Asal-usul Waisak Dirayakan di Candi Borobudur, Ini Sejarah dan Tujuannya

Asal-usul Waisak Dirayakan di Candi Borobudur, Ini Sejarah dan Tujuannya

Anindya Milagsita - detikJateng
Minggu, 11 Mei 2025 21:01 WIB
Pelepasan lamion di puncak waisak di Candi Borobudur
Ilustrasi perayaan Waisak di Borobudur. Foto: dok. InJourney
Solo -

Sebagai candi bercorak Buddha di Indonesia, Candi Borobudur menyimpan sejarah yang berkaitan dengan Hari Raya Waisak. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana asal-usul Waisak dirayakan di Candi Borobudur?

Berdasarkan SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025, dapat diketahui bahwa Hari Raya Waisak 2569 BE jatuh pada 12 Mei 2025. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Sebagai hari libur nasional yang dinanti-nantikan oleh masyarakat secara umum, Hari Raya Waisak juga turut memberikan makna tersendiri bagi umat Buddha. Terlebih momentum ini selalu dirayakan di Candi Borobudur yang terletak di Jawa Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, seperti apa latar belakang dijadikannya Candi Borobudur sebagai lokasi perayaan Waisak setiap tahunnya? Simak penjelasannya berikut ini, ya.

Apa Itu Waisak?

Sebelumnya, mari mengenal secara lebih dekat dengan perayaan keagamaan yang dirayakan setiap tahunnya oleh umat Buddha, termasuk di Indonesia. Mengutip dari 'Sejarah Agama & Kepercayaan Di Dunia: Dari Kepercayaan Primitif Hingga New Religious Movement' karya Siti Fauziyah, SThI, MAg, bahwa Waisak adalah sebuah perayaan bagi umat Buddha dalam memperingati tiga peristiwa penting.

ADVERTISEMENT

Adanya tiga peristiwa penting tersebut membuat Waisak juga dikenal sebagai Tri Suci Waisak. Ketiga peristiwa atau Tri Suci Waisak terdiri dari hari kelahiran Pangeran Siddharta, pencapaian Penerangan Sempurna petapa Gautama, hingga wafatnya Sang Buddha.

Kemudian Jonar Situmorang dalam bukunya 'Mengenal Agama Manusia: Mempelajari dan Memahami Agama-agama Manusia Untuk Menciptakan Ketentraman dan Rasa Solidaritas' menjelaskan, kata Waisak berasal dari bahasa Pali 'Veshaka' atau bahasa Sansekerta 'Vaishaka'. Istilah tersebut berasal dari bulan yang diambild ari kalender Buddhis. Apabila dikonversikan ke dalam kalender Masehi, peringatan tersebut jatuh pada bulan Mei.

Namun demikian, peringatan Waisak juga dapat terjadi di akhir bulan April atau awal bulan Juni. Adapun keputusan mengenai Waisak dijadikan sebagai peringatan setiap tahunnya pertama kali ditetapkan di Srilangka pada tahun 1950. Penetapan tersebut disampaikan melalui konferensi persaudaraan Buddhis Sedunia atau World Fellowship of Buddhist.

Asal-usul Sejarah Waisak Dirayakan di Candi Borobudur

Lantas, bagaimana sejarah Waisak pertama kali dirayakan di Candi Borobudur? Mengutip dari unggahan Instagram @waisak.nasional yang berada di bawah naungan WALUBI pusat, bahwa terkait dengan asal-usul sejarah Waisak pertama kali dirayakan di Candi Borobudur tidak diketahui dengan pasti tanggal tepatnya.

Meskipun begitu, dipercaya pada tahun 1927 silam para anggota Theosofische Vereeniging menggelar upacara Vesak dengan perayaan yang modern untuk pertama kalinya di Candi Borobudur. Kemudian apabila dihitung berdasarkan penghitungan astronomi modern, bulan Vesakha adalah bulan purnama ke-5 yang pada tahun 1927 tersebut jatuh di tanggal 27 Mei 1927.

Sementara itu, perayaan detik-detik Waisak yang masih dilakukan sampai saat ini dipercaya telah ada sejak tahun 1932 silam. Pada saat itu, diadakannya Vesak di Candi Borobudur pada tahun tersebut diyakini menjadi cikal-bakal tradisi perayaan Waisak yang melibatkan penentuan perayaan pada waktu jam, menit, hingga detik.

