Pemerintah Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten menggelar Festival Budaya. Puluhan produk batik khas perajin setempat dipamerkan dalam acara tersebut.
Festival Budaya Desa Jarum dihelat di Joglo Homestay Mojoarum, Desa Jarum, Kecamatan Bayat. Festival ini telah dimulai sejak Jumat (23/8/2024) dan akan berlangsung hingga Minggu (25/8/2024) esok.
Tampak puluhan produk batik dipamerkan dalam pameran di Festival Budaya Desa Jarum. Mulai dari kain batik, syal, pakaian, mangkuk, aksesoris, payung, hingga wayang. Puluhan produk itu merupakan hasil karya tangan para perajin Desa Bayat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris sekaligus pegiat wisata Desa Jarum, Giyatno menjelaskan, Festival Budaya ini digelar dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Desa Jarum ke-94. Selain ada senam sehat dan wayangan, ada pula pameran produk unggulan yang dilaksanakan siang itu.
"IKM (Industri Kreatif Menengah) yang ikut (pameran) ini ada sekitar 30 IKM. Terdiri dari IKM di sektor batik 19 dan UKM di sektor kuliner 11," kata Giyatno di Desa Jarum, Sabtu (24/8/2024).
Ia menjelaskan, produk yang dipamerkan merupakan produk-produk unggulan hasil karya puluhan perajin batik di Desa Jarum. Ciri khas batik mereka, yakni masih banyak batik yang dibuat menggunakan pewarna alam.
"Di Desa Jarum ada dua proses pewarnaan batik, menggunakan warna sintetis dan juga warna alam. Berikutnya warga kami juga ada yang mengembangkan warna tanah," terangnya
Menurutnya, pameran ini dapat menjadi wadah bagi perajin-perajin batik di Desa Jarum untuk terus berkembang dan berinovasi. Selain itu, pameran juga bisa mengenalkan pamor batik khas Desa Jarum kepada pembeli dan masyarakat secara lebih luas.
Para pengunjung tak hanya ditawarkan produk batik berupa kain, melainkan juga produk sehari-hari yang bisa selalu digunakan. Seperti payung, cangkir, mangkuk, permainan tradisional congklak, hingga wayang yang terbuat dari kayu.
Giyatno menjelaskan, ini menjadi wujud nyata sinergitas antara pemdes dan masyarakat setempat dalam meningkatkan potensi di Desa Jarum, yakni batik. Batik yang menggunakan warna alam itu juga dituangkan dalam pembuatan wayang sehingga lebih inovatif.
"Produk terbaru di sini adalah ecoprint, ada juga pengembangan kreatif lain seperti ukiran wayang dan sebagainya. Wayang itu disentuh dengan cat dan juga dengan batik," jelasnya.
Giyatno berharap, adanya Festival Budaya Desa Jarum khususnya pameran ini mampu meningkatkan roda perekonomian warga setempat sekaligus menaikkan pamor produk batik milik IKM ataupun UMKM setempat.
"Harapan kami warga kami semakin bisa mencintai hasil produksinya dan juga diharapkan kita bisa mengenalkan produk dari warga negara Jarum dan juga semoga peningkatan penghasilan bagi warga Desa Jarum," harapnya.
Salah satu produk yang ditampilkan yakni milik Sugiyem (47). Kain batik berukuran 2,5x6 meter yang miliknya itu dijual seharga Rp 500 ribu. Kain berwarna coklat, biru, merah miliknya itu tampak cantik karena dibuat dengan bahan alam.
"Kalau ini warna biru saya pakai warna alam dari tanaman indigofera. Kalau yang kuning kemerahan pakai tanaman jolawe. Kalau coklat itu perpaduan tanaman tegeran, tingi, dan jambal," paparnya.
Sugiyem mengaku memilih menggunakan bahan warna dari alam karena menurutnya selain tak berbahaya, tanaman yang dipakai untuk mewarnai itu bisa digunakan seluruhnya. Tak ada bagian dari tanaman yang hanya dibuang begitu saja.
Dalam sebulan, Sugiyem bisa menjual sekitar 10-20 potong kain yang ia produksi setiap hari. Sudah memproduksi kain batik sejak 2014, Sugiyem selama ini hanya mempromosikan produknya itu lewat WhatsApp Story.
"Kalau di pameran atau langsung dari saya Rp 500 per potong, tapi kalau kainnya sudah masuk showroom beda lagi, bisa sampai Rp 800 ribu," jelasnya.
Sugiyem berharap, lewat pameran ini ia bisa menggaet lebih banyak pembeli dan menemukan lebih banyak lagi relasi untuk meningkatkan produk kain batik warna alam miliknya itu.