Reza Pahlavi Siap Ambil Alih Kekuasaan Khamenei

Internasional

Reza Pahlavi Siap Ambil Alih Kekuasaan Khamenei

Novi Christiastuti - detikJateng
Selasa, 24 Jun 2025 13:25 WIB
Reza Pahlavi, former Crown Prince of Iran, speaks about current events in Iran at the Hudson Institute in Washington, DC on January 15, 2020, during a conversation with host Michael Doran. (Photo by EVA HAMBACH / AFP)
Reza Pahlavi. Foto: EVA HAMBACH/AFP
Solo -

Putra Shah terakhir Iran yang diasingkan sejak revolusi tahun 1979, Reza Pahlavi, mengajukan dirinya menjadi pemimpin sementara Iran untuk mengambil alih kekuasaan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan, negara Barat diminta Pahlavi untuk mendukung perubahan rezim tersebut.

Dilansir detikNews, Pahlavi meminta masyarakat internasional membantu warga Iran untuk menggulingkan kepemimpinan dan kediktatoran keagamaan Khamenei. Kabar tersebut dilansir Politico pada Selasa (24/6/2025).

Saat diwawancarai di Paris, Prancis, pada Senin (23/6/2025), pria yang mendapat julukan "Putra Mahkota Iran" itu menerangkan butuh upaya militer guna menyingkirkan rezim tersebut. Menurutnya, langkah praktis seperti internet, komunikasi, dan aksi massa yang masif dibutuhkan untuk mendukung kelompok oposisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ada di sini pada hari ini untuk menyerahkan diri kepada rekan-rekan senegara saya untuk memimpin mereka di jalan perdamaian," kata Pahlavi dalam konferensi pers pada Senin (23/6) waktu setempat.

"Kami adalah orang-orang yang bangga, orang-orang tua, dan orang-orang tangguh ... Inilah momen kita. Saya bersama Anda. Mari kita membangun Iran yang baru ini bersama-sama," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Selama 46 tahun, Pahlavi berada di luar Iran usai revolusi Islam menggulingkan monarki pada 1979. Kritik banyak dilontarkan aktivis oposisi kepada Pahlavi yang tidak menginginkan kembalinya monarki. Sementara Pemerintahan Shah mencakup polisi keamanan negara yang ditakuti.

Meski begitu, pria yang berusia 64 tahun itu memiliki pendukung dari penganut monarki di dalam maupun luar Iran. Selama beberapa dekade, mereka turut mengadvokasi perubahan rezim di Teheran.

Kini, Pahlavi melirik peluang terbaiknya untuk mewujudkan tujuannya.

Adapun perang antara Iran dan Israel sejak 13 Juni lalu dan pengeboman Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas Teheran itu memperkeruh kekacauan di Iran.

Memang perubahan rezim sementara ini bukanlah tujuan resmi AS maupun Israel. Namun, Pahlavi berpendapat kekuatan militer dapat menggulingkan kediktatoran Khamenei dan konsep perubahan rezim tambah menguat di masyarakat internasional.

Menurutnya, rezim Khamenei berpeluang besar untuk tumbang pada akhir tahun ini. Dia menilai negara Barat, terutama di Eropa, yang menyuarakan deeskalasi konflik dan kembali ke meja perundingan merupakan sebuah kesalahan.

"Perundingan adalah sia-sia karena rezim ini telah membuktikan berkali-kali bahwa mereka tidak akan pernah mengubah perilakunya. Anda telah berunding cukup lama dengan rezim ini. Sudah saatnya kita berinvestasi pada rakyat Iran sebagai jaminan yang Anda untuk otoritas yang akan menjamin perdamaian bagi Anda, keamanan bagi dunia, dan yang terpenting kebebasan bagi negara saya sendiri," ujarnya.




(dil/afn)


Hide Ads