Grebeg Gunungan Lenteng di Dusun Bakalan, Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, berlangsung meriah. Ribuan warga yang datang pun mendapatkan lenteng.
Tradisi turun-temurun tersebut dilangsungkan tiap 12 Rabiulawal atau Maulid Nabi SAW. Mengingat 12 Rabiulawal pada tahun ini jatuh pada Jumat (5/9), kemudian pelaksanaan diundur hari ini, Sabtu (6/9).
Dalam Grebeg Gunungan Lenteng ini, masing-masing kepala keluarga (KK) membuatnya. Panganan terbuat dari bahan beras ketan tersebut dibagikan kepada warga yang berkunjung di rumah maupun mereka mengikuti pengajian.
Masing-masing KK pun membuat lenteng ini beragam jumlahnya. Namun demikian, rata-rata tiap KK menghabiskan kurang lebih 20 kg beras ketan.
Adapun lenteng yang diletakkan dalam masjid dengan tusuk menggunakan lidi aren. Kemudian, lenteng ini bakal di bagian bagi warga yang datang.
"Tradisi ini warga Gunung Bakal hanya meneruskan peninggalan simbah Raden Said Abdullah sebagai cikal dusun ini. Grebeg Gunungan Lenteng diadakan tiap tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Maulid," kata Kepala Dusun Gunung Bakal Achmad Jadin kepada wartawan, Sabtu (6/9/2025).
"Uba rampai gunungan lenteng juga swadaya masyarakat. Lenteng yang ditaruh (masjid) itu di dalamnya ada beberapa buah-buahan saat Mbah Said masih sugeng (masih sehat). Buah-buahan zaman dahulu seperti sawo, nanas, jeruk, dan lain sebagainya," sambungnya.
![]() |
Tiap warga yang membuat lenteng, katanya, jumlahnya bervariasi. Jika warga yang memiliki saudara banyak dan tamunya juga banyak membuat ada 35 kg dan 30 kg.
"Kalau saya sendiri (rumahnya di tengah-tengah) bikin 20 kg, tapi kalau kurang dari 20 kg itu jarang sekali. Saat Idul Fitri kan orang dijamu di rumahnya (ada sajian), kalau Grebeg Lenteng tumplek blek (semua tamu) dijamu hanya di sini," ujarnya.
"Kalau Idul Fitri, yang muda tidak punya tamu, tapi kalau (Grebeg Lenteng) tua muda semua punya tamu. Tamu yang hadir (singgah) pasti dikasih makan dan pulangnya dibawain lenteng, ada yang mentah, ada yang matang juga," imbuh Achmad.
Warga yang berkunjung saat Grebeg Lenteng, kata Achmad, sejak zaman dulu mempunyai rasa kepuasan atau marem (puas).
"Rasa kepuasan atau marem bisa nyuguh tamu(menjamu tamu). Kalau belum menikmati (hidangan yang disajikan) rasanya kurang lega," tuturnya.
"Kalau 12 Rabiulawal jatuh pada hari Jumat masyarakat sini bilang sangat sempit (waktunya). Kemudian sudah menjadi kesepakatan kalau tanggal 12 Rabiulawal Jumat, diadakan hari Sabtunya," tambahnya.
Pihaknya menambahkan, warga yang datang kebanyakan masuk dalam masjid dan kemudian berjalan mengelilingi gunungan lenteng sebanyak tiga kali.
"Itu kata-kata orang dahulu penuh keberkahan. Bahwa di mata batin orang lain bahwa di situ juga Mbah Said, mitosnya (sulit dipercaya) Mbah Said menunggui sampai selesainya orang mengelilingi lenteng. Bagi yang punya indra keenam bila melihat bahwa Mbah Said di situ," tuturnya.
"Lenteng yang di masjid itu semua dibagikan. Lenteng itu terbuat dari beras ketan, sama santan, garam. Beras ketannya yang bagus," beber dia.
Dalam Grebeg Gunungan Lenteng dihadiri langsung Wakil Bupati Magelang, Sahid. Pihaknya pun bersama Forkopimcam juga memasuki dalam masjid dan mengelilingi lenteng.
"Saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada warga Gunung Bakalan telah menjaga tradisi ini dengan penuh semangat dan cinta. Pemkab Magelang mendukung penuh pelestarian budaya yang selaras dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan," kata Sahid dalam sambutannya.
"Acara ini tidak hanya memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memperkuat jati diri sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan budaya," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pihaknya menambahkan, tradisi ini merupakan ruang perjumpaan antara iman dan identitas.
"Saya berharap generasi muda dapat mengambil pelajaran dari tradisi ini. Bahwa menciptakan tradisi bukan hanya melalui lisan, tapi juga melalui tindakan nyata menjaga warisan luhur. Mempererat persaudaraan dan menebar kebaikan di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, salah satu warga Sukorejo, Mertoyudan, Santi (38), mengaku sengaja datang untuk mengikuti Maulid dan tradisi Grebeg Gunungan Lenteng.
"Sudah muter (dalam masjid) tiga kali.Ya ngalap berkah, datang ke sini rombongan. Ini dapat lenteng," katanya.
(apl/apl)