Alot Kremasi Murdaya Poo di Ngaran Borobudur Ditolak Warga

Round-Up

Alot Kremasi Murdaya Poo di Ngaran Borobudur Ditolak Warga

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 18 Apr 2025 07:00 WIB
Bermunculan spanduk penolakan terhadap pengusaha, Murdaya Widyawimarta Poo atau Murdaya Poo di Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis (17/4/2025).
Lokasi persawahan yang rencananya untuk kremasi jenazah Murdaya Poo di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis (17/4/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Solo -

Rencana kremasi mendiang pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyawimarta Poo atau Murdaya Poo di Dusun Ngaran, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, ditolak warga sekitar.

Spanduk Penolakan Bermunculan

Kamis (17/4) kemarin, spanduk-spanduk penolakan itu terpasang di perempatan Ngaran dan juga di jalan menuju lokasi persawahan yang rencananya menjadi tempat kremasi.

Sementara itu di lokasi rencana kremasi semula telah dipasang besi untuk papan dan paving. Tapi kemarin ada dua pekerja yang mengangkut besi dan paving itu ke mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang tokoh warga Ngaran II, Utoyo, mengaku tidak tahu kapan spanduk-spanduk itu dipasang.

"Kalau ada yang minta itu (spanduk) dilepas, ya dilepas saja. Kami juga mohon yang pihak sana (persiapan kremasi) yang sudah dipasang dibongkar. Jadi, sama-sama," kata Utoyo saat dihubungi wartawan, Kamis (17/4/2025).

ADVERTISEMENT

Warga Tunggu Kesepakatan

Utoyo mengatakan, pihaknya belum tahu soal rencana mediasi berikutnya. Dia meminta agar tidak ada pendirian apa pun di persawahan sebelum ada kesepakatan.

Saat disinggung alternatif lokasi kremasi di Bukit Dagi kompleks Candi Borobudur, Utoyo menyebut Bukit Dagi keberadaannya dilindungi UU.

"Bahwa lingkungan di Candi Borobudur kan peruntukannya sudah jelas (ada UU-nya) untuk kegiatan pariwisata dan keagamaan. Kalau kremasi itu dari kegiatan keagamaan ya boleh tentunya," ujarnya.

"(Kremasi dilaksanakan di Dagi warga nggak masalah?) Ya bukan nggak masalah, ini jangan menurut warga, UU-nya begitu. Saya bilang aturan nomor satu. Kalau di sini (Ngaran) sulit," sambung Utoyo.

Camat Minta Spanduk Dicopot

Sementara itu Camat Borobudur, Subiyanto, menyayangkan adanya pemasangan spanduk tersebut. Dia telah meminta pihak dusun untuk mencopotinya.

"Karena kita berproses. Dari awal kita sudah ada kesepakatan dengan Pak Bupati nggowo rasa (membawa perasaan) dan karena sifat itu (spanduk) tidak nggowo rasa. Sudah kita sampaikan lewat Pak Kadus, nderek (minta tolong) jangan ada sikap-sikap yang berbuat semacam itu (memasang spanduk). Yang jelas, ana rembuk dirembuk," kata Subiyanto saat ditemui wartawan, kemarin.

Ditanya soal usulan lokasi kremasi di Bukit Dagi Borobudur, Subiyanto menyebut itu salah satu alternatif.

"Ketika tidak ketemu di lokasi awal, kan ada beberapa alternatif. Tapi, yang jelas nanti ketemunya adalah di kesepakatan. Kesepakatan itu kan bisa di Dagi, bisa di tempat semula, tapi yang jelas berproses," ujarnya.

Subiyanto berharap bisa menjadi tuan rumah yang baik. Dalam artian melayani dengan baik dan tidak memberikan kesan negatif kepada tamu maupun yang berduka.

Pemkab Mediasi

Pemkab Magelang telah mengadakan mediasi yang dihadiri berbagai pihak di Kompleks Setda, Rabu (16/4) lalu. Pertemuan bertajuk 'Rapat Koordinasi Pimpinan Daerah Dalam Rangka Deteksi Dini dan Cegah Dini Potensi Konflik Sosial di Masyarakat' itu belum membuahkan kesepakatan.

