Modal Iuran Rp 5 ribu, Warung Kejujuran di Klaten Kini Beraset Rp 50 Juta

Modal Iuran Rp 5 ribu, Warung Kejujuran di Klaten Kini Beraset Rp 50 Juta

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 05 Agu 2024 17:31 WIB
Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq
Klaten -

Ada yang menarik dari Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Salah satu RT di daerah tersebut memiliki warung kejujuran yang sudah beroperasi selama 14 tahun tanpa pernah merugi, bahkan sudah memiliki aset hingga Rp 50 juta.

Warung berukuran 4x5 meter yang berdiri di tengah perkampungan di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo memang tampak seperti warung pada umumnya. Namun ternyata warung tersebut merupakan warung kejujuran yang sudah didirikan sejak 2010.

Warung yang berisi berbagai kebutuhan rumah tangga mulai dari peralatan mandi, sembako, hingga LPG dan bensin itu tak ada yang menjaga. Hanya ada catatan barang-barang yang sudah dibeli masyarakat setempat serta wadah penyimpanan uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampak papan struktur kelompok usaha bersama (Kube) di depan warung, yang memperlihatkan bahwa warung kejujuran itu dikelola oleh para ibu-ibu setempat, dengan pembinanya yakni tiga orang bapak-bapak. detikJateng sempat bertemu salah satu pembina, Sarjino, yang sempat menceritakan awal mula berdirinya warung kejujuran tersebut.

"Biasanya kalau di kampung itu orang belum tentu punya uang, tapi kebutuhan ada. Makanya cari jalan agar warga ini bisa terakomodir kebutuhannya, tidak harus punya uang," kata Sarjino di Desa Sidorejo, Minggu (4/8/2024).

ADVERTISEMENT
Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq

Akhirnya, para ibu-ibu di RT tersebut mengadakan pertemuan dan mengumpulkan iuran yang kemudian dibelanjakan berbagai kebutuhan rumah tangga warga setempat. Jika tak punya uang, mereka pun bisa utang terlebih dahulu.

"Modal awalnya cuma Rp 5 ribu per anggota. Anggotanya 26, jadi dengan uang Rp 5 ribu itu dikumpulkan, terus dibelikan sembako (untuk dijual) di setiap ada pertemuan, di pinggir jalan," ungkapnya.

Dari lapak yang digelar di pinggir jalan kampung tersebut, modal mulai bertambah hingga akhirnya berdirilah bangunan semipermanen tempat jual-beli barang-barang hasil permintaan warga setempat yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Karena tak ada yang bertugas menjaga warung selama 24 jam, warung itu menjadi warung kejujuran. Masyarakat setempat bisa membeli barang dan menulis apa yang dibelinya, untuk kemudian langsung dibayar hari itu ataupun hutang.

Meski warung kerap digembok, masyarakat setempat sudah mengetahui tempat kunci disimpan, sehingga bisa langsung membeli barang yang ia butuhkan. Bahkan, mereka bisa menimbang sendiri barang-barang tertentu menggunakan timbangan yang tersedia.

"Malam pun silakan. Uangnya ditaruh situ, semua di situ. Misalkan mau kembalian, misalkan hutang, cuma nulis namanya di kotak. Istilahnya ngotak dulu," jelasnya.

"Terserah mau jujur atau nggak. Tapi realitanya jujur, karena hampir setahun sekali selalu bagi hasil untuk keuntungannya. Setiap sore jam 19.00 WIB itu direkap, yang ngutang berapa yang belanja tunai berapa gitu tahu," lanjut dia.

Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq

Usai 5-6 tahun beroperasi, akhirnya warga tak perlu lagi iuran, sebab keuntungan warung sudah bisa digunakan untuk kulakan. Selama 14 tahun beroperasi, kata Sarjino, warung kejujuran tak pernah merugi, bahkan ibu-ibu yang rutin kulakan juga diberi uang transportasi berupa peralatan rumah tangga hingga sembako.

"Untung terus bahkan ibu-ibu ini dari keuntungan itu bulan ini mau piknik, setiap tahun pasti piknik biasanya satu RT itu yang membiayai dari koperasi, ke pantai," terangnya.

"Selama 14 tahun belum pernah rugi. Itu asetnya itu sekarang sudah di atas Rp 50 juta. Dari hasil itu juga dibelikan dua sapi, karena kalau semuanya untuk modal kan nggak mungkin," imbuh dia.

Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.Warung kejujuran di RT 27 RW 09, Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Foto: detikJateng/Arina Zulfa Ul Haq

Selain bermanfaat bagi warga RT 27, warung kejujuran pun bermanfaat bagi warga RT sekitar yang sering membeli kebutuhan di warung kejujuran. Warga sekitar biasanya akan meminta ditemani warga setempat untuk membeli barang di warung tersebut.

Sarjino pun mengungkapkan warung kecil itu bisa terus eksis lantaran rasa saling percaya dan rasa saling memiliki yang telah terpupuk dalam diri warga setempat. Ada 26 kepala keluarga dengan jumlah warga sekitar 80-90 orang yang hidup di Desa Sidorejo RT 27 RW 09.

"Setiap keluarga jujur, nggak membohongi diri, itu kan milik mereka sendiri. Kan modalnya dari mereka, keuntungannya untuk mereka, masa nggak jujur," ujarnya.

Hingga kini, warung yang diawali dengan iuran Rp 5 ribu dari warga setempat, sudah bisa memiliki aset hingga Rp 50 juta. Rasa kepercayaan masyarakat setempat telah berhasil membangun warung dari lapak di pinggir jalan hingga kini telah memiliki bangunan semipermanen untuk menyimpan seluruh kebutuhan warga setempat.

(ncm/ega)


Hide Ads