521 di Demak, Senin (25/12/2023). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Adapun makam Sultan Fatah dirias menggunakan anyaman kuncup bunga melati yang menyelimuti keseluruhan nisannya. Riasan yang sama juga diberikan ke makam Sultan Pati Unus dan makam Istri Sultan Fatah yang berjajar dengannya.

"Kalau (haul) yang diperingati itu Sultan Fatah, yang dihias dengan bunga kuncup melati," ujar Syifa'.

"Itu banyak sekali (bunganya), 10 hari membuatnya, mendatangkan ahli perias makam dari Jawa Timur," sambungnya.

Menurutnya, rangkaian bunga yang membungkus makam tersebut sebagai simbol kecintaan masyarakat kepada para pendahulu.

"Itu materialnya bunga. Bunga itu adalah sesuatu yang harum, sesuatu yang disenangi oleh setiap orang. Itu wujud daripada kita cinta kepada beliau, Sultan Fatah, Sultan Pati Unus, dan istri Sultan Fatah," terang Syifa.

Tradisi ganti luwur ini juga sebagai simbol penghormatan anak kepada orang tuanya.

"Jadi ini suatu tradisi bahwa setiap tahun yaitu haulnya beliau tanggal 13 Jumadil Akhir itu kita mengadakan haul. Ini suatu penghormatan atau takdim memuliakan Kanjeng Sultan Fatah dan keluarganya. Di mana beliau ini yang telah babat alas di nusantara khususnya di kabupaten Demak, harus kita hargai," jelas Syifa'.

"Jadi filosofinya ya kita sebagai anak terhadap bapak itu tetap harus kita menghargai. Kalau kita ibaratkan luwur itu adalah pakaian, ya paling tidak pakaian itu kita ganti yang bagus, untuk bapak kita, untuk pendahulu kita," imbuhnya.

Prosesi ganti luwur tersebut diikuti takmir masjid, jajaran Pemkab Demak, dan sejumlah peziarah dengan membaca doa tahlil dan sejenisnya. Takmir masjid lalu menyimpan bekas luwur untuk masyarakat yang menginginkannya.

Bupati Demak, Eistianah mengatakan Pemkab Demak bersinergi dengan takmir masjid untuk menghormati jasa para pendahulu dengan membaca doa di Kompleks Makam Sultan Fatah di belakang Masjid Agung Demak.

"Tentunya kita selalu berdoa, dan ingin seperti perjuangan beliau di zaman kerajaan Islam yang pertama (di Jawa). Perjuangan beliau merangkul masyarakat, semua dirangkul dengan perbedaannya, tentunya kita ingin meneruskan perjuangan beliau," kata Eisti di lokasi.

(dil/dil)


Hide Ads