Ketahanan pangan menjadi isu strategis yang krusial bagi stabilitas sosial dan ekonomi nasional. Kabupaten Grobogan memegang peran penting dalam hal ini, mengingat posisinya sebagai salah satu lumbung pangan utama di Jawa Tengah.
Data BPS mencatat, pada 2023 Grobogan menghasilkan lebih dari 850.000 ton jagung dan sekitar 600.000 ton gabah kering panen (GKP). Dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, ketahanan pangan di Grobogan tak hanya soal ekonomi, tapi juga menyangkut kesejahteraan masyarakat.
Hal ini menjadi dasar Polres Grobogan untuk turut terlibat aktif dalam mendukung program pemerintah, khususnya mewujudkan swasembada jagung nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bagian dari dukungan terhadap program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan arahan Kapolri. Kami di Polres Grobogan mengambil peran aktif menjaga ketersediaan pangan," ujar Kapolres Grobogan AKBP Ike Yulianto, Rabu (23/7/2025).
Program ini bersifat kolaboratif dan partisipatif, melibatkan jajaran Polsek, Bhabinkamtibmas, Babinsa, pemerintah desa, kelompok tani, hingga masyarakat luas.
Sejak 2024, Polres Grobogan memperkuat sinergi lintas sektor dengan Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Tak hanya memberikan edukasi, kepolisian juga memfasilitasi akses ke sarana produksi pertanian melalui kerja sama dengan mitra swasta dan koperasi petani.
"Semua bergerak bersama agar program berjalan secara terstruktur dan berkelanjutan," jelas Ike.
Respon masyarakat pun positif. Di Desa Nglinduk misalnya, luas lahan tanam jagung meningkat 30 persen dibanding tahun sebelumnya. Warga merasa lebih difasilitasi, baik dalam akses benih, pendampingan teknis, maupun pelatihan pertanian.
"Antusiasme ini menunjukkan masyarakat bukan hanya sebagai objek program, tapi juga subjek utama pembangunan," kata Ike.
Manfaatnya pun mulai dirasakan. Produktivitas lahan meningkat di beberapa wilayah seperti Tambirejo dan Kuwu. Ketersediaan pangan lokal lebih stabil, terutama saat harga pasar berfluktuasi. Pendapatan petani pun ikut naik karena hasil panen bisa dijual langsung ke pasar lokal maupun regional.
Jagung menjadi komoditas utama yang didorong, menyesuaikan karakteristik lahan Grobogan yang cenderung kering. Selain itu, permintaan pasar terhadap jagung, terutama sebagai bahan pakan ternak dan industri cukup tinggi.
Tak hanya jagung, pengembangan hortikultura juga dilakukan di wilayah yang memiliki akses air lebih baik, seperti cabai, bawang merah, semangka, hingga sayuran lokal. Ini menjadi bagian dari strategi diversifikasi pangan agar masyarakat tidak tergantung pada satu komoditas.
Namun, Ike tak menampik adanya sejumlah tantangan. Antara lain masih banyak lahan tidur, dampak iklim ekstrem seperti El Nino, keterbatasan alat mesin pertanian, dan perlunya edukasi lebih lanjut soal pertanian ramah lingkungan.
"Kami terus mengupayakan solusi lewat pendekatan edukatif, sosialisasi, dan kolaborasi lintas sektor," ujarnya.
Kapolres berharap program ini bisa berjalan mandiri tanpa harus terus bergantung pada intervensi pemerintah atau kepolisian. Ia menekankan pentingnya rasa kepemilikan dan kesadaran bersama bahwa ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional.
"Kalau Grobogan bisa jadi contoh desa mandiri pangan dan sejahtera, daerah lain juga pasti bisa menyesuaikan dan mengembangkan sesuai potensi wilayahnya," pungkasnya.
(afn/dil)