Masyarakat yang tinggal di lereng Merapi baik itu di Jogja dan sekitarnya tentu akrab dengan tradisi Labuhan Merapi. Tradisi yang dilakukan rutin setiap bulan Sya'ban (Ruwah) ini ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tradisi Labuhan Merapi digelar Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dalam rangka memperingati naik tahta Sultan HB X. Dimulai dari petilasan rumah Mbah Maridjan. Juru kunci Merapi terdahulu di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan.
Iring-iringan para abdi dalem keraton menuju lokasi labuhan itu dimulai dari Bangsal Sri Manganti yang terletak di pos 1 Merapi. Di lokasi itulah ubarampe (sesaji) dilabuh setelah selama satu malam disemayamkan di Kinahrejo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ubarampe tersebut berupa kain yang dinamai sinjang cangkring, sinjang kawung kemplang, semekan gadhung, semekan gadhung melati, semekan banguntulak, kampuh poleng ciut, dhestar daramuluk, paningset udaraga.
Juru Kunci Gunung Merapi Mas Wedana Suraksa Hargo Asihono atau sering disapa Mas Asih menuturkan labuhan ini merupakan prosesi rutin setiap tahunnya di Gunung Merapi.
"Pesan Ngarsa Dalem khususnya pada tahun ini karena sudah dikatakan sudah bebas pandemi mungkin yang ikut untuk labuhan itu lebih banyak daripada tahun kemarin," kata Mas Asih kepada wartawan, Rabu (22/2/2023).
Mas Asih menjelaskan secara umum Labuhan Merapi bermakna untuk memohon perlindungan kepada Tuhan. Oleh kareanya ada prosesi doa setibanya di Petilasan Srimanganti.
"Makna dari labuhan Merapi yaitu kita memohon kepada Tuhan yang Maha Esa kepada Allah supaya kita selalu diberi keamanan atau dijauhkan dari segala bala (bahaya)," jelasnya.
Prosesi labuhan tahun ini termasuk labuhan alit. Sebab, tidak bertepatan dengan tahun Dal. Dari sekian banyak ubarampe, hanya kambil wacangan, ubarampe berupa pelana kuda yang tidak disertakan kali ini. Jenis ubarampe itu hanya disertakan saat labuhan ageng setiap delapan tahun sekali.
"Sama dari tahun kemarin, kecuali tahun dal atau labuhan besar atau labuhan gede itu beda. Ini labuhan kecil," ujarnya.
Prosesi sendiri diawali dari diterimanya ubo rampe di Kantor Kapanewon Cangkringan pada Selasa (21/2). Selanjutnya diinapkan di petilasan Juru Kunci Gunung Merapi. Berlanjut dengan pemutaran wayang kulit semalam suntuk.
Pada pagi harinya, para abdi dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berkumpul di petilasan Juru Kunci Merapi. Setelahnya berjalan kaki menuju Petilasan Srimanganti ubtik prosesi labuhan.