Pertempuran 5 Hari di Semarang: Kapan, Mengapa, di Mana, dan Siapa Tokohnya?

Nur Umar Akashi - detikJateng
Rabu, 15 Okt 2025 10:00 WIB
Ilustrasi Pertempuran 5 Hari di Semarang. Foto: Dok Pemkot Semarang
Solo -

Oktober 1945 menjadi saksi bisu perang-perang besar di Indonesia. Mulai dari Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Surabaya, hingga Pertempuran 5 Hari di Semarang.

Bila membicarakan Pertempuran 5 Hari di Semarang, ada satu nama yang tak bisa dilewatkan. Ia adalah dr Kariadi, dokter yang gugur membela negara. Guna menghormati, seperti keterangan dalam buku Ringkasan Pengetahuan Sosial oleh Rahmat, namanya diabadikan di rumah sakit umum Semarang.

Selain RSUP dr Kariadi, Pertempuran 5 Hari di Semarang akan senantiasa dikenang lewat pendirian Tugu Muda di Simpang Lima. Tugu itu berdiri kokoh sebagai simbol semangat juang dan patriotisme rakyat Semarang.

Lalu, bagaimana kisah Pertempuran 5 Hari di Semarang itu? Di bawah ini sejarahnya yang dibagi ke dalam sub bahasan waktu, alasan, tempat, dan tokoh-tokoh yang terlibat. Baca sampai tuntas, ya, detikers!

Poin Utamanya:

  • Pertempuran 5 Hari Semarang dipicu dari dua sebab utama. Pertama, ulah pasukan Jepang di Pabrik Gula Cepiring. Kedua, kematian dr Kariadi saat mengecek reservoir air.
  • Tanggal pasti pecahnya Pertempuran 5 Hari di Semarang masih diperdebatkan. Ada yang menyebut 15-19, 15-20, atau 14-18 Oktober 1945.
  • Bentrok senjata terjadi di berbagai titik, seperti Simpang Lima, Hotel Du Pavilion, dan Markas BKR. Tokoh yang terlibat di antaranya adalah Mr Wongsonegoro, Mayor Kido, dan Dr Sukaryo.

Mengapa Pertempuran 5 Hari di Semarang Sampai Pecah?

Diringkas dari tulisan ilmiah bertajuk Pertempuran Lima Hari (15-19 Oktober 1945): Menyibak Tabir Sejarah Semarang yang Mendalam oleh Lailatus Sa'diah, alasan pertempuran berdarah ini sampai terjadi tidak bisa dilepaskan dari penyerahan Jepang kepada Sekutu karena kalah Perang Pasifik.

Meski sudah menyerah kepada Sekutu, tentara Jepang di Indonesia tidak lantas mengangkat tangan begitu saja. Mereka coba menguasai kembali kota-kota di Jawa, baik kecil maupun besar. Padahal sebelumnya, pihak Jepang sudah menyetujui pengalihan kewenangan kepada bangsa Indonesia.

Salah satu penyebab konflik adalah perbuatan tentara Jepang yang belum bisa kembali ke negaranya. Mereka diarahkan untuk bekerja di berbagai tempat, termasuk Pabrik Gula Cepiring. Di sana, tentara Jepang berulah dan menyerang polisi Indonesia yang menjaga.

Alhasil, tentara-tentara tersebut ditawan, lalu diangkut para pemuda ke Penjara Bulu di Semarang. Dalam perjalanan, sebagian tawanan berhasil lari dan bergabung dengan pasukan Kidobutai pimpinan Mayor Kido.

Para pemuda sontak menyerang dan berusaha merebut senjata pasukan Jepang itu sehingga konflik tak terelakkan. Ini adalah penyebab pertama. Penyebab lainnya berkaitan dengan dr Kariadi dan isu racun Reservoir Siranda di daerah Candi Lama.

Singkat cerita, kala itu beredar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni air minum di reservoir yang diperiksa dr Kariadi tiap bulan. Mendapat tuduhan miring, dr Kariadi pergi untuk melakukan tinjauan langsung.

Tidak diketahui secara pasti apakah dr Kariadi berhasil sampai di Reservoir Siranda atau tidak. Yang pasti, pada 14 Oktober 1945, jenazahnya ditemukan tewas di mobilnya yang terletak di Jalan Pandanaran. Tubuhnya dipenuhi luka-luka bekas benda tajam.

Jepang pada waktu itu diketahui melucuti dan menangkap 8 polisi Indonesia yang menjaga reservoir. Sinyal-sinyal ini kemudian diterjemahkan sebagai langkah Jepang yang ingin coba kembali menguasai kota. Amarah rakyat memuncak sebagai hasilnya.

Kapan Pertempuran 5 Hari di Semarang Terjadi?

