Pasang Surut Ikon Dagelan Srimulat: dari Johny Gudel hingga Era Asmuni dkk

Pasang Surut Ikon Dagelan Srimulat: dari Johny Gudel hingga Era Asmuni dkk

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 05 Agu 2023 19:34 WIB
Putra Teguh Slamet Rahardjo, Eko Saputro (Koko) menunjukkan foto-foto Srimulat pentas. Foto diunggah Sabtu (5/8/2023).
Foto-foto saat Srimulat masih eksis pentas (Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng)
Solo -

Grup dagelan Aneka Ria Srimulat dengan para ikonnya, seperti Johny Gudel, Suroto, Sumiati, Karjo AC-DC, Pentil meraih masa kejayaannya. Penampilan mereka selalu menghibur dan selalu ditunggu penonton.

Penonton di THR Surabaya berhasil dibuat tertawa, dengan komedi yang dibawakan Srimulat. Putra pendiri Srimulat, Eko Saputro atau Koko, mengatakan saat itu setiap tiga bulan sekali, Aneka Ria Srimulat sering mendapatkan undangan untuk pentas di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta selama satu minggu.

"Tapi pada praktiknya, karena kita sering ramai, itu dikasih waktu dua minggu," kata Koko kepada detikJateng di kediamannya, di Sumber, Banjarsari, Solo, Kamis (3/8/2023) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengenang Srimulat yang hanya memiliki satu grup harus membagi waktu antara pentas di TIM dan THR Surabaya. Saat pentas di TIM otomatis, penampilan di THR Surabaya terpaksa libur.

Belakangan ada promotor yang meminta Srimulat tampil reguler di Jakarta. Namun permintaan itu ditolak Teguh sebagai pimpinan Srimulat.

ADVERTISEMENT

Teguh memiliki dua alasan sehingga Aneka Ria Srimulat enggan hijrah ke Jakarta. Meskipun dalam penampilan mereka di TIM tergolong sukses.

"Alasannya, bapak tidak bisa meninggalkan Surabaya begitu saja, karena yang memberikan fasilitas pertama kali Pemda Surabaya. Yang kedua, pemainnya waktu itu masih menggunakan Bahasa Jawa semua, kalau untuk sementara masih oke. Tapi untuk satu bulan tidak oke karena tidak komunikatif," ucapnya.

Alasan itu diutarakan Teguh kepada Koko, berdasarkan hasil pengamatan ketika Srimulat pentas di Jakarta. Sebab, penonton yang datang tak hanya orang yang mengerti Bahasa Jawa saja, sehingga komedinya tidak bisa diterima semua kalangan.

Teguh mencoba memperbaiki hal itu, dengan meminta para pemainnya untuk membiasakan diri tampil dengan dicampur Bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar saat Srimulat bermain di Jakarta, bisa menyesuaikan dengan penontonnya.

Namun sebelum hal itu dilakukan, masalah menghampiri Aneka Ria Srimulat. Sejumlah ikonnya satu persatu keluar dari grup. Mereka kemudian mendirikan grup baru.

"Sudah selesai tampil dua minggu di Jakarta, lalu pulang ke Surabaya semua. Selang sebulanan, pemain Srimulat pada keluar, yang tersisa tinggal seperempatnya, hanya menyisakan pemain lapis kedua dan ketiga. Maskotnya waktu itu Johny Gudel, Suroto, Sumiati, Karjo AC-DC, Pentil, dan pemain musik, dijanjiin enak-enakan semua sama promotornya untuk ke Jakarta," ucapnya.

Selengkapnya di halaman berikut.

Di Jakarta, Johny Gudel mendirikan grup baru. Hal itu membuat Teguh cukup kecewa, dan Srimulat sempat mengalami guncangan. Untuk mengisi posisi pemain yang ditinggalkan, pemain ludruk dan ketoprak yang ada di sekitar Surabaya dilibatkan untuk bergabung dengan Srimulat.

Johny Gudel Pamit, Asmuni dkk Merapat

Lalu masuklah eks anggota dari grup sandiwara bernama Lokaria yang ada di Malang. Grup Lokaria berisikan pemain seperti Asmuni, Tarsan, Tessy, Abimanyu, Betet, Rohana, Rina, dan lainnya.

Masuknya grup Lokaria ini mendapatkan restu dari pemimpinnya, Amang, yang juga teman Teguh. Sebab, Lokaria mengalami masa sulit dan harus dibubarkan. Amang menitipkan para anak buahnya itu agar bisa ikut Srimulat.

"Saat itu Lokaria sudah tidak bisa dipertahankan lagi, di sana juga sepi, sehingga pemainnya masuk satu (Srimulat) persatu. Bapak saya berpesan kalau Lokaria memang sudah bubar, tidak apa-apa. Tapi kalau di sana masih berjalan, kalian ke sini, saya tidak mau," ujarnya.

Masuknya Asmuni dan kawan-kawan ke Srimulat, membuat eksistensi Srimulat semakin meroket. Mereka yang datang dengan karakter masing-masing, dan sudah terbiasa membawakan narasi dengan Bahasa Indonesia, membawa warna baru bagi Srimulat.

Namun di sisi lain, anggota Srimulat menjadi cukup banyak. Teguh lalu mempercayakan kepada Asmuni untuk membuat grup yang dikenal Srimulatnya Asmuni, untuk tampil kelilingan, dan tampil di Jakarta.

Bersinarnya Srimulat di era Asmuni, membuat karier Jhony Gudel di Jakarta meredup. Koko mengatakan, Jhony Gudel beberapa kali pernah menemui ayahnya, agar bisa kembali ke Srimulat. Namun, hal itu ditolak Teguh.

"Beberapa kali saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, Jhony Gudel itu pernah bertemu bapak saya di Solo. Saat itu, Jhony Gudel pengin masuk lagi, tapi bapak saya biang sudah tidak bisa, karena polanya sudah berbeda dengan era 60-70an. Karena polanya bermain cepat sekali," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads