Sanggar Saraswati Tulungagung Berupaya Jadi Lilin di Tengah Kegelapan

Kabar Komunitas

Sanggar Saraswati Tulungagung Berupaya Jadi Lilin di Tengah Kegelapan

Denza Perdana - detikJatim
Rabu, 26 Feb 2025 23:30 WIB
Sanggar Saraswati Tulungagung yang mengajarkan berbagai seni bahkan sepakbola.
Sanggar Saraswati Tulungagung yang mengajarkan berbagai seni bahkan sepakbola. (Foto: Istimewa)
Tulungagung -

Senin 17 Februari sore itu, sejumlah anak mengenakan jarit dan selendang berlenggak-lenggok seirama di salah satu halaman rumah di Dusun Majan, Desa Mojoarum, Kecamatan Gondang, Tulungagung. Di saat yang sama, di sejumlah kota, ribuan mahasiswa berunjuk rasa mengusung tagar #IndonesiaGelap.

Bagi Akbar Firmansyah, anak-anak yang belajar berbagai tari seperti beksan jatayu, gambyong, hingga tari dolanan di Sanggar Saraswati yang dia dirikan di halaman rumahnya selayaknya lilin di tengah kegelapan.

"Sanggar ini berdiri 2 tahun lalu, Mei 2023, bertepatan Hari Saraswati. Tari hanya sebagian dari kegiatan di Sanggar ini. Saya punya keinginan, kelak dengan berbagai aktivitas di Sanggar ini akan menghadirkan kemakmuran," ujar Akbar kepada detikJatim, Rabu (26/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gelombang unjuk rasa #IndonesiaGelap di berbagai daerah berangkat dari kecemasan dan keresahan mahasiswa terhadap nasib masa depan bangsanya. Terutama terkait kesejahteraan masyarakat di tengah berbagai kebijakan pemerintah yang tidak mendukung kepentingan rakyat.

Akbar mengaku mengapresiasi beragam aksi unjuk rasa mahasiswa yang berupaya untuk menyentil pemerintah agar mau melihat kondisi masyarakat. Menurutnya, aksi itu penting dilakukan. Sementara dirinya memilih jalan lain dengan terus mengembangkan beragam aktivitas di sanggarnya.

ADVERTISEMENT

"Saya sangat mengapresiasi kepedulian mahasiswa kepada nasib bangsanya. Kalau tidak ada pilihan lain, saya akan turut serta turun ke jalan. Tapi saya punya sanggar ini yang saya kira selaras dengan apa yang diperjuangkan oleh teman-teman mahasiswa," katanya.

Bukan hanya mengajarkan tari, Sanggar Saraswati juga kerap menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda di Mojoarum untuk berdiskusi tentang banyak hal, terutama yang berkaitan dengan seni dan ilmu pengetahuan.

Akbar percaya nama sanggar itu mewakili tujuannya untuk mengembangkan wadah berkumpul berbagai komunitas pemuda dan anak-anak di desanya. Dewi Saraswati yang identik dengan ilmu pengetahuan, keindahan, kesenian, dan kemakmuran.

"Kemakmuran di sini menjadi puncak dari ilmu pengetahuan dan keindahan yang dicapai manusia. Hari Saraswati misalnya, diperingati sebagai turunnya ilmu pengetahuan kepada manusia yang akan membawa kemakmuran dan meningkatkan peradaban umat manusia," ujarnya.

Dewi Saraswati, kata Akbar, adalah dewi yang memiliki 4 lengan melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Yakni pikiran, intelektual, kewaspadaan, dan ego.

Sanggar Saraswati Tulungagung yang mengajarkan berbagai seni bahkan sepakbola.Sekolah Sepak Bola Saraswati Tulungagung. (Foto: Istimewa)

Di masing-masing tangan Dewi Saraswati ada lontar yang melambangkan pengetahuan universal, genitri atau tasbih yang melambangkan pengetahuan spiritual, kecapi yang melambangkan kesempurnaan ilmu dan keindahan seni, serta rebab yang menyimbolkan penyatuan seni dan budaya.

Karena itulah Akbar mengatakan Sanggar Saraswati tidak hanya mengajarkan seni tari, tapi juga karawitan, seni rupa, bahkan sepak bola. Menurutnya, sepakbola juga merupakan seni dan tak lepas dari ilmu pengetahuan.

Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati yang berada di bawah naungan Sanggar Saraswati mengajarkan itu. Sepakbola adalah seni. Pelatih di SSB itu pun tidak main-main, yakni pemain sepakbola muda berbakat Evan Dimas.

Saat ini, setidaknya sudah ada lebih dari 100 orang anak di sekitar Kecamatan Mojoarum yang kembali berminat pada seni tari dan setidaknya teralihkan dari aktivitas dengan gadget dan berbagai bahayanya. Lalu ada 30 anak yang berminat untuk belajar seni rupa di sanggar tersebut.

Sementara untuk SSB, Evan Dimas menyebutkan kalau sebelumnya baru ada 17 anak yang bergabung untuk belajar sepakbola, sekarang jumlahnya bertambah menjadi 22 anak.

"Sekarang kurang lebih sudah ada 22 anak yang rutin latihan. Semoga terus bertambah supaya semakin banyak anak yang menyadari bahwa sepak bola itu juga bagian dari seni dan ilmu pengetahuan," katanya.

Untuk mengapresiasi setiap anak yang belajar dan beraktivitas di sanggar itu, Akbar berinisiatif secara rutin menggelar pertunjukan atau pentas yang digelar bersamaan dengan Hari Raya Saraswati.

"Sanggar kami rutin melakukan pertunjukan setiap Hari Raya Saraswati setiap 30 minggu sekali. Jadi, setiap tahunnya kami adakan pementasan 2 kali. Bukan cuma tari, tapi juga karawitan, pameran lukis dan seni rupa, Evan juga kemarin sempat juggling pas pentas," kata Akbar.

Dia berharap, apa yang dia lakukan di Mojoarum setidaknya menumbuhkan kembali kebiasaan untuk terus belajar meraih ilmu pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga melalui pelajaran seni dan budaya.

"Masalah di Indonesia ini kan kalau saya lihat itu. Budaya sopan santun, unggah ungguh, itu semakin luntur. Ini juga yang mendorong kecenderungan korupsi. Karena itu, saya harap langkah kecil yang saya lakukan ini setidaknya bisa berdampak untuk bangsa ini," ujarnya.

Terakhir, dalam waktu dekat ini Akbar mengaku ingin mengembangkan wadah bagi anak muda untuk mempelajari bagaimana bercocok tanam. Pertanian, kata dia, menjadi salah satu yang hendak dia tularkan demi mendekatkan bangsa ini pada kemakmuran.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads