Apa Itu Hari Tasyrik Idul Adha? Ini Larangan dan Amalan yang Bisa Dikerjakan

Apa Itu Hari Tasyrik Idul Adha? Ini Larangan dan Amalan yang Bisa Dikerjakan

Anindya Milagsita - detikJateng
Sabtu, 07 Jun 2025 15:40 WIB
Ilustrasi Berdoa.
Ilustrasi hari tasyrik. Foto: Artadya Gumelar/Pixabay
Solo -

Setelah merayakan Idul Adha di tanggal 10 Dzulhijjah, kaum muslim dapat menyambut adanya hari-hari Tasyrik. Pada saat hari Tasyrik berlangsung ada amalan sekaligus larangan yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim. Namun, sebenarnya hari Tasyrik itu apa?

Secara umum, hari Tasyrik dikenal sebagai waktu lanjutan dari Hari Raya Idul Adha. Hari Tasyrik sendiri berlangsung selama tiga hari berturut-turut setelah Idul Adha, yaitu di tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari Tasyrik ini kaum muslim dapat mengisinya dengan makan dan minum dari sesuatu yang baik.

Seperti diungkap dalam buku '5 Amalan Penyuci Hati' karya Ali Akbar bin Aqil dan Abdullah Chris, yang menjelaskan tentang anjuran untuk makan dan minum di hari Tasyrik. Sebagaimana diriwayatkan bahwa:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ

"Hari-hari Tasyrik adalah hari-hari makan, minum, dan zikrullah Ta'ala." (HR. Muslim)

ADVERTISEMENT

Oleh sebab itu, hari Tasyrik dapat dimaknai oleh kaum muslim dengan berbagai hal baik. Termasuk melakukan amalan yang diperbolehkan dan menjauhi larangan yang telah diperintahkan. Sebagai panduan bagi kaum muslim, berikut penjelasan mengenai hari Tasyrik.

Mengenal Hari Tasyrik Idul Adha

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, hari Tasyrik jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Setiap tahunnya hari Tasyrik senantiasa berlangsung setelah Idul Adha yang jatuh di tanggal 10 Dzulhijjah.

Selain dapat diisi oleh kaum muslim dengan makan, minum, maupun berdzikir, hari Tasyrik juga ternyata menjadi waktu bagi jemaah haji mengerjakan ibadah tertentu. Di dalam buku 'Membedah Keberagaman Umat Islam Indonesia: Menuju Masyarakat Madani' karya Abdullah Hehamahua, bahwa selama tiga hari Tasyrik, jemaah haji selesai melakukan tawaf ifadah dan kembali ke Mina.

Jemaah haji akan menetap selama tiga hari di Mina, yaitu pada tanggal 11-13 Dzulhijjah. Pada saat inilah jemaah haji akan melontarkan jumrah setelah matahari tergelincir. Adapun urutan jumlah yang dilontarkan adalah jumrah ula, jumlah wustha, dan jumrah aqabah. Setiap jumrah dilemparkan dengan tujuh batu kecil yang diikuti dengan seruan takbir.

Sementara itu, telah disebutkan sebelumnya, hari Tasyrik juga dikenal sebagai waktu bagi kaum muslim untuk menikmati makan dan minum. Astrid Herera dalam bukunya 'Puasa' menjelaskan bahwa hari Tasyrik yaitu tiga hari berturut-turut setelah Idul Adha menjadi waktu bagi umat Islam untuk menikmati makan-makan perayaan Idul Adha. Sebaliknya, kaum muslim dilarang berpuasa.

Larangan Hari Tasyrik Idul Adha

Hal yang dilarang saat hari Tasyrik adalah berpuasa. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kaum muslim diperintahkan untuk makan-makan dalam hal ini menikmati berbagai sajian dari hewan kurban yang telah diterima. Terkait dengan larangan berpuasa di hari Tasyrik, terdapat sebuah riwayat hadits yang menjelaskannya.

Disadur dari buku 'Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya' oleh Khalifa Zain Nasrullah, bahwa hari Tasyrik juga dikenal sebagai hari-hari larangan untuk berpuasa. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa:

"Tidak boleh puasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi siapa yang tidak mempunyai had-ya." (HR. Bukhari)

Sementara itu, Wawam Shofwan Sholehuddin dalam bukunya 'Risalah Shaum: Telaah Kritis atas Sunah-Sunah dan Bid'ah-Bid'ahnya' menjelaskan terdapat riwayat lain yang menerangkan tentang larangan berpuasa di hari Tasyrik. Diriwayatkan dalam sebuah hadits:

