DI (22), warga Desa Warukidul, Kecamatan Wiradesa, Pekalongan, merupakan gadis dengan gangguan jiwa. Kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Lebih-lebih usai menjalani pengobatan alternatif di Kabupaten Pemalang, belum lama ini.
Sekujur tubuhnya lebam. Di wajah, tampak masih dengan luka lebam. Di punggung, tangan, dan kaki juga sama. Ironisnya, kondisi luka lebam di sekujur tubuhnya didapati usai menjalani perawatan pengobatan alternatif di Pemalang. Diduga, DI mengalami penganiayaan saat menjalani perawatan di Pemalang.
Kepada detikJateng, orang tua DI, Jalal (60) dan Surniti (57), saat ditemui di rumahnya, Rabu siang (1/5/2024), menceritakan asal mula luka lebam dari anaknya tersebut. Mereka juga menceritakan awal mula anaknya mengalami depresi sejak dua tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Surniti, ibu DI, sebelum dua tahun ini, anaknya merupakan gadis yang ceria. Dia bekerja sebagai tukang jahit. Suka mengaji dan membantu orang tua.
Namun, suatu hari, DI yang biasanya pulang sore, tidak pulang ke rumah. Pulang keesokan harinya sekitar pukul 04.00 WIB dalam kondisi kacau. Sejak saat itulah anak keempat dari tujuh bersaudara itu depresi.
Berbagai upaya pengobatan telah dilakukan, termasuk dibawa ke Magelang dan Semarang. Namun, kondisinya masih tidak stabil.
Terakhir di bulan April, Selasa (9/4) keduanya membawa DI ke Pemalang, ke tempat salah satu pengobatan alternatif. Namun, hasilnya sangat mengecewakan. DI penuh luka lebam di sekujur tubuhnya, yang hingga kini masih saja membekas.
"Yang namanya orang tua pingin anaknya sembuh ya, orang sebelumnya normal-normal saja kok. Tanggal sembilan (April), kita bawa ke pengobatan alternatif di Pemalang. Harapannya bisa sembuh," kata Jalal, kepada detikJateng.
![]() |
Harapan sembuh berubah menjadi rasa kecewa. Jalal dihubungi pihak pondok tempat pengobatan alternatif di mana anaknya diobati pada Rabu (24/4).
Keduanya dihubungi agar membawa pulang anaknya karena sakit. Awalnya keduanya tidak curiga. Namun setelah sampai lokasi, betapa kagetnya melihat banyaknya luka lebam di sekujur tubuh anaknya tersebut.
"Kondisi anak saya penuh luka lebam. Di bagian bawah mata, wajah, punggung, tangan, kaki. Kasihan melihatnya," jelas Jalal.
Jalal mengaku kaget, saat melihat kondisi anaknya.
"Saya sedih, ibunya menangis. Melihat kondisi anak kami. Kami bukan orang kaya, kami nggak mampu, tapi sebagai orang tua, apa pun akan kami lakukan demi kesembuhan anak kami," ungkap Jalal yang setiap harinya bekerja sebagai serabutan penjual buah-buahan.
Surniti menambahkan, dirinya panik lantaran bukannya sembuh dibawa ke pengobatan alternatif, kondisi DI malah kian parah.
"Saya hanya bekerja penjual sarapan keliling. Hasilnya tidak banyak, tapi kami nekat berusaha mengobati anak saya, ternyata malah membuat anak saya sakit," sambung Surniti menimpali suaminya.
Saat itu juga DI langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Djunaid di Kota Pekalongan untuk mengobati luka-luka di tubuhnya.
"Pilih rumah sakit itu karena di situ juga ada poli jiwa. Beberapa hari sudah boleh pulang ke rumah. Baru kemarin pulang," ungkapnya.
Keduanya kini memasrahkan nasib anaknya atas dugaan korban penganiayaan saat menjalani pengobatan di Pemalang.
"Kalau kata pengurusnya sih, anak saya dianiaya oleh sesama pasien sana. Sudah kami laporkan ke Polres dibantu pak pengacara. Alhamdulillah masih ada perhatian ke kami, itu gratis," kata Jalil.
Di lokasi yang sama, Jimmy Muslimin selaku kuasa hukum korban membenarkan pihaknya dengan sukarela mendampingi kasus hukum tersebut. Bahkan menurutnya, kasus itu sudah dilaporkan ke Polres Pemalang, Minggu (28/4).
"Saya dengar kabar ada kasus ini, kita tergugah untuk mendampingi keluarga korban dengan gratis. Bisa dilihat sendiri, kondisi mereka kurang mampu, kita terketuk. Kasus ini sudah kita laporkan ke Polres," kata Jimmy Muslimin.
Ditambahkan Jimmy, pihaknya juga berharap dari instansi terkait di Pemerintah Kabupaten Pekalongan, terutama dinas sosial, untuk melakukan pendampingan timnya pada kondisi korban dan pihak keluarga korban yang masih trauma.
"Ya, kita mengetuk hati ke Pemkab Pekalongan, ada warga dengan kondisi kurang mampu ini untuk didampingi kelanjutan pengobatan korban. Kasihan. Kita ringankan beban keluarga korban dan korban bersama-sama," harapannya.
Sementara itu, terpisah, Kasi Humas Polres Pemalang Iptu Anjar Lindu Wijayadi kepada detikJateng saat dimintai konfirmasi melalui ponselnya membenarkan pihak Polres Pemalang telah menerima aduan dari keluarga korban dan kuasa hukumnya.
"Ya, Sat Reskrim Polres Pemalang telah menerima aduan itu. Saat ini Sat Reskrim tengah menanganinya. Hasilnya seperti apa, nanti akan kita sampaikan lagi," katanya.
(apu/apu)