Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Sepak Terjangnya

Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Sepak Terjangnya

Kristina - detikHikmah
Selasa, 17 Jun 2025 16:15 WIB
In this picture released by the official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei speaks after planting a tree marking National Tree Planting Day, at the courtyard of his office in Tehran, Iran, Monday, March 6, 2023. Khamenei said Monday that if a series of suspected poisonings at girls schools are proven to be deliberate the culprits should be sentenced to death for committing an
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP
Jakarta -

Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei memiliki sepak terjang panjang dalam menjaga Revolusi Islam Iran. Ia adalah penerus Imam Khomeini, pemimpin Revolusi Iran yang menggulingkan rezim Shah yang kemudian mendirikan Republik Islam yang pertama.

Ayatollah atau Δ€yatullāh adalah gelar tertinggi di kalangan Dua Belas Syiah. Ali Khamenei mendapat gelar tersebut persis setelah terpilih sebagai pemimpin tertinggi Iran menggantikan Imam Khomeini.

Menurut Encyclopedia Britannica, Ayatollah Ali Khomenei menjadi rahbar atau pemimpin tertinggi Iran sejak wafatnya Imam Khomeini pada 1989. Ia mengemban jabatan ini hingga sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepak Terjang Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei

Keterlibatan Ayatollah Ali Khamenei dalam Revolusi Iran dimulai sejak 1963. Ia aktif bergabung dalam demo terhadap sistem monarki Iran pada waktu itu, membuatnya harus mendekam di penjara beberapa kali.

Ali Khamenei juga merupakan anggota pendiri Partai Republik Islam (IRP). Pada 1981, bom teroris yang menargetkan eselon atas IRP membuatnya ikut terluka. Ledakan serupa pada akhir tahun menewaskan Presiden Iran Mohammad Ali Raja'i dan sekretaris jenderal IRP.

ADVERTISEMENT

Ali Khamenei kemudian diangkat sebagai sekretaris jenderal IRP. Beberapa minggu kemudian, ia menjadi kandidat presiden IRP dan akhirnya terpilih pada 1981 dan periode berikutnya pada 1985.

Pada 1989, kesehatan pemimpin tertinggi Iran Imam Khomeini menurun, sementara belum jelas siapa yang memenuhi syarat untuk menggantikan posisinya. Ia kemudian membentuk sebuah dewan untuk mengubah konstitusi. Menurut situs Khamenei.ir, dewan tersebut bernama Dewan Revolusi Islam.

Dewan tersebut menunjuk Ali Khamenei untuk menggantikan Imam Khomeini. Namun, Ali Khamenei disebut belum memenuhi syarat karena ia belum menjadi ulama senior. Perubahan konstitusi akhirnya melonggarkan kualifikasi.

Ayatollah Ali Khamenei memegang berbagai posisi penting di Iran. Berikut di antaranya:

  • Anggota pendiri Partai Republik Islam
  • Wakil Menteri Pertahanan
  • Pengawas Garda Revolusi Islam
  • Imam Salat Jumat di Teheran
  • Anggota parlemen Teheran
  • Wakil Imam Khomeini di Dewan Tinggi Pertahanan
  • Garda terdepan perang yang dipaksakan Irak
  • Presiden Republik Islam Iran (dua periode yang berbeda)
  • Ketua Dewan Kebudayaan Revolusi
  • Presiden Dewan Kebijaksanaan
  • Pemimpin Republik Islam Iran setelah wafatnya Imam Khomeini
  • Ketua Komite Revisi Konstitusi

Ayatollah Ali Khamenei dan Program Nuklir Iran

Program nuklir Iran kini menjadi sorotan usai Israel melancarkan serangan yang menargetkan situs-situs nuklir Iran baru-baru ini.

Iran diketahui telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mengembangkan program nuklirnya. Teheran berulang kali menegaskan program ini untuk tujuan energi damai bukan untuk membuat bom, demikian seperti dilansir CNN.

Program nuklir Iran dimulai sejak AS meluncurkan program bersama Iran pada 1957. Iran pada waktu ini berada di bawah rezim Shah, yang bersahabat dengan Barat.

Iran kemudian mulai mengembangkan program nuklirnya pada 1970-an dengan dukungan AS. Namun, AS menarik dukungannya usai Shah digulingkan oleh Revolusi Islam pada 1979.

Sejak saat itu, negara-negara Barat khawatir Iran yang berubah menjadi Republik Islam akan memproduksi senjata nuklir. Diketahui, Iran memperkaya uranium hingga tingkat tinggi. Pengayaan inilah yang membuat program nuklir Iran kontroversial, mengingat dalam tingkat yang lebih tinggi, itu bisa digunakan untuk membuat bom nuklir.

Sejumlah upaya negosiasi internasional berusaha menghentikan program nuklir Iran. Dalam negosiasi pada 2013 setelah terpilihnya Rouhani, Ayatollah Ali Khamenei menyuarakan keberatannya pada aspek-aspek perjanjian yang menurutnya kemungkinan melanggar kedaulatan Iran.

Ayatollah Ali Khamenei dalam sejumlah negosiasi juga menyatakan penghentian pengayaan uranium akan merugikan kepentingan negaranya. Laporan The New York Times pada 4 Juni 2025 lalu, para pejabat tinggi Iran menolak ide penghentian pengayaan uranium di tanah Iran.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads