Srimulat Menolak Tamat, Bertahan di Dunia Modern

Srimulat Menolak Tamat, Bertahan di Dunia Modern

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 05 Agu 2023 20:49 WIB
Putra Teguh Slamet Rahardjo, Eko Saputro (Koko) menunjukkan foto-foto Srimulat pentas. Foto diunggah Sabtu (5/8/2023).
Putra Teguh Slamet Rahardjo, Eko Saputro (Koko) menunjukkan foto-foto Srimulat pentas. Foto diunggah Sabtu (5/8/2023). (Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Solo -

Srimulat Surabaya menjadi perjalanan awal dan akhir dalam pertunjukan reguler. Grup yang didirikan Teguh Slamet Rahardjo itu, dibubarkan pada tahun 1990-an.

Saat itu, Teguh sudah sakit-sakitan hingga akhirnya tutup usia pada tahun 1996. Meski tidak ada panggung reguler, Srimulat kemudian dipegang oleh Istri Teguh, Djudjuk. Saat itu, Djudjuk dibantu putranya, Eko Saputro (Koko).

Koko menceritakan, setelah Srimulat bubar, ada upaya untuk Srimulat reuni. Saat itu Srimulat mendapatkan kontrak 13 episode di TPI, namun tidak diperpanjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama kemudian, Srimulat mendapatkan tawaran oleh Indosiar. Awalnya mereka bermain di Jakarta, kemudian dibuat road show.

"Keliling (road show) pertama keliling di Semarang tanggal 22 September 1996. Saat itu Srimulat dipimpin Mamah (Djudjuk)," kata Koko kepada detikJateng, Kamis (3/8/2023).

ADVERTISEMENT

Di saat bersamaan, Teguh sakit stroke, kondisinya sudah semakin memburuk. Usai road show di Semarang, Djudjuk mendapat kabar jika Teguh sudah di Rumah Sakit Kasih Ibu Solo. Mereka kemudian bertolak ke Solo, sesampainya di RS, tak selang lama, Teguh meninggal dunia.

Srimulat di bawah kepimpinan Djudjuk, lebih sering bermain di TV. Djudjuk dibantu Kadir untuk menjalankan projek tersebut. Mereka bermain di Indosiar selama 14 tahun.

"Di pimpinan tetap namanya Mamah. Tapi mulai pertengahan hingga akhir, yang memegang saya, tapi atas nama Mamah," ucapnya.

Srimulat kemudian malang melintang di industri pertelevisian. Hingga membuat program, Srimulat Cari Bakat di ANTV. Setelah itu, Srimulat sudah tak terlihat lagi di publik.

"Srimulat itu gini, hidup segan, mati nggak mau. Artinya di garis hidup dan mati. Tapi bukan berarti kita kolaps, kita tetap berkarya," ujarnya.

Djudjuk meninggal dunia pada tahun 2015 lalu. Tongkat kepimpinan Srimulat saat ini dipegang oleh Koko. Saat ini, dia fokus untuk mensuport talenta muda.

Untuk kegiatan, dia mengaku akan lebih selektif, meski dia mengaku banyak tawaran yang datang.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saat ini, Koko tengah fokus pada acara hari jadi Srimulat ke-70 tahun pada Selasa (8/2) besok. Acara itu akan menampilkan pameran wayang golek dengan karakter tokoh Srimulat, dan launching buku.

"Kalau sekarang mau pakai Srimulat, menghubungi saya. Penampilnya tinggal pilih mau yang mana, misal teman Srimulat senior yang masih ada seperti Kadir, Tessy, Tarsan, Nunung, Polo, itu bisa. Untuk sekarang ini, terakhir di Jakarta itu biayanya Rp 40 juta," ucapnya.

Saat dipimpin Koko, Srimulat mengerjakan dua proyek film, yakni Finding Srimulat (2013), dan Srimulat: Hil yang Mustahal (2022).

Pada film Finding Srimulat, Koko hanya membantu dalam supervisi saja. Namun pada saat film Srimulat: Hil yang Mustahal, dia juga membantu dalam proses produksi.

"Saya melatih pemain, dan memberikan joke asli karakter pemain. Karena di film Srimulat: Hil yang Mustahal itu kan pemainnya beda semua, meski ada Tarzan dan Nunung, tapi mereka tidak memainkan karakternya," kata dia.

Ke depan, Koko, ingin membuat Wayang Orang. Pertunjukan itu untuk sajian hiburan anak muda, dan meneruskan ide sang ayah.

"Saya ingin menggarap wayang orang. Sebenarnya itu (ide) sudah lama sih, tapi belum keturutan. Itu sebenarnya ide dari bapak," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kadir Srimulat Kini Jadi Afiliator, Raup Puluhan Juta per Bulan"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)


Hide Ads