Mengenal Pak Mulyono Asal Sragen, Driver Gojek Nomor Registrasi 001

Mengenal Pak Mulyono Asal Sragen, Driver Gojek Nomor Registrasi 001

Tim detikFinance - detikJateng
Rabu, 22 Jun 2022 11:16 WIB
Driver Gojek pertama Mulyono
Foto: Dok. instagram Mulyono Kumis
Solo -

Saat mendatangi kantor Gojek pertama kali, 2010 silam, Mulyono sempat ragu. Sebab, kantor itu berupa bekas garasi mobil di belakang Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta. Mulyono (53), pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, adalah driver Gojek generasi pertama dengan nomor registrasi 001.

"Ini serius kantor? Kantornya seluas pekarangan rumah saya. Bekas garasi mobil, jadi kecil banget. Akhirnya, saya kepalang tanggung. Saya ketok pintunya. Saya tanya, bener ini kantor Gojek? Saya mau daftar jadi driver," kata Mul, dikutip dari detikFinance pada Rabu (22/6/2022).

Mul mengatakan, syarat menjadi driver Gojek saat itu hanya fotokopi KTP dan SIM. Seminggu kemudian dia dipanggil untuk pelatihan. "Kalau pendaftar awal iya, tapi kalau pendaftar pertama mungkin Gojek punya datanya. Karena 001 bukan saya mau, Gojek yang ngasih ke saya nomor 001," ujar mantan ojek pangkalan (opang) di seputaran Blok M itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mul mendapat informasi tentang Gojek dari teman ojek pangkalannya. "Tuh kalau mau ngelamar, ada ojek kita dicariin orderan melalui call center. Teman-teman saya ajak daftar nggak ada yang respons," kata Mul mengenangkan masa awalnya di Gojek.

Menurut dia, sistem kerja Gojek kala itu masih sangat sederhana. Yaitu, orderan yang masuk akan diinformasikan oleh call center Gojek. Jika bersedia menerima orderan, driver akan menerima SMS alamat penjemputan dan pengantaran.

ADVERTISEMENT

"Kalau kita bilang 'bisa', satu menit kemudian ada SMS masuk. Kalau kita bilang ke call center 'mohon maaf saya hari ini libur', ya udah call center akan menutup dengan 'Terima kasih pak, kita carikan driver yang lain'," ungkap Nur. Komunikasi antara driver dengan call center semacam itu bertahan sampai awal 2014.

Sebagai driver awal Gojek, Mul juga dekat dengan sang pendirinya, Nadiem Makarim. Dia mengatakan, Nadiem saat itu sering meminta saran dan masukan untuk mengembangkan Gojek. Selain mengantar penumpang, Mul dan 19 driver awal Gojek dulu juga 'merangkap' sebagai marketing. Mereka dibekali brosur Gojek untuk dibagi-bagikan ke customer hingga opang.

"Kadang kita ngasih brosur (ke opang), brosurnya aja disobek depan mata kita. Mereka nggak mau, kasarannya mereka menganggap 'udah dah, lo jangan nipu-nipu'. Itu dari 2010-2013. Bahkan sesuatu hal yang kita terima itu, cacian, makian," ungkap Mul.

"Pak Nadiem nggak setiap hari ikut bagiin brosur, karena saat itu beliau masih sibuk kuliahnya belum kelar," imbuhnya.

Namun, Mul tak patah arang. "Pak Nadiem selalu ngasih support ke kita. Ayo terus jangan patah semangat," ujar Mul yang berhenti sebagai opang sejak 2013. "Karena orderan sudah banyak, jadi kita udah nggak sempat ngopang," ujarnya.

Setelah Gojek mulai berkembang, Mul pernah mendapat omzet terbesar hingga Rp 500 ribu per hari.

"Tahun 2014 sampai 2015 saya bisa dapat 25-30 order. Dapat paling banyak Rp 500-600 ribu. Itu standar. Teman-teman bisa dapat Rp 700-800 ribu. Start saya dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Kalau udah capek ya udahlah. Itu nganternya kemana aja, ke Depok, Tangerang, Jakarta, Bekasi," pungkasnya.




(dil/mbr)


Hide Ads