Produsen Tahu Tempe di Jateng Keluhkan Harga Kedelai Naik

Produsen Tahu Tempe di Jateng Keluhkan Harga Kedelai Naik

Wahyu Turi Krisanti - detikJateng
Kamis, 03 Feb 2022 02:44 WIB
Harga tahu dan tempe berpotensi naik imbas meningkatnya harga kedelai dunia. Lantas bagaimana nasib para produsen tahun dan tempe di Tanah Air?
Ilustrasi kedelai (Foto: Grandyos Zafna)
Semarang -

Perajin tahu dan tempe di Jawa Tengah mulai resah dengan kenaikan harga kedelai yang saat ini mencapai Rp 10.200 per kilogram. Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe (Puskopti) Jawa Tengah Sutrisno Suprianto menyampaikan kenaikan harga kedelai telah berlangsung sekitar dua pekan ini.

"Harga naik dari kisaran Rp 9.000 ke Rp 10.200 per kilogram sudah dua minggu, ini tentu memberatkan produsen," kata Sutrisno kepada wartawan, Rabu (2/2/2022).

Sutrisno mengaku tidak tahu pasti mengenai kenaikan harga kedelai. Namun ada dugaan karena melonjaknya kebutuhan kedelai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedelai ini kan masih impor dari Amerika, China membutuhkan banyak karena ada program kebangkitan produksi selain konsumsi untuk kosmetik. Jadi ada kontrak dengan China sehingga harga untuk negara lain mengalami kenaikan," paparnya.

Sutrisno mengungkapkan para perajin sempat berencana untuk mogok produksi dan melakukan unjuk rasa. Dalam hal ini pihaknya mendesak pemerintah untuk melakukan operasi pasar atau memberi subsidi harga.

ADVERTISEMENT

"Sementara ini masih bisa ditahan untuk tidak mogok karena banyak pertimbangan. Tapi kami minta pemerintah untuk bergerak cepat menangani persoalan harga kedelai yang terus naik. Kalau tidak ada campur tangan pemerintah, maka perajin tahu tempe terancam kolaps karena biaya produksi jadi membengkak," ungkap Sutrisno.

Salah satu perajin tahu, Ismanto, berharap ada tindakan cepat dari pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai demi keberlangsungan produksi.

"Harga harus dikendalikan agar tidak naik terus, ini kita berharap semoga kedelai stabil. Karena kondisi masih seperti ini, belinya bahan baku semampunya yang penting masih produksi," ujar Ismanto.




(rih/rih)


Hide Ads