Lahan pertanian di Kabupaten Demak terus berkurang dari tahun ke tahun. Hal tersebut dipengaruhi adanya proyek pembangunan hingga dampak banjir rob.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Demak Henri Wagiyanto menyebut dari hasil pencacahan sensus pertanian 2023 tahap I, dari 10 tahun sejak 2013-2023 menunjukkan penurunan. Yaitu Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di Demak mengalami penurunan sekitar 13,60 persen atau 20.006 unit.
Penurunan juga terjadi pada Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) sebanyak 4,4 persen atau 125.659 rumah tangga. Berbeda dengan data 10 tahun sebelumnya pada tahun 2013 yang mencapai 131.474 rumah tangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya untuk Demak ini hasilnya untuk usaha pertanian perorangan itu menunjukkan penurunan, termasuk usaha rumah tangga pertanian," kata Henri usai merilis sensus hasil pertanian di Hotel Amantis, Selasa (12/12/2023).
![]() |
Ia menyebut bahwa penyebab berkurangnya usaha pertanian di Demak tersebut lantaran banyak pembangunan. Selain itu juga termasuk adanya rob.
"Berdasarkan dari hasil diskusi kami tadi karena memang ada pengurangan-pengurangan lahan. Di antaranya karena pembangunan jalan tol, pembangunan pabrik, perumahan dan sebagainya," jelasnya.
"Bukan hanya itu saja, termasuk juga adanya rob yang sudah menggerus lahan-lahan pertanian di Demak. Kan besar sekali itu," sambungnya.
Ia menyebut bahwa penurunan angka usaha pertanian tersebut cukup signifikan.
"Mungkin cukup signifikan, karena sebenarnya 10 tahun lalu Demak itu penyangga pangan nomor 2 se-Jawa Tengah. Terakhir dari hasil data pertanian kita dan ternyata Demak itu sudah menjadi nomor 4," terangnya.
Ia menyebut bahwa nomor 4 Demak sebagai penyangga pangan setelah beberapa wilayah lain. Yaitu Wonogiri, Sragen, dan Grobogan.
"Apakah itu terdapat korelasi hubungannya juga kita nanti lihat analisisnya," sambungnya.
(rih/ahr)