Menjadi Penari Lengger Lanang Banyumas, Benarkah Kerasukan Indang?

Menjadi Penari Lengger Lanang Banyumas, Benarkah Kerasukan Indang?

Vandi Romadhon - detikJateng
Sabtu, 12 Nov 2022 08:30 WIB
Rianto, penari lengger lanang asal Banyumas yang kini tinggal di Jepang.
Rianto Manali, penari lengger lanang asal Banyumas yang kini tinggal di Tokyo. Foto: Dok Pribadi Rianto by Kanca Nusantara
Banyumas -

Kesenian lengger lanang Banyumas sudah ada sejak ratusan tahun silam. Hingga kini kesenian lintas gender itu masih tetap eksis.

Masyarakat di Banyumas mempercayai bahwa penari lengger lanang dititisi oleh indang lengger atau roh leluhur. Benarkah demikian?

Salah satu penari lengger lanang yang sudah cukup lama malang melintang menari di Banyumas hingga luar negeri adalah Rianto Manali. Saat ini dia tinggal di Jepang dan mendirikan sanggar tari di Dewandaru Dance Company (DDC) di Tokyo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah hidup Rianto bahkan menjadi inspirasi bagi Garin Nugroho dalam sebuah film berjudul 'Kucumbu Tubuh Indahmu'.

detikJateng menghubungi Rianto yang saat ini tinggal di Tokyo. Dalam wawancara tersebut, Rianto menceritakan perjalanan spiritualnya hingga menjadi seorang lengger lanang.

ADVERTISEMENT

Untuk menjadi seorang lengger, menurutnya menuntut proses panjang yang dibutuhkan untuk mempertebal laku hidup seniman. Karena lengger merupakan seni tradisional jawa, maka hal mistis tentu saja tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam proses menjadi lengger.

"Saya memulai proses dari kecintaan terhadap tari sejak kecil, kemudian ketika saya melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan Sendang Mas Banyumas yang sekarang menjadi SMK Negeri 3 Banyumas, saya mengalami sebuah transformasi dalam tubuh saya," ujarnya.

Menurut Rianto, pada awalnya dia tidak bisa menari. Tetapi dalam prosesnya waktu bersekolah, tubuhnya menyerap pengetahuan tentang kepenarian. Tak hanya itu, dia juga memperdalam pemahamannya tentang tari melalui grup-grup di luar sekolah.

"Saya belajar di beberapa desa, misalnya di Tinggarjaya Jatilawang, kemudian Banyumas Barat, di Purwokerto yang paling banyak saya mengenal di daerah Kroya atau terkenal dengan Desa Lengger yaitu di daerah Banjarwaru," lanjutnya.

Pengalaman spiritual Rianto kerasukan indang lengger di halaman selanjutnya...

Pengalaman mistis Rianto pertama didapatkan saat di Banjarwaru, Kala itu, dia diciumkan oleh ibunya kepada lengger yang bernama Adminah yang merupakan lengger paling populer. Selepas kejadian itu seolah dia mendapatkan pelajaran gaya lengger dari para leluhur ke dalam tubuh.

"Setelah itu saya melakukan upacara ritual sendiri dan berkunjung ke Panembahan Melati, di sanalah saya mendapat indang melati. Konon ceritanya melati ini adalah seorang penyamar ataupun istri dari Pangeran Lang-lang Buana yang menyamar sebagai penari lengger," ucapnya.

Fenomena aneh dialaminya setelah berdoa dan berziarah di Panembahan Melati. Rianto mengungkap pada malam harinya dia mendapatkan pertanda dengan munculnya suara kendang di telinga saat dia tidur.

"Ketika saya membuka mata suara kendang itu hilang, lalu setelah saya pejamkan suara itu muncul lagi, di situlah saya mencoba menikmati dalam alam pikir dan rasa, kemudian kejiwaan ada sebuah kekuatan yang muncul dan merasuk ke dalam tubuh dan saya percaya itu bagian dari kehidupan lengger yang saya jalani," tuturnya

Dirinya mempercayai di dalam tubuh ada kekuatan yang melebihi akal dan pikiran. Menurutnya sampai saat ini para penari lengger memiliki indang masing-masing yang mereka capai ataupun yang mereka bawa dari lahir.

"Kepercayaan ini bagi para penari lengger masih dipercaya, kecuali oleh masyarakat yang tidak tahu indang dan pemahaman informasi tentang lengger ataupun indang," tuturnya.

Dia meyakini fenomena 'Kewahyon Indang Lengger' atau kemasukan roh leluhur lengger masih ada hingga saat ini. Hal itu dilakukan oleh penari lengger di daerah Banyumas.

"Masih ada, pada dasarnya mereka mencoba membuka keikhlasan dalam tubuhnya untuk menerima indang yang mereka bawa atau munculkan dari lahir, sebelum melakukan pertunjukan lengger pasti mereka nyekar ke panembahan yang mereka yakini di situ tempat lengger," jelasnya

Soal indang lengger ini juga pernah ditulis budayawan Ahmad Tohari dalam makalah untuk seminar Sosialisasi dan Penayangan Film Dokumenter di Kabupaten Banyumas pada 2015 silam.

Tohari menyebut lengger lanang sebagai seni transgender yang keberadaannya telah disebut dalam Serat Centhini. Pada 2015, Ahmad Tohari mencatat di Banyumas masih ada tujuh penari lengger lanang yang masih berusia muda.

Namun, bagi masyarakat di Banyumas, bukan hanya kepiawaian menari dengan gerak perempuan yang dibutuhkan oleh seorang penari lengger lanang. Masyarakat meyakini hanya orang yang kerasukan indang yang bisa menjadi penari lengger.

"Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya adanya indang lengger yang konon bisa merasuki perempuan maupun laki-laki. Orang atau anak muda perempuan maupun laki-laki, bila dia kerasukan indang, maka dia akan jadi lengger. Demikian mitos yang lama hidup di Banyumas," tulis Tohari dalam makalah tersebut.

Halaman 2 dari 2
(ahr/dil)


Hide Ads