Berbeda dengan perayaan Waisak yang ditetapkan pertama kalinya di Srilangka pada tahun 1950, di Indonesia sendiri sejarah Waisak baru berlaku beberapa dekade setelahnya. Diungkap dalam publikasi 'Perayaan Tri Suci Waisak Nasional 2566 BE Tahun 2022' oleh WALUBI, bahwa perayaan Hari Raya Waisak di Indonesia tertuang dalam amanat Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980. Sementara itu, pada tahun 1983 melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983. Pada Keppres tersebut ditetapkannya Waisak sebagai salah satu hari libur nasional bagi seluruh masyarakat.

Tidak hanya dijadikan sebagai pusat ibadah umat Buddha di Indonesia, Candi Borobudur juga dapat digunakan oleh umat Buddha dari seluruh dunia. Masih merujuk dari sumber yang sama, bahwa difungsikannya kembali Candi Borobudur sebagai pusat ibadah agama Buddha bagi masyarakat Indonesia dan dunia tercantum dalam nota kesepakatan empat kementerian dan 2 pemerintah provinsi pada tanggal 11 Februari 2022 kemarin.

Tujuan Waisak Dirayakan di Candi Borobudur

Selain dikenal sebagai pusat ibadah umat Buddha, baik dari Indonesia maupun dunia, perayaan Waisak di Candi Borobudur juga memiliki tujuan tertentu. Dikatakan dalam jurnal 'Multikultural dan Modernisasi Lintas Budaya di Candi Borobudur' oleh Tri Yatno, bahwa perayaan Waisak di Candi Borobudur merupakan wujud dari budaya dan menjadi simbol keharmonisan umat beragama.

Perayaan Waisak di Candi Borobudur dapat diikuti oleh berbagai aliran agama Buddha dengan ritual budaya tertentu. Kemudian dipilihnya Candi Borobudur sebagai pusat ibadah bagi umat Buddha dan perayaan Waisak dikenal sebagai ikon sekaligus wujud dari modernisasi.

Sementara itu, masih merujuk dari sumber yang sama, dikatakan juga bahwa peringatan Waisak di Candi Borobudur dapat menjadi lambang falsafah hidup dan ikon kejayaan peradaban Nusantara, terutama yang berkaitan dengan Candi Borobudur itu sendiri. Dengan adanya Candi Borobudur sebagai pusat ibadah bagi umat Buddha, memberikan pelajaran yang begitu bermakna tentang kehidupan dan juga berkenalan dengan tempat yang suci maupun disucikan.

Perayaan Waisak di Candi Borobudur

Setelah mencermati sejarah dan tujuan dirayakannya Waisak di Candi Borobudur, tidak ada salahnya untuk mengenal secara lebih dekat rangkaian acara yang biasanya berlangsung di lokasi tersebut. Di dalam buku '150++ Tradisi Hari Raya di Dunia' oleh Redaksi Plus+, bahwa Candi Borobudur merupakan pusat perayaan Hari Waisak.

Rangkaian prosesi Waisak dimulai dengan para biksu dan umat Buddha yang mengikuti upacara puja dan bakti di Candi Mendut terlebih dahulu. Kemudian mereka akan melakukan arak-arakan menuju Candi Borobudur. Adapun arak-arakan ini akan diwarnai dengan barisan yang membawa bendera dengan warna tertentu, yaitu merah, putih, dan juga bendera Perwakilan Umat Buddha Indonesia atau WALUBI.

Tak hanya diiringi oleh barisan pembawa bendera, arak-arakan tersebut juga diikuti oleh kendaraan yang dihiasi dengan relief Sang Buddha, pembawa Api Dharma dan Air Suci. Setelah itu, baik para biksu maupun umat Buddha akan memasuki kawasan Candi Borobudur dengan keheningan.

Di sana mereka melakukan semedi dengan menciptakan suasana yang tenang maupun memusatkan pikirannya.Hal tersebut dilakukan oleh mereka sampai tahta puncak perayaan Tri Suci. Salah satu rangkaian perayaan Hari Waisak yang cukup dinanti-nantikan oleh masyarakat umum adalah ribuan lampion yang akan dilepaskan oleh para biksu dan umat untuk menandai puncak acara Waisak di Candi Borobudur.

Demikian tadi rangkuman mengenai Hari Raya Waisak yang dirayakan setiap tahunnya di Candi Borobudur oleh umat Buddha. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru bagi detikers, ya.




(par/par)


Hide Ads