Olah Sampah Organik Lewat Budi Daya Maggot Ala Warga Kricak Jogja

Olah Sampah Organik Lewat Budi Daya Maggot Ala Warga Kricak Jogja

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Selasa, 01 Nov 2022 15:55 WIB
Suasana pusat pengolahan sampah organik dengan kandang maggot di Jalan Jambon V, Jatimulyo, Kalurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Jogja,  Selasa (1/11/2022).
Suasana pusat pengolahan sampah organik dengan kandang maggot di Jalan Jambon V, Jatimulyo, Kalurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Jogja, Selasa (1/11/2022) (Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Yogyakarta -

Sampah masih menjadi permasalahan serius di Kota Jogja. Berangkat dari hal itu, Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) berinisiatif melakukan pengolahan sampah dengan metode budidaya maggot.

Budidaya maggot atau larva lalat buah ini dilakukan untuk menekan sampah olahan dapur yang dibuang warga Kalurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Kota Jogja. Bahkan, bagi warga yang mau melakukan pemilahan sampah, FKWA bakal membayarnya.

Ketua FKWA Endang Rohjiani (50) menjelaskan awalnya pihaknya fokus terhadap lingkungan khususnya di sungai-sungai yang banyak terdapat sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat menemukan lokasi ini masih banyak tumpukan sampah karena di pinggir sungai Winongo. Gerakan FKWA merubah titik-titik sampah menjadi ruang terbuka hijau, waktu itu sama Bappeda melakukan program penataan kawasan sungai," katanya saat ditemui di tempatnya bekerja, Kota Jogja, Selasa (1/11/2022).

Dari situ, setiap tahun pihaknya melakukan penanaman sengon di sempadan Sungai Winongo. Hal itu berlanjut dengan menghentikan titik sampah di satu RT dekat bantaran sungai karena sering membuang sampah di sungai tersebut tahun 2018.

ADVERTISEMENT

"Nah, yang jadi masalah sampah itu kebanyakan organik. Di Kota Jogja ada 563 bank sampah, hampir setiap RW itu ada. Tapi kok buang sampah ke Piyungan tetap 360 ton per hari, nah bank sampah itu kemana?," ujarnya.

Karena itu, saat pandemi COVID-19 kemarin, Endang tercetus untuk mengolah sampah organik warga Kricak. Warga Kalurahan Bumijo, Kapanewon Jetis, Kota Jogja ini menilai kebanyakan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan, Bantul merupakan sampah organik.

"Memulai ini satu tahun yang lalu, saat pandemi. Saya bermain di sampah organik karena salah satu alasannya 58,8% yang ke TPA Piyungan itu adalah sampah organik. Karena masyarakat menyepelekan, tinggal buang saja," ucapnya.

"Fokus Kricak karena lahan ada dan coba 2 RW dulu. Terus ditantang Bu Lurah pegang satu Kalurahan saja dan saya terima itu. Alhamdulillah kami per hari bisa mengolah 200-300 kilogram sampah olahan dapur. Ini hanya di Kricak dulu," imbuh Endang.

Suasana pusat pengolahan sampah organik dengan kandang maggot di Jalan Jambon V, Jatimulyo, Kalurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Jogja,  Selasa (1/11/2022).Suasana pusat pengolahan sampah organik dengan kandang maggot di Jalan Jambon V, Jatimulyo, Kalurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo, Jogja, Selasa (1/11/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Dari situ, Endang mulai mengembangkan pusat pengolahan sampah organik dengan biokonversi, yaitu kandang maggot Jogja. Sementara untuk sistem pengumpulan sampah organiknya, ia mengandalkan kolektivitas tiap RT dan dasawisma.

Di mana untuk mendapat setidaknya masing-masing satu ember ukuran sedang. Dari 13 RW yang terlibat, pihaknya pun mampu mengumpulkan 300 kilogram sampah organik per hari.

"Apresiasi tentu kami berikan kepada warga. Jadi, tiap warga yang bersedia melakukan pemilahan sampah, kami berikan Rp 130 per kilogram, atau Rp 3.500 per ember," ujarnya.

Selanjutnya, sampah tersebut diolah hingga menghasilkan maggot. Menurutnya, dengan maggot bisa mengolah sampah hingga berkilo-kilo dalam 24 jam.

"Dari sampah ini digiling dulu, lalu dikasihkan ke kotak, dan akan dimakan. Kalau satu bak itu dikasi 10 gram telur maggot. Jadi logikanya 10 ribu maggot itu bisa menyelesaikan 2 kg sampah per 24 jam. Jadi pagi ini kita isi 2 kg sampah dan besok pagi habis," katanya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Endang juga memproduksi maggot sendiri. Hal itu dari telur lalat yang semula adalah maggot.

"Nah 10 ribu maggot bisa diambil 1-2 gram lah, nah kami bangun siklusnya. Jadi kalau dia untuk konsumsi kan 18-21 sudah suap konsumsi, kalau kemudian dijadikan lalat 30 hari, 30 hari jadi pupa masuk ke kandang lalat itu, lalat hanya hidup 3-4 hari saja. Karena kalau yang cewek sudah bertelur mati dan yang cowok sudah kawin mati," ucapnya.

"Dari situ dia ada telur, telur kita tetaskan nanti paling 5 hari sudah siap tebar, siap tebar itu siap makam sampah. Di situ dua pekan sudah siap panen," lanjutnya.

Sedangkan untuk pemasaran, Endang mengaku pembeli maggotnya adalah dari kalangan peternak. Pasalnya maggot mengandung banyak protein.

"Dijualnya bisa ke peternak ayam, lele. Sebetulnya ini bagus untuk koi, arwana hingga chana karena protein maggot 51% dan itu bagus untuk kulit ikan," katanya.

Terkait omzet, Endang enggan mengungkapkannya karena selama ini malah banyak pengeluaran daripada pemasukan. Karena sejatinya tujuan Endang adalah menyadarkan masyarakat untuk mulai melakukan pemilahan sampah.

"Jujur kami masih membuat siklus, masih mutar bagaimana menyerap sampah sehingga belum bisa menjual maksimal. Harusnya kami sudah bisa per hari 100 kilogram bisa lah. Tapi karena masih siklus dan harus menyerap sampah sebanyak-banyaknya," ujarnya.

Terlebih saat ini jumlah orang yang berkecimpung dalam gerakan tersebut baru empat orang saja. Di mana masing-masing pengambil sampah, pemotong sampah hingga mengembangbiakkan maggot.

"Memang seharusnya buang sampah dapat uang tapi ini kita memberi uang, karena gerakan yang saya buat ingin masyarakat mulai melakukan pemilahan sampah. Nanti sisanya bawa ke bank sampah, dan SOD kasih ke kami. Kalau itu diterapkan pengolahan sampah selesai di Kalurahan," lanjut Endang.

Kendati demikian, Endang menyebut dalam sehari bisa menjual puluhan kilogram maggot. Bahkan dalam sehari Endang mentargetkan bisa menjual 200 kilogram maggot.

"Satu kilogram di angka di luar Rp 7,5 ribu, kalau ke farm kami di Rp 6 ribu," ucapnya.



Hide Ads