Di Rembang, Jawa Tengah terdapat satu-satunya vihara terbesar yang lokasinya di atas Pegunungan Lasem. Vihara tersebut bernama Ratanavana Arama yang punya arti permata di tengah hutan.
Mungkin tidak banyak yang tahu soal-asal berdirinya vihara tersebut. Berikut cerita mengenai awal mula berdirinya vihara Ratanavana Arama tersebut.
Vihara Ratanavana Arama didirikan 43 tahun yang lalu, atau awal 1980. Sosok yang mendirikan vihara tersebut ialah seorang buddha kelahiran Sumenep, Madura, bernama Bhikkhu Sudhammo Mahatera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait pendirian vihara tersebut dilatarbelakangi oleh Kecamatan Lasem yang dahulunya merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Vihara Ratanavana Arama, Bhikkhu Piyadhiro Thera saat berbincang dengan detikJateng, pada Selasa (21/5/2024) siang, di kompleks vihara setempat.
Kata Piyadhiro, Bhikkhu Sudhammo Mahatera memilih pendirian vihara di Rembang ditempatkan di Lasem lantaran dahulunya Kecamatan Lasem merupakan salah satu daerah kekuasaannya Kerajaan Majapahit. Selain itu, alasan lainnya, yakni Wilayah Lasem diyakini dahulunya merupakan tempat pertapaan dan terdapat banyak candi.
"Kenapa didirikan di Lasem, karena konon katanya orang tua dahulu, sebenarnya Lasem ini daerah spiritual sejak zamannya Majapahit, sebelum itu juga Kerajaan Pucangsulo. Lasem ini dulunya seperti kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Daerah sini itu dulunya ada banyak candi, tempat ritual, pertapaan. Selain itu juga dari perjalanan spiritual pendiri vihara yang juga guru saya, yaitu Bhikkhu Sudhammo Mahatera," terang Piyadhiro.
![]() |
Diberitakan sebelumnya, Lasem memang merupakan salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada saat itu Raja Lasem adalah seorang perempuan bernama Dewi Indu atau Duhitendu Dewi.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem Ernantoro menerangkan, anggapan Dewi Indu sebagai Raja Lasem diperkuat dengan penemuan kitab Negarakertagama di Lombok.
"Ada satu kalimat di kitab itu yang mengungkapkan seorang raja perempuan tersohor di Lasem, bernama Duhitendu Dewi. Raja itu cantik jelita berasal dari Wilwatikta atau Majapahit," jelas Ernantoro
Vihara yang cukup luas nan megah ini, lokasi persisnya berada di atas sebuah bukit di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem. Untuk menuju ke lokasi dibutuhkan waktu tempuh selama 54 menit dari kawasan Kota Rembang via jalur Pantura Rembang-Lasem.
Di area vihara terdapat sebuah candi yang bentuknya mirip dengan Candi Borobudur di Magelang. Hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. Candi itu dinamai Candi Sudhammo Mahatera. Dibangun sebagai simbol penghormatan kepada pendiri Vihara Ratanavana Arama di Lasem. Selain itu, di area vihara juga terdapat bangunan khas umat Buddha, yakni patung buddha tidur.
![]() |
Menjelang Hari Raya Trisuci Waisak 2568 Buddhis Era, pada tahun ini, di Vihara Ratanavana Arama menggelar sejumlah rangkaian ibadah. Yakni mulai dari pendalaman dhamma selama sebulan penuh, hingga kerja bakti dan pawai arak-arakan.
"Kita dalam menyambut datangnya Hari Trisuci Waisak 2568 Buddhis Era, tahun Masehi 2024, itu diawali dengan sebulan pendalaman dhamma. Puja bakti, doa, membaca parita, meditasi dan ceramah. Kalau seperti di Islam ya seperti kalau tarawih sebulan romadhon itu," ungkap Piyadhiro.
"Selain itu pada tanggal 19 Mei, Hari Minggu kemarin umat Buddha dari wilayah Kabupaten Rembang bersih-bersih taman makam pahlawan bersama-sama. Selain itu tentu kami juga menghias vihara, memperindah vihara, pasang umbul-umbul, pasang bendera, membersihkan vihara masing-masing. Membuat persiapan-persiapan yang lain, seperti sudah menjadi kebiasaan kami dalam menyambut Waisak, biasanya nanti ada prosesi. Seperti arak-arakan, seperti takbiran. Yaitu tanggal 22 Mei (Besok), kita (berjalan) dari vihara Vidya Loka menuju Vihara Ratanavana Arama, tepatnya di Candi Sudhammo Mahatera," pungkas Piyadhiro.
(apl/apu)