Jasa penyeberangan sepeda motor menggunakan tali di atas Sungai Welo, Dukuh Tembelan, Petungkriyono dikabarkan mulai berbayar usai viral. Polisi pun turun tangan untuk melakukan pengecekan terkait kabar tersebut.
Adanya tarif penyeberangan tali di Petungkriyono ini viral usai diunggal di media sosial. Salah satunya diunggah oleh akun Instagram @pekalonganinfo 18 jam yang lalu. Dalam unggahan tersebut dinarasikan jika ada tarif dalam setiap kali penyeberangan.
"Warga dan relawan yang sebelumnya memberikan fasilitas serta memasang tali sling gantung di Dukuh Tembelan, Petungkriyono, kini merasa kecewa.
Tujuan awal pemasangan tali gantung tersebut adalah agar masyarakat dapat memanfaatkannya untuk menyeberang atau mengangkut barang tanpa harus memutar melalui jalan lain yang memakan waktu 2 hingga 3 jam.
Seharusnya fasilitas penyebrangan tersebut dapat digunakan secara bebas oleh masyarakat umum, namun kini fasilitas tersebut justru dikomersialisasi. Untuk mengangkut barang atau kendaraan pulang-pergi, pengguna harus membayar sekitar Rp60.000, dengan tarif Rp30.000 sekali menyeberang, serta Rp5.000 per karung barang. Selain itu, beberapa warga lokal di Petungkriyono juga mengeluh karena tarif tersebut dianggap terlalu mahal". tulis akun tersebut seperti dilihat detikJateng, Rabu (12/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramainya postingan tersebut akhirnya Kapolsek Petungkriyono, Iptu Eko Widiyanto langsung turun tangan. Eko melakukan pengecekan ke lokasi, untuk menemui relawan yang berada di jembatan Tembelan. Menurut Eko, berita viral tersebut mulai ada sejak Selasa (11/2) kemarin.
"Dari berita tersebut, kami telah menyikapi dengan mendatangi lokasi secara langsung. Kami meminta keterangan dari warga dan relawan, dan memang benar adanya tarif tersebut," kata Eko.
Menurut Eko, awalnya tarif itu berdasarkan kesepakatan bersama dari tim relawan dan masyarakat, itupun baru dilakukan.
"Tim relawan yang menyeberangkan ini merupakan masyarakat dari Dukuh Tembelan dan Dukuh Kayupuring," ungkapnya.
Namun demikian pihaknya lantas, memberikan imbauan untuk tidak pasang tarif.
"Alhamdulillah, setelah kami berdialog dengan relawan dan warga, mereka sepakat untuk tidak memasang tarif dan juga menarik biaya kepada warga masyarakat yang hendak menyeberang," imbuhnya.
Terpisah, Kepala Desa Kayupuring, Cahyono, menyebut awalnya tim di lokasi setempat tidak mematok biaya untuk jasa pemindahan barang atau motor menggunakan sling tersebut. Tetapi dengan munculnya kabar penerapan tarif, pihaknya merasa kaget dan langsung ke lokasi.
"Bahwa awalnya, penyeberangan ini tidak dipungut biaya dan memang sangat membantu," ucapnya.
Namun adanya tarif yang tinggi, kemudian viral, pihaknya mengambil sikap tegas.
"Kami menyatakan bubarkan untuk aktivitas teman-teman relawan, adanya pungli itu. Saat ini, kami sediakan alat, Monggo yang mau menyebrang," katanya.
Perlu diketahui, Jembatan Tambelan atau Jembatan Jimat II, yang berada di Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, terputus, akibat luapan banjir Sungai Welo pada Senin sore (20/1) . Akibat jembatan terputus, warga tidak bisa ke mana-mana.
Namun lima hari setelah itu, ada katrol gantung yang berfungsi untuk mengirimkan logistik, barang-barang bahkan termasuk yang viral ini. Awalnya warga pengguna jasa ini, memberikan uang seikhlasnya pada para relawan, sebelum akhirnya beredar jasa bertarif tinggi.
(apl/ahr)