Nelayan di Kampung Tambaklorok, Semarang sudah hampir sepekan tak berani melaut imbas gelombang tinggi. Salah satu nelayan di sana Darmadi (48) mengaku harus menjual barang berharganya demi bisa bertahan hidup.
"Seminggu ini full nggak bisa berangkat, overdosis ini ombaknya," katanya saat ditemui detikJateng di tempat parkir kapal, Kampung Tambaklorok, Semarang, Rabu (13/3/2024).
Dia mengatakan gelombang tinggi sebenarnya sudah terjadi sejak sebulan lalu. Namun, masih ada waktu-waktu tertentu nelayan bisa melaut dengan aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Sabtu (9/3/2024), para nelayan sudah tak berani melaut. Saat ini, aktivitas membersihkan kerang dan ikan yang biasanya terlihat di sekitar lokasi juga tak nampak.
"Kalau amatan nelayan sih sudah selesai harusnya ombaknya tapi nggak tau ini malah tinggi-tingginya sekarang," tambahnya.
Setidaknya ada 400 orang yang menggantungkan hidup sebagai nelayan di sekitar Kampung Tambaklorok. Beberapa nelayan memilih mencari pendapatan lain selama gelombang tinggi, beberapa hanya bisa berharap gelombang cepat mereda.
"Ya dampaknya nggak bisa melaut akhirnya ya kalau bisa ngutang ya ngutang, kalau bisa menjual barang ya jual barang," jelasnya.
![]() |
Sementara itu, Kepala BMKG Maritim Semarang, Taruna Mona Rachman menyebut cuaca ekstrem memang sedang terjadi beberapa hari terakhir. Ketinggian gelombang disebut mencapai 2 meter ditambah dengan angin mencapai 20 knot.
"Beberapa hari ini memang cuaca kita kurang bagus ya, cuaca juga untuk tinggi gelombang itu sekitar 2 meter kategori sedang dan juga anginnya kencang sampai 20 knot," ujarnya melalui sambungan telepon.
Menurutnya, hal tersebut cukup berbahaya bagi nelayan. Dia mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di laut.
"Sampai 3 hari ke depan ini cuacanya masih seperti ini, hujan disertai angin juga karena memang ada bibit siklon di selatan Indonesia itu, ada 2 bibit siklon tropis yaitu di selatan," tambahnya.
(cln/ahr)