Prosesi kremasi jenazah biksu pernah berlangsung di Bukit Dagi, kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Berikut kesaksian salah satu orang yang mengikuti prosesi kremasi tersebut.
Orang tersebut bernama Dirman (45), warga Borobudur, Kabupaten Magelang. Dia ikut prosesi kremasi terhadap Bante Win yang berlangsung pada tahun 2006.
Saat itu dia bekerja di Krematorium Yayasan Wahana Mulia Abadi di Jetis, Kota Jogja. Dia bekerja di krematorium sejak tahun 1991 dan pada tahun 2006 dia mendengar informasi ada umat Buddha ingin dikremasi di Bukit Dagi Borobudur.
"Saat itu ada informasi dari Buddha minta bantuan ngaben di Dagi. Posisinya kayak berat (cuaca), mendung. Ngaben dikasih solar nggak (menyala), malah mati terus hujan," kata Dirman saat ditemui di Borobudur, Kamis (17/4/2025).
"Itu hampir (berlangsung) 1 jam, ada gempa Bantul (2006). Pada gempa ini terus dilarikan di Gremeng (Salam). Belum selesai, dioyakke ke Gremeng, 2 menit selesai," sambungnya.
Dirman mengenangkan, saat itu proses kremasi di Dagi sudah berlangsung sekitar 2 jam sejak awal belum nyala dan belum selesai.
"Karena posisi gempa, bingung semua. Waktu gempa itu goyang (tapi jenazah tidak jatuh), terus dibawa ke Gremeng 2 menit. Itu pengalaman sudah lama dan di luar krematorium," katanya.
Dirman mengatakan, kremasi di Bukit Dagi kompleks Candi Borobudur saat itu menggunakan kayu cendana.
"Ya wangi. Contohnya di Bali, ada mayat diletakan di bawah pohon cendana nggak bau," tuturnya.
"Itu dulu di Dagi ada 6 orang (teman-temannya), terus termasuk orang dari India juga ada. Saat itu kayu ditata (ditumpuk). Kayu cendana harga mahal, model seperti blabak (papan kecil)," sambungnya.
Disinggung soal rencana kremasi pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyawimarta Poo atau Murdaya Poo, Dirman mengaku belum dimintai tolong untuk membantu proses kremasi.
"Yang di Jogja (teman-teman kerjanya) belum dimintai (bantuan kremasi)," ujar dia.
"Kalau pembakaran ngaben normal itu sekitar 3 jam selesai. Kalau di krematorium sekitar 2 jam. Terus untuk mengumpulin abu sudah misah sendiri," imbuh Dirman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirman setiap seminggu sekali dia pulang dari Jogja menuju Borobudur. Pada Rabu (16/4) malam kemarin dia ditelepon tetangganya untuk mengangkut hasil panen padi dari Dusun Ngaran II, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur.
(dil/aku)