Warga Sidorejo Klaten Gotong Royong Tanam Bibit Pohon di Kampung Siluman

Warga Sidorejo Klaten Gotong Royong Tanam Bibit Pohon di Kampung Siluman

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 08 Jul 2024 21:39 WIB
Puluhan warga Desa Sidorejo gotong royong menanam bibit tanaman di Kampung Siluman
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Klaten -

Puluhan warga RT 16 RW 06 Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang dari berbagai usia bergotong royong melakukan penanaman bibit pohon di Kampung Siluman. Hal ini jadi upaya mereka guna melestarikan lingkungan sekaligus edukasi terkait konservasi.

Upaya penanaman pohon di Kampung Siluman yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) itu digelar dalam kegiatan Kirab Pager Banyu. Mereka berjalan kaki menyusuri bukit hingga akhirnya menanam bibit tanaman yang telah ditata dalam sebuah gunungan.

Meski medan menanjak yang mereka tempuh itu terbilang cukup sulit dan jauh, sekitar 5 kilometer, puluhan warga yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat itu tetap semangat mengikuti kirab yang rutin dilaksanakan setiap tanggal 1 Suro dan menanam pohon di bantaran Kali Putih yang berada di ketinggian kurang lebih 1.000 meter di atas permukaan laut (MDPL).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua RT 16, Jinarto menjelaskan, kirab yang sudah dilaksanakan 4 kali itu menjadi kegiatan konservasi sekaligus wadah edukasi bagi generasi muda untuk mempelajari terkait pentingnya menjaga dan merawat alam. Mereka diajak terjun langsung menanam tanaman endemik Merapi di sumber mata air sambil diajarkan untuk terus melakukan konservasi.

"Ini kegiatan rutin setiap tahun, setiap tanggal 1 Suro. Intinya untuk memberi pelajaran ke adik-adik manfaat hutan, pentingnya menjaga konservasi," kata Jinarto di Desa Sidorejo, Minggu (7/7/2024).

ADVERTISEMENT

Adapun bibit yang mereka tanam di Kali Putih dan Kali Anyar itu merupakan bibit pohon beringin, pasang, pulai. Bibit tersebut ditanam dengan harapan sumber mata air itu bisa terus muncul dan menghidupi masyarakat sekitar.

"Karena di area sini kan nggak ada sumber air, dengan kita menanam tanaman endemik Merapi, harapannya belik atau titik sumber air meskipun debitnya kecil, mudah-mudahan akan muncul di sekitar yang kita tanam itu," imbuh dia.

Lewat kirab tersebut, lanjut Jinarto, selain bisa mengantarkan pesan tentang konservasi hutan kepada para generasi muda, ia juga berharap tradisi daerah setempat itu bisa terus lestari dan hidup di tengah masyarakat.

Usai menanam, mereka berkumpul mengitari gunungan hasil bumi sambil mengucapkan mantra yang lebih terdengar seperti nyanyian. Mengikuti irama, beberapa warga tergugah untuk menari mengelilingi gunungan sebelum akhirnya isinya dimakan bersama-sama oleh warga setampat.

Ia juga menjelaskan arti mantra berbunyi 'Pring Rajeg Pring Mageri Banyu Bening Ngadahi Kang Peparing Angguripi Kang Anyanding' yang terus dikumandangkan oleh warga setempat selama gelaran acara.

"'Pring rajeg pring' artinya kita menanam pohon bambu, supaya teman-teman paham tentang manfaat bambu. Terus 'Mageri banyu bening', dengan menanam itu supaya di sini resapannya bagus. Harapannya bisa memunculkan sumber air," tuturnya.

"Terus 'ngadahi kang peparing' itu mengolah pemberian Tuhan. 'Anguripi kang anyanding', harapannya dengan muncul sumber-sumber air di sini kita bisa hidup dengan air itu," sambung Jinarto.

Jinarto pun berpesan kepada masyarakat yang kini bisa menikmati sumber air tanpa mengalami kesulitan, untuk turut bekerja sama dalam menjaga ketersediaan air bersih agar seluruh masyarakat bisa sama-sama memanfaatkannya.

(anl/ega)


Hide Ads