Sebuah hotel mewah sudah berdiri sejak seabad lalu di Provinsi Kampot, Kamboja. Di balik kemewahannya, tersimpan sejarah panjang hotel yang sempat ditutup berkali-kali, bahkan terbengkalai.

Dilansir dari situs Le Bokor Palace, hotel bernama Le Bokor Palace itu merupakan bangunan utama stasiun bukit Bokor. Hotel ini dulunya tempat rekreasi bagi bangsawan dan elite Prancis.

François Marius Baudoin, seorang penduduk superior, memutuskan untuk membuat resor kesehatan di Gunung Bokor pada 1912. Bangunan ini berlokasi di pegunungan hijau dan laut biru, dan dekat tebing.

Pada 18 November 1919, pekerjaan konstruksi diserahkan kepada Boy, Fermé & Cie. Proyek tersebut membangun sebuah bungalow, sebuah chalet untuk Résident-supérieur, sebuah kantor pos dan telegraf di stasiun bukit Bokor.

Namun, proyek ini beralih dari 'bungalow' menjadi 'palace' pada 1920-1922. Bangunan yang sudah jadi dihancurkan buat dibangun kembali.

Hotel ini diresmikan pada Hari Valentine tahun 1925. Hotel itu memiliki arsitektur bergaya art deco serta terpengaruh 'modernism'. Seluruh bangunan terbuat dari beton.

Bangunan tiga lantai ini megah dengan arsitektur Palladian dan didekorasi dengan gaya Italia. Terdapat perapian besar, ruang makan, dan 18 kamar besar.

Dua faktor utama yang membuat hotel itu gagal adalah kabut dan kondisi bangunan yang mulai rusak. Hotel ini hanya bisa dihuni saat musim kemarau saja, yaitu selama maksimal enam bulan.

Selain masa itu, hotel diterpa hujan lebat di punggung bukit akibat pengaruh laut. Cuaca tersebut membuat bangunan hotel cepat rusak.

Baru setahun buka, hotel itu pun ditinggalkan pada 1926. Hotel tutup selama beberapa bulan dan dibuka kembali pada akhir tahun itu. Namun, hotel ditutup lagi pada 1928, lalu buka pada Februari 1929.

Hotel ini kemudian 'dikendalikan secara ketat' sejak 1930 dan harus dibuka dari bulan Februari hingga Juni. Pada sisa bulan yang sepi, hotel menyediakan layanan penting bagi tamu.

Pada 1940-an, hotel ini berubah nama menjadi 'Hotel Mont Bokor'. Hotel tersebut sempat digunakan sebagai rumah sakit militer ketika Perang Indochina Pertama pada 1946.

Kemudian, karena sulit dipertahankan, stasiun bukit Bokor itu ditinggalkan pada 1950. Bangunan hotel itu dirusak oleh Khmer Issarak, yakni 'Sang Naga Hitam'.

Stasiun bukit itu pun tidak ada air dan listrik. Pada akhir 1960, bangunannya terbakar hingga jendela dan pintunya menghitam.

Raja Norodom Sihanouk meresmikan 'Kota Bokor' baru untuk pada Januari 1962. Hotel yang dikelola oleh 'Khmer Royal Society Inns' ini menawarkan 22 kamar dan empat apartemen dengan kenyamanan modern, lounge yang luas, dan restoran besar.

Ketika Sihanouk lengser pada 1970, stasiun itu kembali ditutup. Khmer Merah mengambil alih Gunung Bokor dua tahun kemudian.

Le Bokor Palace Kembali Dibuka pada 2018 Foto: Le Bokor Palace

Pada awal 1990-an, stasiun bukit Bokor masih menjadi salah satu benteng terakhir Khmer Merah. Ketika perjanjian damai 1993, satu batalion pasukan penjaga perdamaian Prancis mengambil alih gedung tersebut dan mendirikan stasiun telekomunikasi.

Setelah perang saudara berakhir, Bokor dilupakan. Tempat itu hanya menyisakan jejak perang dan hutan semakin rimbun. Sampai akhirnya wisatawan mulai berdatangan kembali pada 1997.

Kabar baiknya, infrastruktur di Bokor mulai dibangun lagi pada 2008. Lalu, Le Bokor Palace kembali dibuka sebagai hotel mewah bersejarah pada 2018. Hotel ini menghadirkan 36 kamar dan dua restoran.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini