Tugu Kebangkitan Nasional atau lebih sering disebut Tugu Lilin memiliki makna yang mendalam. Tugu Lilin bersejarah itu terletak di wilayah Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.
Diketahui, tugu tersebut berdiri sejak tahun 1933. Tugu itu dibangun untuk memperingati 25 tahun pergerakan kebangsaan Indonesia atau memperingati berdirinya Budi Utomo.
Tugu Kebangkitan Nasional memiliki filosofi tersendiri hingga memiliki bentuk berupa lilin. Hal itu diungkapkan oleh Pemerhati Budaya, KRMAP. L. Nuky Mahendranata Adiningrat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang dari dulu, memang simbol lilin itu adalah penerang ya. Penerang dalam arti penerang untuk bangsa ini atau negeri ini untuk menjadi lebih baik ke depan dengan adanya Gerakan Budi Utomo itu," kata Kanjeng Nuky di Museum Radya Pustaka, Rabu (18/10/2023).
"Karena memang ada maknanya itu, untuk menerangi bangsa ini, untuk lebih baik. Kira-kira seperti itu," ungkapnya.
Namun, tak banyak yang tahu adanya tugu tersebut lantaran masuk dalam lingkup sebuah sekolah. Tugu Lilin itu berdekatan dengan Yayasan Perguruan Murni Surakarta, yang merupakan realisasi dari cita-cita Budi Utomo di bidang Pendidikan. Bahkan, sampai saat ini yayasan tersebut masih aktif dikelola.
Selain Kanjeng Nuky, filosofi dari bentuk lilin juga dijelaskan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Murni, Suwitadi Kusumo Dilogo. Menurutnya, arti dari simbol lilin tersebut memiliki dua makna.
"Simbolnya lilin itu, satu, menerangi, memberikan penerangan pada orang lain. Lantas yang kedua, lilin itu juga ada sifat yang namanya berkorban. Biar dia hancur tapi orang lain tetap mendapatkan nyala sinarnya, " ujar Suwitadi saat ditemui tim detikJateng di SMK Murni, Jumat (20/10/2023).
Sementara itu, dikutip dari buku Tugu Kebangkitan Nasional Peringatan Pergerakan Kebangsaan Indonesia yang ditulis oleh Suwitadi Kusumo Dilogo, lilin sebagai bentuk harapan akan kemerdekaan yang dulu sangat dinantikan.
"Lilin artinya penerang (suluh) memberikan cahaya di sekitarnya. Menjulang ke atas menatap cita-cita yang luhur (pada waktu itu yang diharapkan adalah kemerdekaan)."
Diketahui, di bawah Tugu Kebangkitan Nasional itu tersimpan sejumlah bongkahan tanah dari seluruh tanah dari Indonesia. Terdapat juga batu merah yang ditanam, batu tersebut berasal dari Keraton Surakarta, Keraton Kartosuro, dan Keraton Pajang.
Artikel ini ditulis oleh Hana Gemeli Rahmawati, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(cln/apl)