Memasuki puasa Ramadan, suasana berbeda terlihat di serambi Masjid Agung Payaman Magelang. Para santri sepuh terlihat dengan khusyuk membaca Al-Qur'an.
Setiap bulan suci Ramadan, banyak para santri sepuh atau lanjut usia (lansia) yang mondok di Pondok Pesantren Putri Masjid Agung Payaman. Para santri sepuh ini datang dari berbagai daerah.
Untuk santri di Ponpes Sepuh Putri Masjid Agung Payaman terdiri dari santri yang mukim dan khusus puasa Ramadan. Khusus santri puasa Ramadan ini jumlahnya mencapai 130 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para santri ini kebanyakan perempuan. Namun demikian, ada juga santri lansia laki-laki meski jumlahnya lebih sedikit.
Kemudian untuk istirahat ada yang di pondok, ada juga yang tinggal di rumah warga. Terus untuk makan, ada yang masak sendiri, tetapi ada juga yang membeli.
Adapun kegiatan selama puasa Ramadan antara lain salat tarawih berjamaah. Setelah itu dilanjutkan tadarus Al-Qur'an sampai pukul 22.00 WIB.
Nantinya, setelah itu istirahat dan dibangunkan sekitar pukul 00.00 WIB, untuk melakukan Qiyamul-lail sampai pukul 01.00 WIB. Ada juga yang terus sampai waktu sahur, namun ada juga yang istirahat dan pukul 03.00 WIB dibangunkan kembali.
Ada juga yang melaksanakan salat Tahajud. Nantinya setelah salat Subuh, mulai pukul 05.00 sampai 05.30 WIB ada pengajian. Terus pukul 06.00 sampai 07.00 WIB, diisi pengajian dari Muslimat.
Berikutnya, pukul 07.00-08.00 WIB, ada manasik haji bagi para santri yang menginginkan. Terus, istirahat sampai pukul 10.00 WIB, kemudian pukul 11.00 WIB, ada pengajian dilanjutkan dengan salat Zuhur berjamaah.
Ada juga santri yang tidak istirahat, namun membaca Al-Qur'an. Kemudian, ada pengajian lagi pukul 14.00 WIB. Kebanyakan para santri yang mondok setiap Ramadan datang.
"Saya mulai tahun 2017, tiap bulan Ramadan. Waktu corona nggak ke sini," kata Arwan (72), santri laki-laki asal Windusari kepada wartawan, Sabtu (16/3/2024).
Arwan yang profesinya sebagai petani ini meninggalkan aktivitas bertani selama bulan puasa untuk mondok. Ia ingin mencari kebaikan dan mengaji untuk bekal di akhirat.
"Mengaji, menghilangkan kebodohan, mencari kebaikan. Buat sangu mati, bekal di akhirat," ujarnya seraya menyebut akan pulang sehari menjelang Lebaran itu.
Hal senada disampaikan santri asal Candiroto, Temanggung, Sutiarsih (71). Nenek dengan 9 cucu dan 2 cicit ini pernah mukim sekitar tahun 2014 sampai 2016.
"Senang di pondok ini karena di rumah tidak ada temannya. Saya mulai 2013, setiap tahun. Mukim 2 tahun, 2014 sampai 2016. Alhamdulillah dipanggil ke Mekkah, terus di sini tiap tahun," katanya.
Ia pun merasa suka dengan materi sorogan Al-Qur'an, atau metode membaca Al-Qur'an secara individual dengan Ibu Nyai.
"Insyaallah (buat bekal di akhirat). Manfaatnya senang sekali, rasanya adem (di ponpes)," kata dia.
Hal tersebut juga disampaikan santri lainnya, Solikah (71), asal Selomoyo Kaliangkrik. Setiap puasa Ramadan selalu menjadi santri di Ponpes Sepuh Putri Masjid Agung Payaman.
"Sudah 7 kali puasa. Saya kepengen ngaji, ke sini 2 hari sebelum puasa Ramadan," ujar Solikah.
Nenek dengan 7 cucu tersebut mengakui, di rumahnya biasanya mengajari anak-anak belajar mengaji. Kemudian, saat puasa Ramadan mondok terus mengaji bagi anak-anak diteruskan puteranya.
"Kalau di rumah ngajari ngaji anak-anak," ujarnya bersama temannya, Khasanah (80) dan Sopiatun (70).
![]() |
Menjenguk Ibu
Pada akhir pekan, terkadang ada keluarga yang menjenguk. Salah satunya, Aziz Basuki (49), warga Donorojo, Kecamatan Mertoyudan tersebut menjenguk ibunya yang telah mukim selama 10 tahunan.
"Semenjak bapak almarhum, ibu punya keinginan untuk mondok ke sini. Ibu saya, mondok di pondok sepuh Payaman ini ada keinginan sendiri," ujar Aziz.
Menurut Aziz, ibunya Sami (70) mondok karena banyak teman-teman dari beberapa daerah. Ia membesuk sebulan sekali.
"Kalau pulang, ketika ada kepentingan di keluarga, kalau tidak ada kepentingan itu disini. Ibu merasa kerasan disini banyak teman-teman dan juga saudara," ujarnya.
"Nanti satu hari sebelum Lebaran minta dijemput, kemudian seminggu setelah Lebaran kembali kesini," kata dia.
Romo Agung
Pengasuh Pondok Pesantren Sepuh Putri Masjid Agung Payaman, KH Arif Mafatihul Huda mengatakan, pondok sepuh dulunya diprakarsai Kiai Siroj. Kiai Siroj ini yang diberi nama Romo Agung dan makamnya berada di belakang Masjid Agung Payaman.
"Mbah Kiai Siroj memikirkan karena banyak kiai-kiai yang memikirkan pengajian remaja 'ndak ada yang memikirkan orang tua', maka dia merintis 'ayo kita ngaji di Masjid Payaman," katanya.
Pondok sepuh yang dirintis sekitar tahun 1953 ini, lambat laun santri datang dari jauh-jauh. Pihaknya menilai dalam sejarah pondok sepuh di Payaman yang pertama.
"Pondok pesantren mungkin dalam sejarah pertama pondok sepuh di Payaman. Karena memang andil daripada Mbah Kiai Siroj untuk mengabdikan pada agama. Yang mengurusi pondok remaja sudah banyak sekali, tapi yang tua belum ada. Itu kira-kira tahun 1953," ujarnya.
Saat disinggung motivasi nyantri, katanya, untuk mendapatkan pahala. Hal ini karena selama 24 jam beribadah.
"Mereka tahu kalau di pondok sini sudah 24 jam diurusi ibadahnya semua, jadi ya katakan lah sudah rindu surga. Ya untuk bekal akhirat, katakan lah begitu," tutur Kiai Arif.
(apu/apu)