Tentang Batu Kemuncak di Jatinom Klaten dan Dakwah Damai Ki Ageng Gribig

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Sabtu, 08 Okt 2022 15:04 WIB
Batu yang diduga stupa atau kemuncak candi di makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten. Dipotret Sabtu (8/10/2022). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Sebuah batu yang diduga stupa atau kemuncak pada candi berada di kompleks makam Ki Ageng Gribig, kawasan Masjid Gede Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Batu tersebut terawat dengan baik di kompleks makam Ki Ageng, ulama penyebar agama Islam.

Batu menyerupai lonceng terbalik itu tingginya sekitar 80 sentimeter dengan diameter sekitar 20 sentimeter. Di puncaknya terdapat batu lonjong dengan puncak yang meruncing.

Batu tersebut berada tepat di jalan setapak ke kompleks utama makam Ki Ageng. Batu itu pun mudah terlihat dari luar kompleks makam.

Selain itu juga ada beberapa batu bertakik komponen pada candi yang ditemukan di dekat tangga menuju sendang Plampeyan atau persis di depan kompleks makam Ki Ageng Gribig.

Di jalanan pinggir kampung, batu-batu prigen juga ditemukan. Ada yang di tepi pekarangan, tembok pagar, patok jalan, dan halaman rumah penduduk.

"Batu diduga stupa atau kemuncak itu ditemukan tak jauh dari Masjid Gede. Daripada tidak terawat diletakkan di kompleks makam," kata Sekretaris Pengelola dan Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig, Muhammad Daryanto, kepada detikJateng, Sabtu (8/10/2022).

Batu yang diduga peninggalan atau bekas candi di pekarangan warga, tak jauh dari makam Ki Ageng Gribig di Jatinom, Klaten. Dipotret Sabtu (8/10/2022). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Apakah sebelum Ki Ageng Gribig berdakwah, ada peradaban Hindu Buddha di kawasan tersebut? Daryanto tidak menyangkal kemungkinan itu.

Menurut dia, kemungkinan jejak peradaban Hindu Buddha itu ada sejak lama. Bahkan saat dirinya kecil masih ada bekas fondasi bangunan yang diduga candi.

"Dulu saat saya masih kecil masih ada fondasinya di utara Masjid Alit sekitar 70 meter. Batu-batu prigen sekarang sudah tersebar," ujarnya.

Menurut dia, daerah Jatinom dulunya dimungkinkan sudah ada peradaban Hindu Buddha. Setelah ditinggalkan pemeluknya, Ki Ageng Gribig kemudian datang berdakwah.

"Karena sudah ditinggalkan pemeluknya menjadi tidak terawat. Setelah itu Ki Ageng Gribig datang berdakwah dengan cara yang damai," papar Daryanto.

Jejak dakwah damai Ki Ageng itu, imbuh Daryanto, masih terlihat sampai sekarang. Beberapa bangunan peninggalan Ki Ageng bercorak Hindu Buddha, termasuk Masjid Alit.

Konfirmasi dari BPCB Jateng ada di halaman selanjutnya...




(dil/rih)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork