Misteri Ayam Alas 'Tuntun' Pendaki Gunung Andong, Mirip Jalak di Lawu?

Misteri Ayam Alas 'Tuntun' Pendaki Gunung Andong, Mirip Jalak di Lawu?

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 14 Jun 2024 17:47 WIB
Burung jalak di Gunung Lawu.
Burung jalak di Gunung Lawu. Foto: Dok Ari Budi/Pemandu pendaki Gunung Lawu
Solo -

Video yang merekam ayam hutan disebut menunjukkan jalan bagi pendaki Gunung Andong di Kabupaten Magelang beredar di media sosial. Tiga tahun lalu, juga pernah beredar video tentang seorang pendaki Gunung Lawu, Karanganyar, yang 'ditolong' oleh seekor burung jalak. Berikut selengkapnya.

Video ayam hutan di Gunung Andong itu salah satunya diunggah akun Instagram @andongviapendem, lima hari lalu.

"Fakta Unik. Nonton video sampe habis kalau penasaran. Dapat kiriman dari seorang pendaki Ayam Hutan ini menunjukkan jalan dari Pos 2 Kendit sampai Pos 1 Kenongan. Nampak di Video ini Ayam Hutan ini terus berada di depan dari seorang pendaki tersebut dan menunjukkan jalan yang benar. Adminnya juga penasaran. Ada yang pernah ketemu Ayam Hutan juga waktu ke Gunung Andong...??," tulis akun Instagram @andongviapendem, dikutip detikJateng pada Kamis (13/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ketua Pengelola Basecamp Pendem, Kecamatan Ngablak, Magelang, Marmin Udin, biasanya ayam hutan akan menjauh jika ada orang mendekat. Namun dalam video yang beredar, ayam itu justru mendekat.

Marmin mengaku baru sekali itu melihat video yang merekam fenomena langka tersebut. Dia menyebut perilaku ayam hutan dalam video itu hanya suatu kebetulan.

ADVERTISEMENT

"Tiap hari ada (ayam hutan), tapi yang di video itu mungkin kebetulan memang rezekinya orang itu nyasar lalu bisa menunjukkan jalan. Mungkin karena di setiap gunung mungkin ada yang mistis, tapi itu kan ayam tidak termasuk mengganggu atau membawa sial, nggak," kata Marmin saat dihubungi detikJateng, Kamis (13/6/2024).

"Baru kali ini, ada ayam penunjuk jalan. Cerita dari pendaki kepada kami (pengelola) ketika hampir mau nyasar (pas lewat) ada ayam di depannya, ayam semakin mendekat (menunjukkan jalan). Biasanya ayam itu lihat orang jarak 10 meter sudah mabur (terbang). Karena ayam alas itu tidak lulut (jinak) seperti ayam kampung," sambung dia.

Salah seorang pendaki Gunung Andong, Neni Herlina, mengaku pernah 'ditunjukkan jalan' oleh ayam alas saat dia dan temannya mendaki dari Basecamp Pendem.

"Saya mungkin sudah 20 kali mendaki di Gunung Andong. Saya pernah waktu itu naik bersama teman, Mbak Dewi dan Mbak Ita. Saat itu, pagi naik lewat Pendem terus setelah pos 1. Pertama, mendengar suara ayam alas tersebut, terus ada ayam lewat," kata Neni kepada detikJateng.

"Terus kita nyapa-nyapa ayam,'hai ayam, nemani kita yuk'. Tapi, nggak sempat difoto. Saya lihat nggak turun di jalan seperti di video itu. Tapi, posisi ayam jalan di atas (posisi hutan lebih atas), saya bersama teman (jalan) di bawah. Ayamnya posisi duluan (di depan) terus, tapi bukan di jalan, tapi di pinggir jalan pinusan," kata Neni.

Jalak Tuntun Pendaki Nyasar di Lawu

Pada Februari 2021, juga pernah beredar video tentang seorang pendaki Gunung Lawu yang ditolong oleh seekor burung jalak. Dulu, video itu juga viral di media sosial.

Menurut relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi Santoso, Gunung Lawu memang merupakan kawasan endemik burung jalak.

"Sebetulnya Jalak Lawu sendiri kan masuk (hewan) endemis Lawu. Burung ini sebetulnya masuk jenis burung Anis, masuknya keluarga Anis. Ciri khasnya bulunya berwarna coklat, paruh dan kakinya kuning," kata Budi saat dihubungi wartawan, Sabtu (20/2/2021), dikutip dari detikNews.

Budi menjelaskan, Jalak Lawu memang terbiasa berinteraksi dengan manusia.

"Mungkin entah dari kapan ya, Jalak Lawu atau Anis itu terbiasa berinteraksi dengan manusia khususnya pendaki. Jadi ketika ada pendaki itu dia selalu menampakkan diri, selalu mengikuti di depannya," ujar dia.

Mengenai adanya mitos soal Jalak Lawu yang sering menuntun pendaki tersesat, Budi mengatakan, hal itu karena berkaitan dengan banyaknya pendaki ritual di Gunung Lawu.

"Lawu kan banyak pendaki ritual, jadi sering dikait-kaitkan, seakan-akan dituntun gitu. Mungkin ada beberapa pendaki yang mengalami seperti itu (dituntun), cuma itu kan secara ekologis memang sudah habitatnya," jelasnya.

Budi menambahkan, Jalak mudah dijumpai di kawasan Lawu. Jika berjumpa burung itu saat sedang mendaki di Lawu, Budi bilang pendaki boleh saja mengikutinya.

"Bisa dipercaya, kadang kan banyak pendaki yang mendokumentasikan. Saya sendiri sering mengalami hal itu, tiba-tiba burung itu muncul berada di depan, jadi selalu mengikuti," ucap Budi saat itu.

Saat itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah melalui plt Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Surakarta, Sudadi mengimbau pendaki tidak menangkap jalak di Lawu.

"Kalau itu di kawasan hutan, ya semua burung harus dilestarikan. Baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Kalau orang mau memanfaatkan kan pakai mekanisme izin penangkaran. Pada intinya harus dilestarikan namanya juga di kawasan hutan," kata Sudadi, Sabtu (20/2/2021).




(dil/ahr)


Hide Ads