Pertemuan tersebut dihadiri Bupati Magelang Grengseng Pamuji dan wakilnya, Ketua DPRD, Komandan Kodim, dan perwakilan dari Polresta serta Kejari Magelang.

"Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak," kata Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Desa Borobudur, Maryoto, kepada wartawan seusai mediasi, Rabu (16/4).

"(Alasan lain) Intinya kan adat budayanya. Bahwa (permukiman) muslim semua, nanti takutnya timbul unsur SARA-nya. Kita hindari itu, jangan sampai menjadi hal itu," imbuh dia.

Soal adanya usulan kremasi di Bukit Dagi, Maryoto mempersilakan.

"Monggo silakan (di Bukit Dagi). Dan warga akan tetap mendukung. Nggak masalah," kata Maryoto.

Penjelasan pihak Walubi di halaman selanjutnya.

Penjelasan Walubi

Ketua DPD Walubi Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono menjelaskan rencana kremasi itu dilakukan di lahan milik Hartati Murdaya, istri Murdaya Poo. Lahan itu di belakang vihara.

"Perlu (kami) jelaskan rencana kremasi itu adalah di Dusun Ngaran 2 di lahan milik Ibu (Hartati Murdaya). Itu di belakang Vihara, di sawah-sawah. Dan kita tidak pernah berencana untuk membangun krematorium. Kita hanya melaksanakan kremasi," kata Tanto, Rabu (16/4).

"Kremasi itu pun sama seperti yang di YouTube yang pernah dijalankan oleh almarhum Bante Win di Bukit Dagi Borobudur, mungkin 10 tahun yang lalu. Ataupun Bante Jinadhammo yang meninggal di Medan dan dikremasikan di halaman Vihara di Kota Medan. Bahkan itu diliput secara internasional," sambungnya.

Menurut Tanto, bagi umat Buddha yang dikremasi dengan kayu hanya untuk tokoh dan bante.

"Kalau umat biasa meninggal, kremasinya secara alami pakai mesin. Karena memang ritual kremasi pakai kayu itu tidak semua orang bisa menjalani. Itu ada tata cara sehingga nanti seandainya Pak Poo dikremasi di sini pun nanti yang mengatur adalah bante maupun lamma (tokoh umat Buddha) yang sudah berpengalaman," ujarnya.

"Tidak semua umat Buddha bisa dikremasi pakai kayu. Dan kayu itu pun bukan kayu biasa adalah campuran kayu cendana. Karena di Indonesia kayu cendana, kalau di luar negeri mungkin ada gaharu juga, tapi di sini sudah cari gaharu. Sehingga nanti kayu biasa dicampur dengan kayu cendana. Itulah rencana kami dari DPP Walubi," kata Tanto.

Lantaran pertemuan itu tidak menghasilkan kesepakatan, Bupati Magelang akan melanjutkan mediasi di lain waktu.

"Sore ini belum bersepakat, jadi kita sepakat melanjutkan forum ini. Jadi forum musyawarah ke depan," kata Bupati Magelang, Grengseng Pamuji.

Tentang Usulan di Bukit Dagi

Seusai mediasi itu, Camat Borobudur, Subiyanto menjelaskan soal adanya usulan kremasi di Bukit Dagi Borobudur.

"Itu, salah satu usulan dari Pak Abbed yang merupakan tokoh FKUB juga. Dan itu, salah satu solusi. Solusi ketika plan satu tidak tercapai, bisa plan dua. Nuwun sewu, mudah-mudahan itu diamini semuanya," kata Subiyanto.

"Kalau yang kita lihat yang diperlukan keluarga itu mandala Borobudur. Dan mandala Borobudur itu kan ada di sekeliling (candi) Borobudur. Itu (Bukit Dagi), lebih dekat daripada yang ada di lokasi pertama (Ngaran). Di puncak ketinggian di dekat Candi Borobudur dan ada yurisprudensi yang sudah pelaksana. Dulu ada Bante Win yang dikremasi di situ," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)


Hide Ads