Ini Dia Sosok Abdi Dalem Perawat Wayang Kulit Keraton Jogja

Ini Dia Sosok Abdi Dalem Perawat Wayang Kulit Keraton Jogja

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 23 Feb 2022 07:37 WIB
Sagio atau Mas Wedhana Perwitowiguno merupakan abdi dalem perawat wayang kulit koleksi Keraton Jogja. Dia juga empu wayang gaya Yogyakarta
Sagio atau Mas Wedhana Perwitowiguno merupakan abdi dalem perawat wayang kulit koleksi Keraton Jogja. Dia juga empu wayang gaya Yogyakarta (Foto: dok. Keraton Jogja)
Solo -

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki koleksi lebih dari dua ribu wayang kulit yang sebagian berusia tua. Perawatan wayang kulit itu menjadi tanggung jawab Mas Wedana (MW) Perwitowiguno, abdi dalem yang juga seorang empu wayang gaya Yogyakarta.

"(Tugas saya) merawat dan memperbaiki kalau ada yang rusak, talinya putus, atau sobek, atau warnanya hilang. Kan ada wayang yang karena lama, sobek. Itu bagian saya. Tugas saya," kata Perwitowiguno seperti dikutip detikJateng dari situs kratonjogja.id, Rabu (23/2/022).

Perawatan wayang kulit membutuhkan keahlian khusus dan ketelitian tinggi. Kerusakan ringan bisa diperbaiki dalam waktu sehari, sementara yang berat, misalnya sobek, bisa memakan waktu seminggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perawatan pelengkap kostum pertunjukan tari dan Wayang Wong yang terbuat dari kulit juga merupakan tanggung jawab Perwitowiguno. Tak sekadar merawat, Perwitowiguno juga membuat aksesori-aksesori yang dibutuhkan, seperti kelat bahu dan mahkota.

"Saya pernah renovasi kereta kencana, membuat tempat duduk kusir. Itu (memakan waktu) dua tahun lho," ujarnya.

Pria asal Desa Gendeng, Bangunjiwo, Bantul ini menyebut ada empat juru tatah dan sungging di bawah KHP Kridamardhawa. Dia mengaku sebagai yang paling tua. Dia senang kini ada lembaga yang mengajarkan keterampilan ini untuk regenerasi.

ADVERTISEMENT

"Atas inisiatif Sri Sultan Hamengku Buwono X, supaya wayang kulit masih bisa lestari, dibuat sekolah khusus buat wayang kulit di Akademi Komunitas Negeri," terang Perwitowiguno yang juga salah satu pengajar di akademi tersebut.

Cinta wayang sejak belia

Kecintaan pria bernama Sugio ini terhadap wayang tak lepas dari pengaruh ayahnya Jaya Perwita yang merupakan seorang penatah wayang kulit. Sejak muda, dia belajar tentang wayang di bawah bimbingan empu-empu wayang kulit, seperti Puja Winata, pemahat wayang dari Desa Gendeng, dan MB Prayitno Wiguno, Abdi Dalem keraton.

Pada 1978 dia pun bergabung menjadi abdi dalem usai guru memahatnya meninggal dunia. Prawitowiguno mengaku ingin melihat koleksi wayang kulit Kraton Jogja.

"Untuk ngangsu kawruh (belajar) lagi. Satu-satunya jalan (mencari ilmu) saya harus masuk keraton untuk melihat wayang yang sudah ada," tuturnya.

Sagio atau Mas Wedana Perwitowiguno merupakan abdi dalem perawat wayang kulit koleksi Keraton Jogja. Dia juga empu wayang gaya Yogyakarta.Sagio atau Mas Wedana Perwitowiguno merupakan abdi dalem perawat wayang kulit koleksi Keraton Jogja. Dia juga empu wayang gaya Yogyakarta. Foto: dok. Keraton Jogja

Jadi duta budaya

Keahliannya menatah wayang telah membuat Prawitowiguno sudah berkeliling dunia. Dia kerap ditunjuk sebagai duta untuk pameran budaya Indonesia di berbagai belahan dunia seperti Amerika, Eropa dan Asia.

"Orang asing saja kalau belajar antusias sekali. Saya pernah diminta mengajar workshop di Amerika. Itu orang pada antre sampai nggak kebagian tempat duduk," cerita dia.

Semangat melestarikan wayang

Nyaris seluruh hidupnya didedikasikan untuk wayang dan kriya kulit. Karya Sagio ini pernah rutin dikirim ke Istana Negara untuk dijadikan suvenir bagi tamu-tamu negara pada era Presiden Soeharto. Tak terhitung lagi wayang buatannya yang sudah merambah mancanegara.

"Banyak pesanan dari sanggar-sanggar itu. Yang saya buat itu khusus gaya Yogyakarta yang di pasaran tidak ada," kata bapak tiga anak ini.

Waktu luangnya pun juga tak jauh-jauh dari wayang. "Nonton wayang. Mendengarkan (siaran pertunjukan) wayang dari radio. Sekarang ada (tontonan wayang) YouTube," tuturnya.

Puluhan tahun bergelut di kerajinan kulit, Sagio sadar hanya orang yang betul-betul cinta yang bakal bertahan. "Membuat wayang kalau tidak didasari rasa senang, itu biasanya bosan," ucapnya.

Sagio pun mengaku senang bisa mengabdi dan melihat langsung wayang kulit koleksi Kraton Jogja. Dia pun senang ketika semakin banyak anak muda yang mencintai wayang. Terlebih anak bungsunya kini kuliah di Jurusan Kriya Kulit ISI Yogyakarta dan sering membantunya berkarya.

"Saya senang menularkan pengetahuan, biar panjang umurnya," tutur Sagio.




(ams/ams)


Hide Ads