Safar sendiri merupakan bulan kedua di dalam kalender Hijriah yang datangnya setelah Muharram dan sebelum Rabiul Awal. Jika masyarakat suku Jawa menghindari Muharram atau Sura untuk menggelar pesta, masyarakat Sunda justru menghindari Safar. Dalam buku Masyarakat Sunda, Budaya, dan Problema oleh A Suryadi, Safar adalah bulan yang tabu untuk menikah karena dapat mendatangkan sial.
Penasaran mengapa Safar juga disebut sebagai bulan kosong? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
Kenapa Bulan Safar Disebut Bulan Kosong?
Dikutip dari penjelasan yang terdapat pada laman resmi Nahdlatul Ulama, bulan Safar disebut 'bulan kosong' karena beberapa alasan terkait kebiasaan masyarakat Arab pada zaman dahulu. Nama 'Safar' sendiri berarti 'sepi' atau 'kosong'.
Pada zaman itu, bulan Safar adalah waktu di mana rumah-rumah orang Arab menjadi sepi. Ini karena banyak orang keluar rumah untuk berperang atau bepergian jauh. Dengan banyaknya orang yang meninggalkan rumah, rumah-rumah jadi kosong dan tenang.
Selain itu, ada kebiasaan lain yang menyumbang nama ini. Selama bulan Safar, orang Arab biasanya memanen semua hasil tanaman mereka dan membersihkan tanah dari tanaman. Hal ini membuat tanah terlihat kosong karena tidak ada tanaman yang tersisa.
Ada juga kebiasaan di mana orang Arab akan menyerang kabilah-kabilah lain pada bulan ini. Karena takut diserang, kabilah-kabilah yang datang terpaksa pergi tanpa membawa bekal atau persediaan. Mereka pergi dalam keadaan 'kosong' karena harus meninggalkan semua barang mereka.
Jadi, sebutan 'bulan kosong' berasal dari kondisi rumah-rumah yang kosong, tanah yang kosong dari tanaman, dan kabilah-kabilah yang pergi tanpa bekal selama bulan Safar.
Mitos Kesialan Bulan Safar
Selain menyebut Safar sebagai bulan kosong, orang Arab jahiliyah juga percaya bahwa Safar merupakan bulan yang penuh dengan kesialan. Dikutip dari buku Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriah oleh Ida Fitri Shohibah, kepercayaan bahwa Safar merupakan bulan kesialan ternyata masih dipercaya oleh sebagian kecil umat Islam.
Mereka menganggap Safar adalah waktu ketika Allah menurunkan hukuman dan kemarahan ke dunia. Akibatnya, banyak musibah dan bencana yang terjadi di bulan Safar. Oleh karena itu, sebagian masyarakat melarang adanya pernikahan, khitanan, atau pesta apa pun diadakan di bulan ni.
Namun, mempercayai bahwa Safar adalah bulan yang sial merupakan salah satu perbuatan yang terlarang. Ini termasuk salah satu jenis tathayyur yang terlarang serta kepercayaan jahiliyah tersebut sudah dihapuskan oleh Islam.
Safar sama seperti bulan lain yang di dalamnya terdapat kebaikan dan keburukan. Kebaikan yang ada datangnya dari Allah dan segala hal buruk juga terjadi karena takdir-Nya.
Rasulullah SAW menjelaskan, tidak ada kesialan yang terjadi karena bulan Safar. Berikut ini adalah kutipan hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad yang menjelaskan perkara tersebut.
"Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Safar."
Demikian penjelasan mengenai bulan Safar yang juga dikenal dengan sebutan bulan Kosong. Semoga bermanfaat!
(sto/cln)