Bencana longsor yang terjadi di Petungkriyono, Pekalongan, membawa korban puluhan orang yang tewas. Tragedi di awal tahun ini menuai simpati banyak pihak.
Kelompok relawan, polisi, tentara hingga instansi lain berdatangan ke Petungkriyono, bahu membahu memberikan bantuan.
Kebanyakan dari mereka berjuang mencari korban yang masih hilang maupun membersihkan sisa-sisa longsor. Ada pula yang mendirikan dapur umum untuk menyediakan logistik makanan bagi relawan maupun warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu kelompok relawan dari Solo ikut mendirikan dapur umum di sekitar lokasi bencana. Uniknya, dapur umum itu sempat dikira warung.
Relawan tersebut membangun dapur umum menggunakan tenda lipat. Di dalamnya tertata meja dengan nampan berisi makanan dan lauk seperti layaknya sebuah warung makan.
Di sekeliling tenda terdapat berbagai macam kemasan minuman saset yang digantungkan, menjadikan tenda itu mirip warung makan. Siapapun yang kelaparan diperbolehkan mengambil makanan dan minuman secara prasmanan.
"Kami datang tidak hanya untuk masak untuk warga yang membutuhkan, juga untuk para relawan yang memerlukan asupan kopi, susu, jahe dan tambahan nasi gratis , selama 24 jam," kata salah satu relawan di dapur umum itu, Yudi.
Biasanya, menurut Yudi, warung ramai saat pagi, siang, sore, bahkan malam hari. Lebih banyak minuman hangatnya. Untuk hidangan menu nasinya, Yudi menyebut menunya selalu berganti-ganti seperti mie goreng, nasi, ikan asin, gorengan dan telur dadar.
![]() |
Relawan asal Solo itu menyebut dapur umum itu dibuat dari patungan para pengurus. Selain itu mereka juga membuka donasi di Solo.
Salah satu relawan, Subekhan dari Human Activity mengatakan keberadaan dapur umum sangat membantu menghemat bekal maupun uang saku selama berada di lokasi bencana untuk jangka waktu yang cukup lama.
"Fungsi salah satunya untuk menghemat ya mensupport fungsi tambahan. Jadinya tidak selalu mengandalkan dapur umum (posko induk)," katanya.
"Mau jajan (gratis) terutama kopi, teh, jahe dan susu, setiap saat ada, 24 jam," tambahnya.
Sementara itu, Ahmad Udin, salah satu jurnalis sempat mengira lapak yang didirikan Yudi adalah warung prasmanan. Namun, saat mau bayar, malah gratis.
"Awalnya saya kira warung. Eh saat ambil kopi dan nasi, ternyata gratis. Ini sangat membantu, terutama minuman hangat. Sangat membantu, hitung-hitung sangat hemat pengeluaran," kata Ahmad Udin.
(ahr/ahr)