Anggota DPRD Temanggung Buka Suara soal Video Warga Mesir Dikeroyok

Anggota DPRD Temanggung Buka Suara soal Video Warga Mesir Dikeroyok

Eko Susanto - detikJateng
Selasa, 31 Des 2024 21:58 WIB
Anggota DPRD Temanggung dari Partai Gerindra, Ahmad Masfudin (tengah) saat konferensi pers, Selasa (31/12/2024).
Anggota DPRD Temanggung dari Partai Gerindra, Ahmad Masfudin (tengah) saat konferensi pers, Selasa (31/12/2024). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Temanggung -

Anggota DPRD Kabupaten Temanggung, Ahmad Masfudin, buka suara terkait video viral dengan narasi warga negara Mesir yang dikeroyok sejumlah orang di Parakan, Temanggung. Di video itu disebutkan bahwa oknum aparat hingga anggota dewan turut terlibat dalam pengeroyokan tersebut.

Masfudin mengatakan momen yang terekam dalam video itu terjadi pada Sabtu (28/12) lalu.

"Peristiwa sesungguhnya adalah saya di situ," kata Masfudin saat jumpa pers di ruang Fraksi Partai Gerindra, DPRD Temanggung, Selasa (31/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masfudin mengatakan, saat sedang di rumah, dirinya ditelepon temannya dari Lampung yang bernama Anas. Anas mengaku jadi korban penipuan dalam urusan bisnis kopi.

Informasinya, Anas mengirim kopi dari Lampung ke Temanggung sebanyak 40 ton. Pemesan kopi itu disebut bernama Feri. Harga kopinya Rp 70 ribu per kilogram. Kopi sebanyak itu diangkut 4 unit truk, tiba di Temanggung pada Rabu (25/12). Namun, saat diminta uangnya, Feri hilang kontak.

ADVERTISEMENT

"Anas menyampaikan bahwa ketipu. Terus disebutkan posisi berada di Polsek Parakan dan saya meluncur. Di sana sedang ada laporan (membuat laporan polisi)," ujar Masfudin.

"Itu uangnya besar, Rp 2,8 miliar. Diminta uangnya, Feri mundur karena tanggal 25 tanggal merah, terus tanggal 26 sampai sore Feri lost contact. Karena Feri pergi (kopinya) mau diambil sama orang Lampung, ternyata nggak boleh, dihalang-halangi orang Arab ada tiga (sehingga dilaporkan ke Polsek)," ucap Masfudin.

Masfudin mengatakan, saat itu di Polsek Parakan ada satu orang Arab (Mesir) yang sedang diperiksa. Menunggu proses pemeriksaan itu selesai, Masfudin memutuskan pulang.

"Saya pulang, tapi ditelepon lagi, memberi tahu kopi bisa diambil (di gudang). Kalau bisa diambil ya minta pengawalan dari polisi, jangan grusa-grusu. Kemudian saya menelepon (polisi yang sedang bertugas), terus berangkat sendiri menuju Mandisari," kata Masfudin.

Setiba di gudang tempat kopi itu disimpan, Masfudin bertemu dengan salah satu anggota Polsek Parakan. Kemudian mereka masuk ke gudang itu. Kebetulan mereka kenal dengan si pemilik gudang. Masfudin bilang, tujuannya hanya untuk memastikan kopi itu masih utuh di gudang.

"Saat itu disampaikan,'masih utuh Pak Din. Kuncinya juga saya yang pegang karena saya punya gudang'. Terus saya bermaksud melihat bersama (anggota Polsek, Pak Hartono), ternyata dihalang-halangi oleh orang Arab," ujar Masfudin.

"Saya nggak tahu posisinya orang Arab itu apa. Setelah saya konfirmasi ke teman saya, bahwa teman saya di Lampung kirim kopi ke Temanggung atas order dari namanya Feri, yang menggunakan gudang di situ," sambungnya.

Karena dihalangi, Masfudin berujar, mereka pun mundur lalu duduk di kursi kompleks gudang.

"Datang Arab satu lagi dengan rambut berkucir. Di situ dia ambil bendo sambil diajung-ajungkan. Lha Pak Hartono (anggota Polsek) kemudian berdiri sambil menanyakan buat apa dan meminta untuk meletakkan (bendo), tapi (orang itu) justru menyerang," kata Masfudin.

"Pak Hartono diserang, saya ngaling-alingi (menghadang). Saya bilang,' mister this is police, this is police, sana I don't police dan dikejar terus. Kemudian Pak Hartono mengambil langkah keluar gudang sambil dikejar, saya di belakangnya. Berhenti jarak 15 meter (dari gudang), tetap dikejar, saya ambil jalan supaya tidak ngejar. Justru saya dipukul pakai bendo kena punggung," imbuh dia.

Masfudin saat itu bermaksud melawan, tapi dicegah oleh anggota Polsek Parakan tersebut. Setelah itu, mereka sepakat menghindar.

"Kita menunggu di rumah warga jaraknya sekitar 100 meter (dari gudang) sambil numpang salat asar. Saat itu datang lagi satu orang (Arab yang sebelumnya diperiksa di Polsek). Arab ini ambil besi, golok, sama pipa runcing yang untuk nyosok ngetes kopi. Itu ngejar ke rumah warga, kemudian dorong-dorongan. Pintu dikunci, tidak bisa masuk," ujar Masfudin.

Setelah itu mereka kemudian menjauh menuju gudang. Kemudian, Masfudin berujar, anggota Polsek yang sedang menelepon dikejar oleh tiga orang asing tersebut.

"Lagi telepon dipukul pakai pipa besi. Terus dilumpuhkan sama Pak Hartono, dirangkul jatuh, kita maju semua. Video yang ada itu pergumulan, kita justru melepas golok yang dipegang dan besi saya ambil, tapi direbut lagi sama yang dua (orang Arab). Saya sempat lihat Pak Hartono bergumul, terus disurung (didorong) tibo (jatuh) di sawah," kata Masfudin.

"Saya rebutan dibantu sama teman-teman, orang-orang di situ dapat besinya. Terus mau saya pukulkan karena emosi, tapi nggak boleh sama Pak Hartono," sambungnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Setelah itu, kata Masfudin, orang asing tersebut datang lagi lalu didorong jatuh di sawah.

"Itu sawah, bukan sungai atau jurang, itu sawah. Setelah itu datang pasukan (polisi) semuanya diperiksa dan ditanyai. Alat buktinya ada tiga, besi, golok, sama itu (pipa kecil untuk nyosok). Kemudian dibawa ke Polsek," kata Masfudin.

"Saya yang lapor, teraniaya. Saya lapor karena saya dipukul pakai itu (bendo), Pak Hartono juga lapor karena dipukul-pukul itu. Di situ klir, nggak ada pemukulan waktu bergumul, nggak. Semata-mata itu hanya merebut apa yang dibawa mereka, besi, golok, sama itu tadi," imbuhnya.

Masfudin menambahkan, orang asing itu melarang kopi itu diambil karena mengklaim telah membayar uang kepada Feri. Tapi saat ditanyakan bukti transfer atau nota maupun kuitansi, mereka tidak punya.

"Sampai sekarang pun nggak ada (bukti pembayaran). Dia cuman bilang sudah bayar sama Feri. Kondisi seperti ini, kalaupun betul dia ngasih uang ke Feri dan Feri pergi kan dia ditipu Feri. Karena Arabnya nggak transaksi sama pemilik kopi (orang Lampung), jadi terpisah," pungkas Masfudin.



Dihubungi terpisah, Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Didik Tri Wibowo menyatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait masalah tersebut.

"Sampai sekarang perkara masih dalam penyelidikan dan ditangani oleh Satreskrim Polres Temanggung," kata Didik melalui pesan singkat.

Diberitakan sebelumnya, sebuah video yang dinarasikan adanya warga negara Mesir yang dikeroyok sejumlah orang di Parakan, Temanggung, viral di media sosial. Bahkan ada oknum aparat hingga anggota dewan yang disebut-sebut terlibat pengeroyokan itu.

Video tersebut salah satunya diunggah dalam akun Instagram @infoupdatejateng. Dalam video tersebut memperlihatkan dugaan penganiayaan ada satu orang yang dengan posisi tergeletak dikerubuti beberapa orang.

Di akhir video, terlihat seorang pria yang mengenakan jaket jin warna biru menunjuk-nunjukkan tangan sambil bicara lantang. "Nantang-nantang terus," katanya dalam video itu seperti dilihat detikJateng pada Senin (30/12/2024).

Akun tersebut memberikan beberapa keterangan video. Akun itu menyebut bahwa pria yang dianiaya itu merupakan warga negara Mesir.

"Warga Negara Mesir yang sedang bisnis kopi Temanggung dianiaya saat sedang membeli kopi di daerah Manden (desa Mandisari), kecamatan Parakan, Minggu (29/12/2024)," tulis akun itu.

Bahkan, akun itu juga menyebut ada oknum aparat hingga anggota dewan yang terlibat dalam penganiayaan. Korban juga disebut-sebut kesulitan saat hendak mengurus kasus itu.

Saat dimintai konfirmasi, Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Didik Tri Wibowo saat ditemui belum bersedia memberikan penjelasan. Meski demikian dia mengakui sudah ada aduan terkait penganiayaan itu.

"Kita masih tahap penerimaan pengaduan. Untuk selanjutnya, kita sampaikan setelah kita melakukan penyelidikan," kata Didik, Senin (30/12).

Dalam pengaduan, katanya, korban berinisial M melaporkan dua orang.

"Yang dilaporkan ada dua orang," kata Didik.

Saat disinggung perihal oknum aparat dan anggota dewan yang ikut dalam kejadian tersebut, katanya, masih dalam penyelidikan.

"Masih dalam penyelidikan dari Satreskrim Polres Temanggung," tambahnya.

Hingga saat ini pihaknya juga masih membutuhkan beberapa keterangan mengenai identitas korban penganiayaan itu.

"Kita masih dalam penyelidikan apakah yang bersangkutan memang WNA atau sudah WNI," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/rih)


Hide Ads