Agni Malagina, periset sejarah Cina di Lasem menjelaskan, kutukan ini disebabkan karena ulah anak-anak Han Siong Kong yang menelantarkan jenazah bapaknya pada saat hendak dimakamkan. Kala prosesi pemakaman, sedang terjadi badai, hujan lebat lalu anak-anaknya Han Siong Kong ustru pergi meninggalkan jenazah bapaknya.
"Nah bapaknya meninggal suatu hari itu, terus pada waktu mau dimakamkan, mereka (anak-anak Han) lagi jalan nandu jenazahnya, tibalah mendekati area makamnya, itu di Desa Babagan, tiba-tiba (terjadi) badai, hujan. Mereka taruh saja jenazahnya (Han Siong Kong) di bawah pohon, ditinggal mereka pergi, anak-anaknya," terang Agni saat ditemui detikJateng Selasa (27/5/2024) sore, di Museum Nyah Lasem.
Setelah itu, anak-anak Han kembali lagi untuk melanjutkan proses pemakaman. Namun saat kembali, jenazah Han Siong Kong sudah tidak ada dan sudah dimakamkan.
Beberapa saat kemudian ada petir dan muncul suara kutukan secara misterius untuk marga Han. Kutukan itu, melarang keturunan Han datang dan tinggal di Lasem. Apabila dilanggar maka akibatnya, akan mengalami kesengsaraan atau kemelaratan.
"Beberapa saat, mereka balik lagi jenazahnya hilang dan sudah jadi makam. Tiba-tiba ada petir muncullah dan terdengarlah kutukan itu, bahwa keturunan Han tidak boleh tinggal di Lasem. Apabila melanggar akan jatuh miskin," sambung Agni yang juga Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini.
Semenjak peristiwa itu, Agni menuturkan, keturunan Han dipercaya meninggalkan Lasem. Seperti diketahui, Han Siong Kong merupakan saudagar asal Tian Bao, Fujian yang datang ke Lasem pada sekitar tahun 1700. Sebagai generasi awal, dia di Lasem dan menikah sehingga memiliki keturunan lima orang anak.
"Han Siong Kong itu dateng dari Tian Bao (Fujian) terus sampai ke Lasem sekitar 1700-an. Dia sebagai generasi pertama yang turun di sini (Lasem), hidup di sini. Terus menikah, punya lima anak. Dia kaya sukses dengan usaha dagangnya," beber Agni.
Diberitakan sebelumnya, Lasem yang kerap dikenal sebagai 'Tiongkok Kecil' di Rembang menyimpan cerita rakyat yang menarik tentang marga Han. Yakni cerita mengenai kutukan terhadap keturunan Tionghoa bermarga Han, yang dilarang menginjakkan kakinya di tanah Lasem.
Untuk mengungkap hal tersebut detikJateng menemui Agni Malagina, Staf Pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), di Museum Nyah Lasem. Dia merupakan salah satu periset sejarah Cina di Lasem, termasuk cerita tentang kutukan terhadap marga Han.
Saat ditemui detikJateng dia membeberkan banyak hal terkait cerita tentang kutukan terhadap marga Han yang tidak boleh datang ke Lasem. Cerita itu bermula dari sebuah kisah tentang suatu keluarga yang berjaya atas usaha dagangnya. Yakni keluarga Han Siong Kong dari Tian Bao (Fujian) yang datang ke Lasem pada era tahun 1700.
(apl/aku)