Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (Disdikbud Jateng) buka suara soal protes dari beberapa sekolah yang terancam gagal mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 karena pihak sekolah gagal melakukan finalisasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Penutupan PDSS disebut bersifat final dan siswa diimbau mengikuti jalur seleksi masuk perguruan tinggi lainnya.
Disdikbud Jateng mengaku telah berusaha agar kementerian memberikan kelonggaran. Namun mereka akhirnya harus angkat tangan lantaran keputusan itu sudah bersifat final.
Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah menjelaskan, beberapa sekolah yang gagal melakukan tahapan pengisian PDSS telah diajukan penyelesaiannya kepada panitia pusat. Pihaknya telah berkonsultasi dan memohon dispensasi kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun diperoleh keputusan bahwa penutupan PDSS setelah dilakukan perpanjangan waktu bersifat final," kata Uswatun dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/2/2025).
Uswatun mengaku tidak bisa memantau langsung berapa sekolah di Jateng yang gagal melakukan finalisasi PDSS. Dia beralasan dinas tidak memiliki akses untuk memantau sistem secara detail.
"Sekolah itu masuk dalam portal dan hanya membuka saja, kategori sudah login, meski tidak melanjutkan. Kami tidak diberi akses untuk memantau langsung secara detail di dasboard," sambungnya.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, Disdikbud Jateng pun tetap mendorong siswa yang gagal mengikuti proses seleksi SNBP untuk tetap mengikuti metode seleksi masuk perguruan tinggi lainnya.
"Seperti UTBK-SNBT dan Mandiri yang menyediakan kuota sebesar 80 persen dari daya tampung masing-masing perguruan tinggi negeri," ungkapnya.
Tak hanya itu, menanggapi peserta didik dan orang tua yang gagal mengikuti SNBP, Disdikbud Jateng melalui sekolah yang bersangkutan juga akan memberikan fasilitasi bimbingan belajar bagi siswa yang bersiap mengikuti metode seleksi masuk perguruan tinggi lainnya.
"Kami mendorong peserta didik lulusan pendidikan menengah untuk dapat mengikuti studi lanjut pada jenjang pendidikan tinggi, baik di perguruan tinggi negeri, maupun di perguruan tinggi swasta," ungkapnya.
Adapun, kata Uswatun, SNBP sendiri bertujuan memberi kesempatan bagi siswa berprestasi untuk masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Seleksi ini mewajibkan sekolah mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
"Jadwal pengisian PDSS semula 6-31 Januari 2025 dan diberikan perpanjangan hingga tanggal 2 Februari 2025 pukul 15.00 WIB, khusus terbatas pada tahapan finalisasi akhir, bukan input data," tutur Uswatun.
Ia menjelaskan, beberapa sekolah yang gagal melakukan finalisasi PDSS hingga ditutupnya sistem aplikasi itu disebabkan beberapa hal.
Salah satunya lantaran siswa yang didaftarkan sesuai kriteria melakukan pengunduran diri sehingga sekolah harus mengganti siswa untuk memenuhi kuota.
"Kemudian sekolah melakukan isian PDSS dengan metode impor data siswa dan dilaksanakan pada tanggal akhir, ini tidak efektif dan berpotensi gagal tinggi," jelasnya.
"Kurangnya koordinasi secara berkelanjutan dari pihak satuan pendidikan dengan cabang dinas serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah," sambung Uswatun.
Sementara itu, Ketua Ombudsman Jateng, Siti Farida mengatakan, dari catatan Ombudsman Jateng, terdapat dua sekolah di Jateng yang gagal finalisasi PDSS.
"Yang terinfokan ke kami ada di SMKN 2 Surakarta juga di Bukateja, Purbalingga," kata Farida saat dihubungi detikJateng.
Terkait dugaan kelalaian pihak sekolah, pihaknya pun meminta agar Pemprov Jateng dapat melakukan evaluasi terhadap pihak sekolah dan menelusuri siapa yang lalai dalam kasus tersebut.
"Harus dilakukan (penelusuran) siapa yang lalai. Kalau terbukti dia PNS, (ada sanksi) disiplin atau atasan langsungnya dalam hal ini kepala sekolah," tuturnya.
Ia juga menyarankan, siswa SMKN 2 Solo yang gagal terancam mendaftar SNBP dapat diberikan pendampingan psikologis untuk menghindari gangguan mental.
"Supaya ada recovery, mungkin kalau memang ada siswa yang sangat kecewa, itu kan juga berpotensi secara psikologis," harapnya.
(rih/ahr)