Isu Bullying di Balik Mahasiswi Dokter Spesialis Undip Akhiri Hidup di Kos

Terpopuler Sepekan

Isu Bullying di Balik Mahasiswi Dokter Spesialis Undip Akhiri Hidup di Kos

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 18 Agu 2024 17:51 WIB
Karangan bunga dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) yang terpasang hari ini di rumah duka mahasiswi dokter spesialis yang meninggal bunuh diri di Semarang.
Karangan bunga dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) yang terpasang hari ini di rumah duka mahasiswi dokter spesialis yang meninggal bunuh diri di Semarang. Foto: Imam Suripto/detikJateng
Solo -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ditemukan meninggal diduga bunuh diri. Ada isu bullying di balik kisah mahasiswi itu diduga nekat mengakhiri hidup.

Jenazah korban berusia 30 tahun itu ditemukan di kamar kosnya di Kelurahan Lempongsari, Semarang, Senin, 12 Agustus 2024 pukul 23.00 WIB lalu. Dia ditemukan tewas dengan wajah kebiruan dan posisi miring seperti orang tidur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," ujar Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono saat dihubungi, Rabu (14/8/2024).

Polisi sempat memanggil dokter dan diketahui korban meninggal karena obat penenang. Diduga obat itu disuntikkan sendiri oleh korban ke tubuhnya.

ADVERTISEMENT

"Obat untuk pelemas otot. Saya nggak bisa ngomong yang bisa ngomong dokter tapi obat itu seharusnya lewat infus," katanya.

Dari hasil penyelidikan polisi di lokasi, ditemukan buku harian milik korban yang berisi keluh kesahnya sebagai mahasiswi PPDS. Di sisi lain, mahasiswi itu juga sempat curhat ke ibunya soal keinginannya berhenti kuliah buntut kasus bullying.

"Dia mungkin kan sudah komunikasi sama ibunya karena lihat buku hariannya itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat," kata Agus.

"Ibunya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat. Sudah curhat sama ibunya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," sambungnya.

Polisi pun mengusut motif bullying di balik kematian korban. Polisi juga tak mau buru-buru menyimpulkan korban bunuh diri.

"Terkait informasi perundungan dan sebagainya masih kita cek karena yang bersangkutan infonya sakit dan yang brsangkutan kan ikut beasiswa. Makanya mending kita dalami dulu yang bersangkutan informasinya sudah nggak kuat lagi atau bagaimana kita cek dulu benar apa nggaknya," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena, Kamis (15/8).

Dia menerangkan keterangan dari saksi dan barang bukti di lokasi belum bisa memastikan korban bunuh diri. Ada beberapa dugaan yang menjadi pertimbangan polisi.

"Apakah ini sengaja atau lalai (menyuntikkan obat penenang) nggak tahu. Apakah tidak sadar kelebihan dosis atau gimana sehingga menyebabkan efek yang mematikan bagi korban," tutur Andika.

Kemenkes Turun Tangan

Kasus kematian mahasiswi PPDS Undip ini pun menjadi atensi Kementerian Kesehatan. Pihak Kemenkes sudah mengirimkan surat tentang pemberhentian Prodi Anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang di RSUP Dr Kariadi.

"Sehubungan dengan dugaan terjadinya perundungan di Program Studi Anestesi Universitas Diponegoro yang ada di SUP Dr. Kariadi, yang menyebabkan terjadinya bunuh diri pada salah satu peserta didik program studi anestesi Universitas Diponegoro," tulis Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes dr Azhar Jaya dalam surat tertanggal 14 Agustus 2024 tersebut dilansir detikHealth.

"Maka disampaikan kepada Saudara untuk menghentikan sementara program studi anestesi di RSUP Dr. Kariadi sampai dengan dilakukannya investigasi dan Langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan oleh jajaran Direksi Rumah Sakit Kariadi dan FK UNDIP," lanjutnya.

Keluarga Bantah Korban Bunuh Diri

Di sisi lain, pihak keluarga menolak autopsi jenazah korban dan langsung membawanya ke rumah duka di Tegal. Keluarga juga membantah dugaan korban meninggal karena bunuh diri.

Lewat kuasa hukumnya, Susyanto, keluarga menjelaskan korban punya riwayat saraf kejepit dan akan mengeluh sakit saat kelelahan. Diduga dalam kondisi darurat itu, korban menyuntikkan sendiri obat penenang dan kelebihan dosis.

"Terkait yang viral katanya, nuwun sewu (mohon maaf) korban meninggal karena bunuh diri itu kami sangkal. Itu tidak benar. Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit," tuturnya. kata Susyanto kepada wartawan di Tegal, Jumat (16/8).

Pihaknya pun enggan memberikan keterangan secara detail soal berita yang viral. Pihaknya khawatir jika nantinya keterangannya justru menjadi bola liar.

Meski begitu, pihaknya siap memberikan keterangan soal curhatan korban kepada ibunya jika dibutuhkan penegak hukum.

"Soal ada perundungan atau tidak kami tidak bisa memberikan secara vulgar ke media, karena bisa menjadi blunder. Kami akan berikan keterangan secara terang-benderang ke penegak hukum," terus dia.

Undip Bantah Ada Bullying

Sementara itu, pihak kampus membantah adanya perundungan terhadap mahasiswi PPDS Prodi Anestesi FK Undip. Undip mengaku sudah melakukan penyelidikan internal.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip, Utami Setyowati di kantornya, Semarang, Kamis (15/8).

Menurut Utami, mahasiswi PPDS itu memiliki riwayat penyakit yang diduga mempengaruhi proses belajarnya. Undip pun tak mau menjelaskan detail sakit itu untuk menjaga privasi korban. Meski begitu, Undip terbuka jika ada fakta lain di luar investigasi tersebut.

"Kami siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan zero bullying di Fakultas Kedokteran Undip," pungkasnya.




(ams/ams)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjateng


Hide Ads