Mbah Sastro Sudirjo merupakan satu dari sedikit orang yang dianugerahi umur panjang. Lelaki yang pernah tujuh kali menikah ini lahir pada 12 Februari 1922 atau sekitar 103 tahun yang lalu.
Saat awak media mendatangi rumahnya sekitar pukul 11.22 WIB, Sastro baru menjemur baju. Saat itu ia memakai sarung warna kuning keemasan, kaus warna putih, dan peci.
Tak lama kemudian, ia mempersilakan awak media memasuki ruang tamunya. Saat ini Sastro tinggal bersama salah satu anaknya, Isropingah (54) di Dusun Kragilan, Desa Donorojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Meski sudah renta, pendengaran maupun kesehatannya normal. Bahkan, tiap hari dia masih merokok dan tak pernah mengeluh sakit.
Mbah Sastro juga tak pernah meninggalkan salat lima waktu berjamaah di masjid. Sekalipun kondisi hujan, ia tetap ke masjid.
"Paringane (apa yang diberi) Allah ya tentunya ngibadah caranya sendiri-sendiri. Saya ini kan bukan orang pondok, saya tidak mondok cuman meniru (amalan) pak kiai," kata Mbah Sastro kepada wartawan, Jumat (17/10/2025).
"Tiap hari salat di masjid. Lima waktu. Ajek teng masjid (tiap hari ke masjid) kalau tidak ada halangan. Alhamdulillah syukur sama Pangeran," sambungnya.
Mbah Sastro mengatakan, amalan yang dilakukan berdoa kepada Allah SWT diberikan umur panjang. "Umur yang bermanfaat, buat ibadah, ingat kepada Allah saban harinya. Sudah diberi makan nasi, ya terima kasih kepada Allah, itu tidak pernah lupa," bebernya.
Sedangkan amalan lainnya yang dilakukan tiap akan tidur yakni membaca surat Al Ikhlas, Yasin, dan ayat kursi. Ia pun tidak menghitung yang dibaca hingga tidur terlelap.
"Tiap malam kalau mau tidur membaca Surat Ikhlas, tahlil, dan Ayat Kursi. Sak sayahe (secapeknya) sampai tidur," imbuh Mbah Sastro.
Saat disinggung saat masih muda menikah sebanyak tujuh kali, Mbah Sastro, hanya tertawa. "Nggih (7 kali menikah)," kata Mbah Sastro.
Saat ditanya lebih lanjut nama istrinya, ia sudah tidak hafal. Istrinya sudah banyak yang meninggal.
Dia sekarang tinggal bersama anak kedua dari istri keenam. Dia juga tak hafal jumlah cucu maupun cicitnya.
Mbah Sastro pun membagikan pengalaman yang pernah dilupakan yaitu pernah jatuh dari pohon kelapa. Suatu saat ketika memetik kelapa, dia jatuh di sela-sela pohon mlanding.
"Dulu pernah jatuh dari pohon kelapa merasakan seperti mati. Di bawahnya ada pohon manding (dilancipi) kalau ketumbles awake bodol (kalau terkena pohon tubuhnya jebol) semua," ujarnya.
Meski usianya sudah 103 tahun, Mbah Sastro sampai sekarang masih merokok. "Masih (merokok). Nek mboten udud kula ngeces (Kalau tidak merokok saya ngeces). Nggak mesti (jumlahnya), seadanya," ujar dia yang saat itu tengah mempersiapkan diri untuk ke masjid.
Salah satu anak Mbah Sastro, Isropingah mengatakan belum lama ini didatangi pihak KPU Kabupaten Magelang. Dia selalu mendampingi saat Mbah Sastro menggunakan hak suaranya di tiap Pemilu.
"Ya nyoblos terus," ujarnya.
"Konsumsi makanan (biasa), sayuran, sama susu, kopi. Lauk kadang kambing. Ya sembarang lah asal nggak kecut. Nggak ada (pantangan). Apa-apa dikasih," tutur dia.
Soal makanan, Mbah Sastro tidak punya pantangan hingga kini. "Nggak ada pantangan, misalnya kacang apa-apa nggak ada, blas. Normal, Alhamdulillah. Yang dimakan saya, dimakan bapak," katanya.
Mbah Sastro pun mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kartu tersebut hingga sekarang belum pernah dipakai sama sekalipun.
"Belum pernah (sakit). Mungkin riwayat sekarang, kalau penglihatan dari jauh nggak jelas gitu kan faktor usia. Tidak pernah dipakai (KIS), normal semua," tambah dia.
Isropingah menambahkan, dulu bapaknya ke mana-mana naik sepeda onthel.
"Ya masih kuat sendiri, Alhamdulillah. Kalau mandi itu air dingin. Baru-baru ini (pakai tongkat jalan). Kemarin-kemarin pakai sepeda ontel, jatuh nabrak kayu pas hujan-hujan. Sekarang saya minta berhenti naik onthel," katanya.
Mbah Sastro merupakan satu di antara puluhan pemilih berusia lebih dari 100 tahun terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Magelang. KPU Magelang telah melakukan pencocokan untuk pemutakhiran data.
"Kita mutakhirkan setiap 3 bulan sekali akan kita rekap dan akan kita tetapkan. Dari KPU RI ada 64 pemilih di Kabupaten Magelang yang berusia di atas 100 tahun. Setelah berkoordinasi dengan Disdukcapil, kami minta bantuan untuk mensinkronisasikan terkait jumlah pemilih di atas 100 tahun tersebut," kata Komisioner KPU Kabupaten Magelang, Divisi Perencanaan, Data dan Informasi, Siti Nurhayati.
"Hasil sinkronisasi dari Disdukcapil, dari 64 itu ternyata 3 pemilih itu waktu coklit mungkin pantarlih salah menuliskan tahun lahir. Jadi, aslinya jumlahnya itu ada 61 jumlah pemilih yang berusia di atas 100 tahun," ujarnya.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(aku/dil)