وَعَنْ أَنَسِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى عَنْ صَوْمِ خَمْسَةِ أَيَّامٍ فِي السَّنَةِ يَوْمِ الفِطْرِ ، وَيَوْمِ النَّحْرِ وَثَلاثَةِ أَيَّامِ التَّشْرِيق، رواه الدارقطني

"Dari Anas ibn Malik, Nabi Saw. melarang shaum lima hari dalam setahun: Hari Raya Fitri, Hari Raya Adha, dan tiga hari Tasyriq." (HR ad-Daraqutni; Sunan ad-Daraquthni, II: 212)

Hari Tasyrik juga disebut sebagai hari-hari Mina. Ini berkaitan dengan waktu bagi para jemaah haji melakukan ibadah di Mina. Anjuran untuk makan dan minum di hari-hari Mina atau hari Tasyrik juga telah diterangkan dalam riwayat hadits lain. Masih merujuk dari buku yang sama, sebagaimana diriwayatkan bahwa:

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ بَعَثَهُ وَأَوْسَ بْنَ الحَدَثَانِ أَيَّامَ التَّشْرِي فَنَادَا أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَأَيَّامُ مِنَى أَيَّامُ أَكُلِ وَشُرْبٍ

"Dari Ka'ab bin Malik bahwa Rasululah Saw. mengutusnya bersama Aus bin al Hadasan pada hari-hari tasyrik. Maka, keduanya menyerukan bahwa tidak akan masuk surga kecuali Mukmin dan bahwa hari-hari Mina itu adalah hari-hari makan dan minum." (HR Ahmad dan Muslim; Musnad al Imam Ahmad bi Khamisy Kanz al-Umal, III: 460. Shahih Muslim, I: 508. No. 1.142)

Amalan Hari Tasyrik Idul Adha

Meskipun berpuasa dilarang untuk dilakukan di hari Tasyrik, ada amalan lain yang bisa dilakukan oleh kaum muslim. Salah satu di antaranya adalah dengan banyak menyebut nama Allah SWT. Hal ini juga telah diterangkan dalam riwayat hadits.

Menurut buku 'Ensiklopedia Hadits Ibadah Puasa, Zakat, dan Haji' karya Syamsul Rijal Hamid, bahwa meski kaum muslim dilarang puasa di hari-hari Tasyrik, tapi ada amalan sunnah lainnya yang masih bisa dikerjakan berupa dzikir. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa:

"Hari-hari tasyrik (yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) adalah hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir kepada Allah SWT." (HR. Muslim)

Dzikir di hari Tasyrik dapat dilakukan dengan memperbanyak bacaan takbir. Terlebih pada hari-hari Tasyrik kaum muslim masih ada yang melakukan proses penyembelihan kurban, sehingga takbir tetap menggema di mana-mana.

Terdapat bacaan takbir yang bisa diamalkan mulai dari Idul Adha (10 Dzulhijjah) sampai berakhirnya hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). Merujuk dari buku 'Sempurnakan Shalat Fardhu dengan Shalat Sunah' oleh Khalifa Zain Nasrullah, bacaan takbir disunnahkan bagi setiap muslim, termasuk setelah selesai menunaikan ibadah sholat fardhu. Bacaan takbir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa ilaaha illallaah wal-laahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.

Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala pujian hanya untuk-Nya."

Sementara itu, terdapat bacaan takbir dalam lafal yang lebih panjang untuk dibaca selama hari Tasyrik. Berikut bacaan yang dimaksud:

اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ (۳)
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا . لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ . لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ . لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

Allaahu akbar Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wal-laahu akbar. Allaahu akbar walillaahil-hamd. (3X)

Allaahu akbar kabiiraa wal-hamdu lillaahi katsiiraa wa subhaanal-laahi bukrataw-wa ashiilaa. Laa ilaaha illal-laah wa laa na'budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahud-diina walau karihal-kaafiruun. Laa ilaaha illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wa nashara 'abdah, wa a'azza jundahu wa hazamal-ahzaaba wahdah. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil-hamd.

Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala pujian hanya untuk-Nya. (3X)

Allah Maha Besar dan Maha Agung dan segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar selain Allah dan tidak ada yang kami sembah melainkan hanya Allah, dengan ikhlas kami ber-agama kepada-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar selain Allah sendiri-Nya, benar janji-Nya, dan Dia menolong akan hamba-Nya. Dia mengusir musuh Nabi-Nya dengan sendiri-Nya. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar selain Allah dan Allah Mahabesar. Allah Maha Besar dan segala pujian hanya untuk-Nya."

Itulah tadi pembahasan mengenai hari Tasyrik yang mana dilarang untuk berpuasa dan dianjurkan untuk makan, minum, maupun banyak menyebut nama Allah SWT. Semoga informasi ini bermanfaat.




(par/par)


Hide Ads