Pembuat Rumah Arwah di Gang Cilik Pecinan Semarang Kini Tinggal Satu-satunya

Pembuat Rumah Arwah di Gang Cilik Pecinan Semarang Kini Tinggal Satu-satunya

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 05 Feb 2024 17:34 WIB
Ong Bik Hok, pemilik bisnis rumah arwah di Pecinan Semarnag.
Ong Bik Hok, pemilik bisnis rumah arwah di Pecinan Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Semarang -

Di salah satu gang sempit Pecinan Kota Semarang, terlihat satu rumah toko yang penghuninya sibuk merangkai bambu serta kertas menjadi bentuk rumah. Hasil rangkaian bambu serta kertas itu menjadi sebuah karya yang disebut Rumah Arwah. Ya, Rumah Arwah dibuat memang diperuntukkan bagi arwah orang meninggal.

Ong Bik Hok (75) dan dua pekerjanya menggeluti bisnis pembuatan Rumah Arwah yang sudah ada sejak sekitar tahun 1800-an. Dia menjadi generasi keempat yang membuat pernak-pernik untuk ritual kematian warga keturunan Tionghoa itu.

"Saya sudah generasi keempat. Sudah ada sekitar tahun 1800-an. Biasanya banyak pesanan ketika tilik kubur dan imlek," kata Ong Bik Hok ditemui detikJateng, Rabu (31/1/2024) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ong Bik Hok mengatakan sejak awal workshop-nya memang ada di Gang Cilik itu. Lokasinya sempat bergeser sedikit dan kini ada tepat di depan kelenteng Hoo Hok Bio.

"Dari dulu memang di sekitar sini. Dulu di rumah kakek, sekarang di sini," ujarnya.

ADVERTISEMENT
Bisnis rumah arwah di Pecinan Semarnag.Bisnis rumah arwah di Pecinan Semarnag. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Dia kemudian menceritakan soal Rumah Arwah. Dalam tradisi Tionghoa, ada kepercayaan arwah orang meninggal diberi bekal di akhirat. Bekal yang dimaksud seperti barang-barang di dunia yaitu rumah dan seisinya.

"Namanya Rumah Arwah, dikirim kepada yang meninggal. Supaya di sananya tidak kekurangan sesuatu. Perabot, rumah, ada semua, kasur, TV, garasi, mobil. Kayak rumah biasa. Kemudian ada syaratnya, harus ada 'gunung emas', 'gunung perak', 'gunung uang'. Ada dewa pengantar juga, ada surat rumahnya, lengkap," ujar Hok.

Bentuk rumah hingga perabotan yang dibuat sesuai pesanan. Ada beberapa permintaan unik semisal membuat ruang karaoke karena mendiang suka menyanyi. Bahkan, ada yang meminta dibuatkan supermarket hingga miniatur mesin ding dong.

"Ada yang minta kolam renang, ada yang minta tempat karaoke, minta minimarket. Ada juga yang suka adu jago, kasih jago, ada yang suka ding dong, ada yang minta mesin kopi. Bisa, semua bisa," jelasnya.

Rumah Arwah beserta perabotan dari kertas dan bambu itu dikirim ke orang yang sudah meninggal dengan cara dibakar. Menurut kepercayaan Tionghoa, bekal tersebut menemani arwah yang berada di akhirat.

"Nanti dibakar, waktu kirim rumah misal 49 hari (setelah kematian). Ada ritualnya, Kong Tek," katanya.

Contoh rumah arwah di Pecinan Semarnag.Contoh rumah arwah di Pecinan Semarnag. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Beberapa hal yang unik dalam ritual Rumah Arwah itu adalah bentuk Rumah Arwah tidak boleh sama dengan rumah yang ditempati semasa hidup karena dipercaya akan memberikan dampak buruk bagi orang yang tinggal di rumah tersebut.

"Rumahnya nggak boleh sama kayak yang di dunia, harus beda. Kalau yang sama dikirim nanti ada gangguan. Ada anaknya kirim rumah untuk ayah yang sudah meninggal persis seperti yang ditempati, kemudian ada masalah. Jadi nggak boleh sebenarnya, harus desain lainnya. Kecuali rumahnya sudah dijual," jelas Hok.

Ong Bik Hok kini menjadi satu-satunya pemilik tempat pembuatan Rumah Arwah di Pecinan Semarang. Di tempat bernama Rumah Kertas Hok itu pesanan datang dari berbagai daerah.

"Kalau di Pecinan iya satu-satunya. Kalau di tempat lain masih ada," pungkas Hok.




(cln/apl)


Hide Ads