Sebagaimana telah disinggung sekilas di atas, Pertempuran 5 Hari di Semarang berlangsung pada Oktober 1945. Dikutip dari buku Sejarah SMA Kelas XII oleh Drs Sardiman AM MPd, pertempuran dimulai pada 14 Oktober dan berakhir 5 hari kemudian, 18 Oktober 1945.

Menariknya, meski sudah ada gencatan senjata tanggal 18 Oktober 1945 yang diteken oleh Wongsonegoro dan Jenderal Nakamura, konflik antara pemuda-pemuda Semarang dengan Jepang belum juga usai. Gencatan senjata itu intinya menyepakati pengembalian senjata yang dirampas pemuda.

Namun, sampai pagi hari 19 Oktober 1945, belum ada tanda-tanda senjata akan dikembalikan. Oleh karena itu, Jepang bersiap membumihanguskan Semarang. Tiba-tiba, pukul 07.45 tanggal 19 Oktober 1945, berita pendaratan tentara Sekutu di Pelabuhan Semarang tersiar.

Perlu dicatat, ada juga sumber yang menyebut Pertempuran 5 Hari di Semarang berlangsung selama rentang 15-19 Oktober 1945. Ada pula yang menuliskan tanggal 15-20 Oktober 19145. Perbedaan ini dimungkinkan karena titik awal perang yang berbeda-beda.

Bukan hanya tanggal, perbedaan jam permulaan perang juga jadi pertimbangan. Ada yang mengatakan perang pecah pada 14 Oktober 1945 pukul 23.10. Ada juga yang menyebut 15 Oktober 1945 tengah malam pukul 12.00. Sumber Jepang sendiri menyebutkan waktu berbeda, yakni 15 Oktober 1945 pukul 02.00 pagi.

Di Mana Pertempuran 5 Hari Semarang Terjadi?

Merujuk keterangan dari Jurnal Danadyaksa Historica berjudul 'Menelisik Peran Pahlawan Kesehatan dalam Pertempuran Lima Hari Semarang pada Tahun 1945' oleh Elisabeth Shinta Dwi Prapsiwi, bentrokan yang berlangsung selama hampir 1 minggu ini pecah di berbagai titik Semarang.

Pertempuran sengit terjadi daerah Jombang dan Kintelan. Begitu pula di Gedung NIS dan Markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang diserbu pasukan pimpinan Mayor Kido. Di Pasar Johar, pertempuran berdarah juga pecah, menyebabkan kerugian besar bagi kedua belah pihak.

Pusat pertempuran lain yang tak kalah seru adalah di sekitar Hotel Du Pavilion. Tempat itu sebelumnya sudah diduduki pemuda Semarang, tetapi gagal dipertahankan karena dibombardir amunisi unggulan Jepang.

Konsentrasi paling kuat pemuda-pemuda Semarang ada di daerah Simpang Lima. Pasukan polisi istimewa turut berkontribusi memberi perlawanan gigih di titik ini. Di Simpang Lima ini pula, kekejaman pasukan Kidobutai ditunjukkan terhadap para pemuda yang ditawan.

Persenjataan lengkap pasukan Jepang beradu melawan pemuda-pemuda Semarang yang mengenal baik kotanya. Pasukan Jepang yang sudah kenyang dengan pengalaman mesti menghadapi para pemuda yang marah dan sedang semangat-semangatnya.

Meski berhasil merebut tempat-tempat strategis, Jepang menemui kegagalan dalam mematahkan semangat pemuda dan elemen-elemen pasukan Indonesia lain. Perlawanan keras itu menjadi bukti tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya, bagaimanapun juga caranya.

Siapa Saja Tokoh Pertempuran 5 Hari di Semarang?

Dilansir buku Tokcer Lolos Penilaian Ulangan Harian Kelas V SD MI oleh Iwan Kuswidi, tokoh-tokoh Pertempuran 5 Hari di Semarang di antaranya adalah:

  • Mr Wongsonegoro yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Ia sempat ditahan tentara Jepang.
  • dr Kariadi yang tewas saat berusaha melakukan pengecekan seputar desas-desus peracunan Reservoir Air Siranda.
  • Mayor Kido, komandan Kidobutai yang bermarkas di Jatingaleh. Ialah yang memerintahkan serbuan 'balas dendam' Jepang kepada penduduk Semarang.
  • Dr Sukaryo, tokoh yang ditangkap Jepang bersama Mr Wongsonegoro.
  • Mirza Sidharta, juga ditangkap bersama Dr Sukaryo dan Mr Wongsonegoro.

Demikian informasi ringkas mengenai Pertempuran 5 Hari di Semarang, mulai dari penyebab hingga tokoh-tokoh yang terlibat. Semoga bermanfaat!



Simak Video "Siap-siap "War" Tiket Indonesia Vs Argentina Segera Dimulai"

(par/afn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork