Kala Kopi Keliling Jadi Tren Muda-Mudi Semarang

Kala Kopi Keliling Jadi Tren Muda-Mudi Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 27 Okt 2024 15:29 WIB
Muda-mudi hingga anak-anak tengah membeli kopi keliling yang merebak di Kota Semarang, Sabtu (26/10/2024).
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Kopi gerobak keliling kini menjadi tren bagi para muda-mudi Kota Semarang. Beberapa bulan terakhir, gerobak keliling tampak banyak bertebar di seantero Kota Atlas ini.

Salah satu titik teramai yakni di Pleburan dan di area Bank Indonesia, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Tampak para muda-mudi asyik berbincang, ditemani kopi yang dijajakan para penjual kopi keliling.

"Ini lagi nongkrong aja, habis beli minum kopi keliling (merk) Melintas," kata salah satu warga asli Semarang Barat, Dani (24) kepada detikJateng di kawasan Bank Indonesia, Sabtu (26/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dani mengaku, sebelumnya kerap nongkrong di kafe bersama teman-teman sebayanya. Namun, usai marak kopi keliling, ia lebih memilih membeli kopi dari penjual kopi keliling. Selain karena mudah dijangkau, kopi yang dijual pun murah.

"Menurut saya ekonomis aja dibanding coffeeshop Rp 8 ribu sudah dapat kopi. Sebelumnya sering di kafe, jadi menghemat, biasanya di kafe Rp 15k-50 ribu kadang ada yg Rp 100 ribu," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, sudah sekitar 4 bulan tren kopi keliling merebak di kalangan muda-mudi Kota Semarang. Dani sendiri sudah mencoba sekitar 5 merk kopi keliling yang dijajakan di Kota Semarang.

"Kalau dibanding kafe, dari rasa pasti ada bedanya, tapi boleh juga rasa sama kualitasnya untuk yang kopsu (kopi susu)," jelasnya.

Hal senada diungkapkan salah satu remaja asal Gayamsari, Kota Semarang, Vania (22). Ia mengaku justru lebih memilih kopi keliling dibanding kopi yang dijual di kafe, karena bisa lebih leluasa dalam menikmati kopi yang dibelinya.

"Kalau kopi keliling bisa nyobain banyak vibes (suasana), ada yang di BI (Bank Indonesia), ada yang di TIK (Taman Indonesia Kaya), suasananya nggak itu-itu aja. Apalagi kan karena outdoor, bisa buat nongkrong liatin orang," jelasnya.

"Selain itu, kalau beli kopi keliling kan sambil nongkrong, kita bisa beli camilan dari manapun. Kalau di coffe shop kan cuma makanan di situ, kalau ini bebas bisa beli dari penjual yang ini, penjual yang itu," sambungnya.

Muda-mudi hingga anak-anak tengah membeli kopi keliling yang merebak di Kota Semarang, Sabtu (26/10/2024).Muda-mudi hingga anak-anak tengah membeli kopi keliling yang merebak di Kota Semarang, Sabtu (26/10/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Menurutnya, selain bisa menghemat biaya produksi, inovasi kopi keliling juga bisa menghemat pengeluaran para pecinta kopi. Terlebih, Vania merasa nongkrong di kedai kopi kini menjadi tren di kalangan anak muda.

"Kayak nggak gaul kalau nggak nongki (nongkrong) di coffee shop. Banyak kan yang FOMO (fear of missing out) jadi suka ikutan ke kafe padahal kafe mahal, sekali di kafe bisa habis Rp 50 ribu," tuturnya.

"Jadi murah banget lah kalau ada kopi keliling gini, cuma Rp 8 ribu bisa sambil nongki sepuasnya. Minusnya nggak ada AC kayak di kafe aja sih," lanjutnya.

Tren kopi keliling ini pun ternyata tak hanya marak di kalangan muda-mudi maupun remaja. Bahkan, kopi keliling ini juga dinikmati seorang siswa SD asal Jatingaleh, M Alhafizi (9) yang tengah diantar ayahnya membeli kopi.

"Aslinya Jatingaleh, tapi memang sengaja ke Pleburan beli kopi, buat anak. Paling anak saya beli 3 hari sekali, memang saya batasi," kata ayah Fizi, Catur (33).

Catur yang juga pecinta kopi itu merasa, tren kopi keliling memang telah merebak di Kota Semarang beberapa bulan ke belakang. Ia menilai, rasa kopi keliling dengan kopi di kedai kopi tak terlalu jauh berbeda.

"Biasanya kopi gula aren kalau di kafe kan paling murah Rp 13 ribu, ya ini murah. Bagus juga, kita nggak perlu ke kafe atau toko, karena sudah ada di pinggir jalan," tuturnya.

"Kalau untuk teh atau kopi kemasan di toko malah nggak dibolehkan, tapi kalau ini kan katanya racikan sendiri, jadi boleh, tapi dibatasi," imbuhnya.

Catur pun menyambut baik banyaknya kopi keliling yang kini sudah bisa ditemui di berbagai sudut di Kota Semarang. Mulai dari kopi keliling yang menyediakan kopi yang sudah diracik, hingga kopi keliling yang menjual produk kopi yang diseduh langsung di lokasi.

Penjual Bisa Panen Cuan Rp 2 Juta di halaman berikutnya...

Penjual Bisa Cuan Rp 2 Juta Per Hari

Pantauan detikJateng di area Bank Indonesia di Kelurahan Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, ada sekitar lima penjual kopi keliling. Mereka semua menjual segelas kopi dengan harga Rp 8 ribu.

Beberapa penjual kopi keliling sengaja menghentikan gerobak mereka di kawasan yang ramai muda-mudi nongkrong itu. Sementara beberapa yang lain hanya berhenti sejenak kemudian lanjut menuju pemberhentian selanjutnya.

Salah satu gerobak kopi keliling yang sengaja berhenti lama yakni Kopi Disaat yang dibawa Marco (19). Gerobak kopinya itu laris manis dijajaki muda-mudi pecinta kopi yang hendak ngopi sambil nongkrong di daerah Pleburan.

"Kopi keliling memang lagi jadi tren. Kalau Disaat ini awalnya kafe, terus jadi cofee truck pertama di Jakarta, terus di sini terinspirasi, jadilah Disaat. Sudah sekitar 3-4 bulanan," kata Marco saat ditemui detikJateng, Sabtu (26/10/2024).

Ia menjelaskan, tempat produksi kopi tersebut berada di Jalan Gajahmada, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Ada sekitar 10 gerobak kopi keliling yang tiap harinya menjual kopi ke seantero Kota Semarang.

"Ada yang tugas meracik sendiri, baristanya. Yang dibawa nggak cuma kopi, ada juga nonkopi. Kemudian kita bawa, kalau ada pembeli nanti tinggal kita buka tutupnya untuk tambah es terus disegel lagi," ungkap Marco sambil melayani pembeli.

Dalam sehari, kata Marco, biasanya ia akan menjual sekitar dua kotak berisi 300-400 gelas kopi. Seringkali, semua persediaan yang dibawanya itu ludes terjual. Menu paling laris yakni varian 'sea salt'.

"Biasanya sih habis terus. Apalagi kalau weekend malah bisa habis 3 box. Harganya Rp 8-12 ribu. Sehari ya bisa tembus Rp 2,5 juta untuk 300 cup," paparnya.

Selain berkeliling, kopi yang dijualnya itu pun melayani pesan antar (delivery order). Sudah ada beberapa instansi atau sekadar kelompok muda-mudi yang kerap memesan lewat media sosial untuk kemudian diantar menuju lokasi tujuan.

"Kalau delivery order minimal pembelian 10 cup, kadang dari instansi, kantor, buat acara kayak acara ulang tahun, pesannya dari sini," kata Marco.

Selain Marco, ada pula Ikhsan (18), penjual kopi keliling bernama 'Melintas'. Penjual yang telah berkeliling sejak pukul 09.00 WIB itu hendak berpindah dari kawasan Bank Indonesia menuju kawasan Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan.

"Keliling dari jam 09.00-18.00 WIB, lokasinya pindah-pindah. Kalau pagi di SMAN 1 Semarang, terus ke sini, kalau sore di Pleburan," jelasnya.

Baru ada dua gerobak Melintas yang berkeliling menjajakan kopi di Kota Semarang. Kopi keliling itu akan ramai pembeli setiap jam makan siang serta sore hari saat ramai muda-mudi nongkrong.

"Pembelinya paling banyak anak-anak muda, anak sekolah, gen z. Ya walaupun ada ibu-ibu, bapak-bapak juga," tutur Ikhsan.

"Harganya Rp 7,5-13 ribu. Kalau sehari paling bawanya cuma 100. Kadang habis, kadang nggak habis, sehari ya bisa dapat sampai Rp 600 ribu," lanjutnya.

Di kala maraknya kopi keliling di Kota Semarang, para penjual harus pintar bersaing dengan menawarkan inovasi baru. Salah satunya kopi keliling 'Mau Kopi' yang juga menawarkan menu puding.

"Ramai yang jual kopi keliling. kalau di kita pembedanya karena kita ada pudingnya. Selain itu ya sama saja, harganya juga Rp 8-12 ribu," ungkap penjual 'Mau Kopi', Syahrul (24).

Pria asal Cianjur itu mengatakan, poin plus dari kopi keliling yakni selain karena fleksibel, kopi yang tak habis hari itu bisa kembali dijual esok hari. Sebab, kopinya itu bisa bertahan hingga 3-4 hari jika disimpan dalam suhu dingin.

"Kadar minumnya tiga hari, jadi kerugiannya bisa diminimalisir kalau misal nggak habis. Kalau saya yang dibawa sehari paling 150 cup. Sekarang menurun karena banyak saingannya," tuturnya.

"Sudah sejak 4 bulan lalu, sehari bisa habis 100 cup, kadang syukur-syukur bisa 100 lebih. Kalau pendapatan sehari bisa Rp 1 juta ke atas, kalau weekend bisa Rp 2 jutaan," sambungnya.

Ia pun berharap, usaha kopi keliling bisa terus menjadi potensi usaha yang menjanjikan. Para muda-mudi bisa terus menikmati kopi keliling hingga seterusnya, sehingga kopi kelilinh bisa terus eksis ke depannya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Profesi Langka: Bukan Starling, tapi Penggiling Kopi Keliling"
[Gambas:Video 20detik]
(afn/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads