Museum H Widayat menggelar pameran bertajuk pameran memorabilia H Widayat. Dalam acara ini dipamerkan benda-benda kenangan milik almarhum H Widayat.
Haji Widayat merupakan salah satu maestro pelukis di Tanah Air dan dijuluki "Bapak Lukisan Dekoratif". Widayat dilahirkan di Kutoarjo 9 Maret 1919. Dia meninggal dunia pada tahun 2022 dalam usia 83 tahun.
Adapun 'Pameran Memorabilia H Widayat' ini berlangsung dari 27 September sampai 27 Oktober 2025. Lokasi pameran di Museum H Widayat di Jalan Soekarno Hatta No 32 Sawitan, Mungkid, Kabupaten Magelang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai benda-benda peninggalan, koleksi maupun foto-foto kenangan, juga dipamerkan. Selain itu, pengunjung bisa melihat langsung tempat yang digunakan untuk membuat karya.
Tempat untuk melukis itu berada di teras baik di bangunan depan maupun belakang. Selain itu, dipamerkan pula berbagai karya lukisan serta catatan penting dalam kanvas besar.
"Selama ini orang tahu Pak Widayat itu seniman saja. Tapi, kan juga sebagai kolektor seni, merespons (peristiwa dalam karya) yang belum diketahui oleh umum. Yang pasti memorabilia ini membuka seluruh ruangan yang ada di museum kecuali gudang," kata Ketua Pameran Pameran Memorabilia H Widayat, An-Nisa Goldina A, kepada wartawan, Sabtu (27/9/2025).
"Koleksi seni semua sudah dipamerkan di joglo, rumah pribadi, rumah belakang, kemudian di galeri, di museum sama studio pribadi. Yang dipamerkan ada lukisan, karya-karya lainnya dalam bentuk patung, grafis, batik," sambungnya.
An-Nisa Goldina A yang juga cucu almarhum H Widayat menambahkan, untuk di galeri berkolaborasi dengan 16 seniman yang dipilih kurator.
"Lukisan Pak Widayat (disandingkan) dengan 16 seniman kolaborasi ini. Kebanyakan dari Jogja, ada 18 lukisan. Dari Pak Widayat sekitar 23. Pameran dari tanggal 27 September sampai 27 Oktober 2025," imbuhnya.
"Selama pameran berlangsung, kita side event meliputi workshop (hari Minggu) drawing, clay art, patung pop art sama cukil bahan alam dari sayur. Kemudian ada meet the artist sama 16 seniman kolaborasi setiap hari Rabu. Ada exhibition tour sama Pak Pungki (Direktur Museum). Yang terakhir night at the museum, jadi tahu datang ke museum jam operasional. Kita buka malam biar terasa," bebernya.
![]() |
Pameran Memorabilia H Widayat, katanya, bertujuan untuk memperkenalkan khususnya kepada keluarga, sahabat mengenang kembali sosok Widayat.
"Tapi, untuk generasi mendatang mengenalkan kembali pada generasi sekarang penerus maestro pelukis," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Museum H Widayat, Fajar Purnomo Sidi, mengatakan di Indonesia baru pertama kali acara memorabilia seniman. Menurutnya, hebatnya museum ini semua karya dalam beda media, tema masih komplet.
"Hari ini dipamerkan. Tidak hanya karya seninya, tapi koleksinya. Misal guci, patung-patung batu. Koleksi ini bisa sesuatu yang dibuat Pak Widayat, ada yang dibeli oleh Pak Widayat. Sebagai kolektor bisa beli, bisa dikasih, bisa minta dan sebagainya itu ada," kata Fajar Purnomo Sidi.
"Kalau di galeri, seniman muda ikut partisipasi dalam acara ini. Saya ingin menyampaikan pesan bahwa Pak Widayat itu ada lho. Kalau pengen tahu adanya karya, museum ada, artefak-artefak semuanya masih ada. Bisa dinikmati dan pertama kali kami sajikan semuanya. Ini semua boleh dilihat, boleh masuk, kecuali gudang," katanya.
Ruang yang boleh dilihat, katanya, toilet, kamar tidur dan studio pengunjung boleh masuk.
"Semuanya orang bisa melihat. Ini pertama kali. Jadi, saya memproklamirkan ini memorabilia di Indonesia untuk seniman apa saja. Jelas (mengenalkan Pak Widayat kepada masyarakat)," bebernya.
"Kalau yang dipamerkan sekarang mungkin 500, saya nggak hitung. Kalau karyanya Pak Widayat ribuan. Ada satu ruangan itu memamerkan sekitar 500 karya, ada juga ruangan yang memamerkan sedikit karya barang-barang yang pernah disentuh Pak Widayat. (di rumah) Foto-foto," kata dia.
Salah satu kolektor lukisan, Oei Hong Djien (OHD), berujar ada ratusan karya Widayat yang dia koleksi.
"Ratusan (karya dikoleksi). Kenal Pak Widayat sejak tahun 1988, sebelum pensiun (sudah kenal)," kata OHD.
"Buat saya tidak asing (Pak Widayat). Saya tahu semua kok, dari perencanaan museum, saya sudah dilibatkan. Kita dekat sekali sama Pak Widayat," ujarnya.
Sedangkan salah satu pengunjung museum, Popok Tri Wahyudi, mengatakan, saat lewat museum ini tidak pernah buka dan tidak pernah terlihat ada aktivitas.
"Saya pertama ke sini tahun 1992, 1993, awal kuliah. Cuman bagian depan (museum), yang bagian belakang, ruang mandi, ruang pribadi beliau, segala macam (belum). Baru ini kebuka semua, ya menarik," ujarnya.
"Pak Widayat cukup produktif. Terus, humoris kalau dilihat dari jejak karyanya sampai ada sketsa (lucu). Dia medianya komplet, berani. Dari cat air, cukil kayu, spidol. Baru ini kelihatan dibuka. Mudah-mudahan habis ini jadi (dibuka terus)," pungkasnya.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)