Tega Pria Klaten Habisi Nyawa Kakak di Depan Mata Ibu

Terpopuler Sepekan

Tega Pria Klaten Habisi Nyawa Kakak di Depan Mata Ibu

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 27 Apr 2024 07:07 WIB
Halaman rumah lokasi pembunuhan di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten.
Halaman rumah lokasi pembunuhan di Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten.Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Seorang adik di Klaten inisial SP alias Pran (51) menghabisi kakak kandungnya, SAP alias Totok (58). Pembunuhan itu dilakukan di depan sang ibu.

Ibu Tak Bisa Berbuat Apa-apa

Peristiwa itu terjadi di pekarangan rumah mereka, tepatnya di RT 4/8, Dusun Gemblegan, Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten. Pelaku menganiaya korban menggunakan potongan kayu sepanjang 1,5 meter hingga tewas, pada Rabu (24/4/2024), pukul 21.00 WIB.

Diketahui, keduanya kakak-adik itu tinggal satu rumah bersama sang ibu, SW (80). Namun, SW yang sudah cukup tua tak bisa berbuat apa-apa dan hanya mampu melihat kedua anaknya berkelagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahu, ibunya tahu. Setelah kejadian cerita Totok digebuki Mas Pran bak-buk, bak-buk," ungkap Ketua RT 1 RW 9 Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Bambang (48) kepada detikJateng di lokasi, Kamis (25/4/2024) siang.

"Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa tapi yang dicari usai kejadian Mas Pran (pelaku) terus karena Pran yang setiap hari merawat ibu dan kakaknya (korban). Tapi tahunya (si ibu) Pran itu menunggu Totok di RS, bukan ditangkap polisi," papar Bambang.

ADVERTISEMENT

Bambang menambahkan kejadian penganiayaan itu baru sekali ini terjadi. Selama ini antara pelaku dan korban hidup rukun bersama ibunya.

"Selama ini rukun, baru pertama kali ini. Selama ini Pran itu yang merawat ibu dan kakaknya (korban yang depresi) ya dibelikan rokok, dibelikan makan, diopeni (dirawat)," jelas Bambang.

"Yang masak, sembarang, termasuk beli rokok (buat kakaknya). Pagi Pran beli sarapan, lalu menyuapi ibunya, dulu seingat saya pernah juga gangguan jiwa tapi sudah sembuh," lanjutnya,

"(Kakak Pran) Dulu satpam, sudah berkeluarga, tapi kemudian gangguan jiwa," imbuh Bambang.

Tetangga lain, Sriyono (53) menjelaskan Pran dulunya bekerja di bangunan. Setelah ibunya lanjut usia, Pran tidak bekerja dan merawat ibunya di rumah.

"Saudara mereka di Jakarta semua ada enam orang. Kalau Pran itu dulu di bangunan, tapi karena ibunya semakin tua yang merawat ya Pran. Itu didukung saudaranya yang di Jakarta," kata Sriyono kepada detikJateng.

Menurut Sriyono, keluarga itu dulunya cukup terpandang. Ayah mereka, yang sudah meninggal, dulu bekerja di PJKA.

"Dulu ayahnya kerja di PJKA. Kalau Pran itu biasa, ya keluar bergaul, belanja kebutuhan, dan lainnya," imbuh Sriyono.

"Saudara mereka di Jakarta semua ada enam orang. Kalau Pran itu dulu di bangunan, tapi karena ibunya semakin tua yang merawat ya Pran. Itu didukung saudaranya yang di Jakarta," kata Sriyon.

Kondisi Rumah

Rumah keduanya berada di sisi paling barat Dusun Gemblegan. Di barat rumah merupakan sawah lahan padi dan di timur, utara dan selatan lokasi merupakan permukiman warga.

Rumah keduanya yang ditinggali bersama ibunya itu berada di tengah pekarangan. Luas pekarangan yang dipagari tembok sekitar 30 X 30 meter itu dikelilingi pohon-pohon yang terkesan tidak terurus.

Lokasi penganiayaan yang menyebabkan tewasnya korban berada di depan pintu masuk. Darah yang kering masih tampak berceceran di lokasi dan sebagian ditutup daun pisang.

Garis polisi masih terpasang di tembok pekarangan rumah dan rumah keduanya. Warga tampak berkerumun di lokasi kejadian setelah kejadian itu.

"Itu satu rumah, kakak beradik dan ibunya. Ibunya sudah sepuh juga," ungkap Sriyonon kepada detikJateng di lokasi, Kamis (25/4/2024) siang.

Setiap hari, sebut Sriyono, pelaku Pran yang merawat korban dan ibunya di rumah. Korban selama ini hanya di rumah.

"Kakaknya (korban) agak depresi, setiap hari di rumah," katanya.

Warga Tak Berani Mendekat

Lebih lanjut dijelaskan Bambang, warga sekitar sempat bergegas keluar saat mendengar perkelahian itu. Kedua bersaudara itu masih di lokasi. Saat warga berhasil masuk pekarangan rumah, korban sudah tergeletak.

"Kejadiannya sekitar pukul 21.00 WIB. Warga mendengar mereka (pelaku dan korban) teriak-teriak kemudian warga keluar," ungkap Bambang.

"Kondisinya sudah meninggal (korban) dengan luka di kepala. Ya tahu (korban dianiaya di dalam pekarangan) tapi tidak berani masuk, dengar teriakan tapi ya tidak berani masuk," lanjut Bambang.

Bambang menyebutkan, ia tidak berani masuk karena korban mengidap gangguan jiwa. Setelah kejadian, warga melaporkan peristiwa itu ke polisi.

Pelaku Dibawa ke RS Jiwa

Kini sang ibu ditampung di rumah tetangga. Sementara jenazah SAP telah dimakamkan di tempat permakaman umum setempat. Adapun Pran dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr RM Soedjarwadi Klaten.

"Sudah dimakamkan tadi malam kurang lebih jam 21.30 WIB. Semua keluarga juga hadir," kata Kades Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Waluyo kepada detikJateng, Jumat (26/4/2024) siang.

Waluyo mengatakan, begitu dipulangkan RS Bhayangkara Polda DIY, jenazah SAP langsung dimakamkan oleh warga sekitar.

(cln/cln)


Hide Ads